10 - A Seconds (15+)

301K 16.7K 372
                                    

"Kak Revo," ujar Revo menekankan bahwa kini mereka berada diruang lingkup OSIS. Walaupun jarak mereka lumayan jauh dengan beberapa anak OSIS yang lainnya.

"Bodo amat!"

"Lo kenapa sih ngeselin banget?!" tanya Alea kesal. Revo malah asyik dengan gadgetnya.

"Eh lo itu bisa denger nggak sih, disini ada orang lagi ngomong!" sentak Alea. Revo malah tetap sibuk sendiri.

Ia malah mengarahkan kamera itu lagi ke wajah Alea yang penuh dengan coklat.  KREK' justru Revo mendapatkan foto wajah Alea yang penuh coklat ditambah lagi ia sedang marah.

"Sialan!"

"Kasar!"

"Bodo amat! Hapus nggak fotonya?!" paksa Alea. Namun Revo tetap tidak menggubrisnya.

Alea kira ada yang aneh dengan Revo, ternyata lelaki ini memang moody tingkat akut melebihi dirinya.

"Hapus fotonya!" ujar Alea dengan nada merengek, lalu mencoba mengambil handphone Revo dari tangannya.

"Apaan sih lo megang-megang hp gue?!" Revo menepis tangan Alea dengan cepat.

"Hapus!" suruh Alea lagi.

"Daripada lo nyuruh-nyuruh gue, mendingan lo makan dulu itu kue di muka lo!" ledek Revo.

"Muka lo jelek tau nggak?!"

Alea tak peduli, ia tetap mencoba merebut handphone Revo. Hingga lantai yang sedang Alea pijak itu sangat licin.

Sialnya, bibir mungilnya tak sengaja mengenai bibir Revo yang berada didepannya. Alea membuka matanya dan menatap apa yang sekarang tengah terjadi. Spontan Revo menahan lengannya agar ia tidak terjatuh.

DAG! DIG! DUG! Sial, ini pertama kali jantungnya berdebar kencang saat berada didekat Revo. As you know, ini adalah ciuman pertama Alea. Namun apakah ini bisa dibilang ciuman?

Kurang dari 5 detik, Alea menjauhi tubuhnya dari Revo. Wajahnya memerah pekat, nafasnya terengah-engah tak karuan.

"Sialan, kenapa gue ikutan deg-degan?!" batin Revo juga tak karuan.

Sebenarnya keduanya merasa kaget. Bagaimana tidak? Namun Revo tetap bisa memasang wajah datarnya walaupun sebenarnya ia juga terkejut. Revo tahu apa yang Alea rasakan sekarang, gadis itu tak sepandai dirinya dalam mengatasi kecanggungan dan hal seperti ini. Wajahnya terlihat menegang, panik, memerah.

Tak sampai 5 detik, hal itu sudah membuat Alea kehilangan pasokan oksigen. Ia menjadi tak karuan harus berbuat apa.

"Gue—gu—gue mau bersihin muka!" Alea segera berlari meninggalkan Revo dengan wajah merahnya.

Ia menuju ke kamar mandi dan membilas wajahnya dengan air. Ia menatap dirinya di cermin, ia menepuk pipinya sendiri.

"Nggak! Itu bukan ciuman!"

"Nggak!"

"Nggak mungkin gue ciuman sama dia!"

"Gila!"

"Nggak mungkin!" ia mengacak-acak rambutnya sendiri. Perasaannya benar-benar tak karuan sekarang.

"Tenang Alea, tenang," Alea membasuh wajahnya kembali dengan air untuk menenangkan dirinya. Hingga ia sadar ada tangan yang menepuk pundaknya dari belakang.

"Ng—gak!" ujar Alea kaget.

"Apaan sih lo?! Lo kemana aja? Gue cariin dari tadi lo nggak ada. Yang ulang tahun siapa yang ilang siapa,  anak-anak OSIS udah pada pulang," tanya Bella penasaran. Alea menarik nafas sejenak, ia melamun hingga begitu saja dirinya terkaget.

"Oh ya? Maaf, Bell. Gue duluan ya," ujar Alea tergesa-gesa. Bella menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Itu anak kenapa? Mabok? Nambah umur bukannya makin bener. Mana masih muda, untung tambah tua," ujar Bella seraya menatap langkah Alea dari belakang.

"Nggak nggak,"

"Gue nggak ciuman,"

"Itu bukan ciuman,"

"Ciuman kan dosa,"

"Bukan muhrim,"

"Gue nggak ciuman!"

Alea terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tak sengaja melakukannya. Ia berjalan lurus hingga ia melihat ia menginjak kaki seseorang. Ia mendongakkan kepalanya keatas, ternyata itu Revo. Ia menatapnya lekat.

"K—kak Revo?" tanya Alea gugup.

"Revo aja, yang lain udah pada pulang," jawab Revo ketus dengan wajah datar. Seriuskah, apakah Revo tidak merasakan apa yang ia rasakan?

"Kenapa dia biasa aja? Dia yang aneh atau gue yang lebay?" batin Alea bingung.

"Lo nggak pulang?" tanya Revo. Namun Alea masih melamun dengan menatap wajah Revo, jadi ia tak menggubrisnya.

"Heh! Lo budeg ya?" sentak Revo sehingga Alea terkaget. Ia menghela nafas sejenak.

"Gu—gue minta maaf," ujar Alea gugup. Revo mengerutkan dahinya.

"Minta maaf apaan?" tanya Revo seolah tak tahu apapun.

"Tadi—ta—tadi gue nggak sengaja, beneran deh,"

"Gue tadi kepeleset, lantainya licin,"

"Beneran deh,"

"Gue nggak sengaja, seriusan!" ujar Alea bertubi-tubi dengan nada yang tergesa-gesa. Ia memejamkan matanya sendiri, mencoba mengatur nafasnya yang tak karuan.

"Oh gitu?" tanya Revo seraya menaikan satu alisnya. Alea berdecak kesal.

"Lo jangan gitu dong, gue seriusan nggak sengaja,"

"Yaudah kalo nggak sengaja nggak usah panik gitu," ujar Revo menenangkan.

"Gue tau kok lo beneran kepeleset tadi," kata Revo. Alea mengangguk. Ia tak kuasa melihat wajah panik Alea.

"Tapi sebenernya, paling lo modus pengen nyium gue," Revo lanjut meledek.

BRAK! Tak terlalu kuat, namun Alea mendorong tubuh Revo hingga tubuhnya terdorong ke belakang.

"Iya gue tau, oon!"

"Lagian, lo kenapa sih panik banget gitu? Ini ciuman pertama lo ya?"

"ITU BUKAN CIUMAN, BEGO!"

"Terus apa?" tanya Revo mematikan, yang membuat wajah Alea semakin memerah.

Sial, kenapa di hari ulang tahunnya ia malah mengalami hal seperti ini?

_________________________________________

Jadi, menurut kalian itu ciuman bukan? Sorry kalo absurd banget. Jangan bosen baca,  thanks for reading. Love u❤

Alya Ranti

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang