13 - Seriously?

289K 15.5K 202
                                    

"Kalo ngomong yang jelas," sentak Revo. Padahal ia penasaran apa yang gadis itu mau.

"Gue boleh nggak minjem handphone lo? Kepala gue pusing banget kalo nggak liat cahaya sama sekali," Alea memijit pelipis kepalanya.

"Boleh ya? Handphone gue mati." Alea memohon. Biasanya memang begitu, Alea mengalihkan pikirannya dengan bermain game. Namun posisi handphonenya sekarang mati.

Revo bernafas lega, ia kira Alea ingin meminta apa.

"Bilang dulu,"

"Bilang apaan?" tanya Alea seraya mengerutkan dahinya.

"Kak Revo ganteng, boleh minjem handphone nggak?" jawab Revo usil. Alea menghela nafas kesal.

"Kok lo lagi kayak gini masih aja sih sempet-sempetnya narsis?" tanya Alea kesal.

"Yaudah gue pulang." Revo bergegas melangkah, namun Alea menahan tangannya.

"Apaan?"

"Kak Revo ganteng, boleh minjem handphone-nya nggak?" tanya Alea terpaksa. Revo menahan tawa melihat gadis itu secara tak langsung memanyunkan bibirnya karena kesal. Begitulah ekspresi spontan Alea. Tapi tetap saja wajahnya terlihat datar.

Revo memberikan gadget yang tengah ia genggam kepada Alea.

"Boleh?" tanya Alea senang. Revo hanya mengangguk.

Alea dengan semangat memainkan game tersebut. Revo hanya menatap heran gadis yang berada didepannya. Hazel matanya tidak bisa berhenti menatapnya. Bagaimana gadis itu tertawa riang dalam gelap seperti ini, agak menyeramkan sebenarnya. Namun, daripada Alea menangis. Revo tidak tahu bagaimana menenangkannya.

"Yes menang!"

"Dikit lagi!"

"Ah!"

"Dih mabok!"

"Woy!"

"Yes gue menang!"

'Ini cewek kayaknya beneran beda,' batin Revo heran.

"Berisik bego." sentak Revo.

"GUE MENANG! YEAY! GUE MENANG!" ujar Alea senang dengan menggoyangkan bahu Revo. Revo bergedik kesal.

"Lo bisa diem nggak?" Revo menurunkan tangan Alea secara perlahan. Ia menatap gadis itu dengan tatapan tajamnya, mata pisaunya memang berbahaya.

"Berisik tau nggak sih lo!" lanjut Revo lagi sehingga gadis itu kembali ke bangkunya.

Tak lama kemudian, aliran listrik di SMA Gempita sudah kembali normal. Hujan pun sudah tidak lebat seperti tadi.

"Makasih ya," Alea memberikan handphone itu kepada pemiliknya.

"Hm." Revo hanya berdeham.

"Kira-kira yang lain bakal kesini lagi nggak?" tanya Alea.

"Udah malem," jawab Revo seraya melihat jam tangannya. Sekarang waktu menunjukkan pukul 18.30.

Alea mengangguk, lalu mengambil tas miliknya di belakang.

"Lo mau kemana?"

"Mau pulang,"

"Lo dijemput?" tanya Revo penasaran. Alea menggeleng cepat.

"Gue bisa naik taksi," ujar Alea santai. Revo segera mengemas barang-barangnya dan memasukkan semuanya kedalam tasnya.

"Lo bareng gue aja. Bahaya kalo lo sendirian naik taksi malem-malem gini," ajak Revo.

"Ah, otak lo kayak bapak-bapak! Sekarang masih sore. Udah deh, gue duluan ya!" Alea ingin beranjak jalan namun Revo sudah menahan tangannya terlebih dahulu.

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang