16 - MAMA

660 86 0
                                    

Nafasku tak beraturan, detak jantungku kacau, jejak-jejak air mata yang mengering perlahanku usap, aku menunduk sejenak dan menarik nafas panjang lalu membuka pintu kayu yang ada dihadapanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nafasku tak beraturan, detak jantungku kacau, jejak-jejak air mata yang mengering perlahanku usap, aku menunduk sejenak dan menarik nafas panjang lalu membuka pintu kayu yang ada dihadapanku.

Lantai rumahku tak biasanya berdebu, karna setiap sore ibu akan menyapunya dengan tenang, tapi untuk hari ini bahkan pecahan gelas kaca masih berserakan dilantai.

Tetesan darah yang mengering bahkan terlihat disekitarnya, kulangkahkan kakiku mendekatinya hingga kusadari seorang wanita paruh baya sedang terduduk lemas diujung tangga kearah kamarku.

"Eomma"

Lirihku pelan, tak ingin mengejutkannya yang kini sedang menatap pecahan gelas dengan tatapan kosong, terlihat jari manis nya yang terbalut kain tak beraturan. Jejak-jejak air mata itu masih membekas, bahkan kini matanya yang sipit itu membengkak.

"Eomma"

Lagi-lagi aku memanggilnya kini buliran air mata kembali membasahi pipiku, tak dapat kubendung lagi terlebih setelah melihat kondisinya yang selemah ini.

Isakan kecil lolos dari bibir yang sengaja kututup rapat, aku mengangkat tanganku menutup wajahku berharap ibu tak melihat air mataku.

Tapi isakan itu kembali menjadi-jadi ketika kenangan dengan ayah mulai berputar dalam pikiranku.

Jika ku ingat lagi, kapan terakhir kali aku memeluk tubuh tegap ayah?

Kapan terakhir kali aku mendengar suara baritonenya?

Kapan terakhir kali aku tertawa bersamanya?

Kapan terakhir kali aku mengatakan bahwa aku mencintainya?

Semakin aku berfikir semakin gelap penglihatanku, dan perlahan cahaya semakin meredup.

Aku hilang kesadaran.

***

"Jii Kyon ah"

Samar samar terdengar ibuku memanggil dengan lembut, sangat lembut hingga dapat kurasakan jemarinya mengusap pipiku.

Tidak, aku tidak ingin membuka mataku. Karna jika aku membukanya, ia tak akan ada disana, ayahku tak akan ada disana.

Tapi aku tak bisa terus menutup mata ketika ibu tengah membutuhkanku.

"Eomma" Ucapku pelan sembari membuka kelopak mataku yang sudah berair, ibuku tengah duduk di ujung ranjang, membelai wajahku perlahan sembari tersenyum.

Do You Remember Me? [JJK]Where stories live. Discover now