18 - Bully

662 78 1
                                    

"Appaku ditangkap polisi"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Appaku ditangkap polisi"

"Dia adalah penjahatmu"

Aku membeku, terdiam sejenak mencerna apa yang dikatakan Hoseok sunbaenim, perlahan ku lepaskan genggamanku pada jemari dingin itu.

"Jangan berbohong"

Hanya ucapan itu yang keluar dari bibirku, ku telusuri wajah Hoseok sunbaenim, dan fakta itu menamparku cukup keras, Hoseok sunbaenim tidak berbohong. Manik itu tidak bergetar mencari alasan, memilih menunduk mengamati sepatunya.

"Maafkan aku"

Entahlah, aku tidak bisa mengatakan apapun lagi, aku takut egoku keluar dan mengumpatinya melupakan kenyataan bahwa dia seseorang yang dihari kematian ayahku menjadi penyemangatku.

Aku membuka mulutku namun detik kemudian kembali terutup, perlahan aku membalikan badan tak peduli ekspresi Hoseok sunbaenim, aku meninggalkan sekolah saat itu juga bahkan aku melupakan tasku yang masih tergantung dipinggir mejaku.

Aku harus menenangkan diriku.

***

"Hah?!" Aku tersentak, bunyi keras dari lantai bawah membangunkanku, aku bergegas bangkit, tiba-tiba cahaya matahari yang melewati celah tirai menyinariku membuatku sadar ini sudah pagi dan aku tertidur di rumah dengan memakai seragam sekolah yang kemarin, tapi aku tak peduli aku kembali melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga.

Pecahan piring berserekan di atas lantai berdebu, remahan nasi menyebar diseluruh lantai, salah satu kursi tergeletak tak berdaya dipinggirnya, dan darah segar mengalir ke celah-celah pecahan piring, dia telah terbaring kaku dilantai dingin itu, matanya terpejam erat, dengan darah yang terus mengalir dari belakang kepalanya.

Aku menganga tak percaya dan merosot kelantai sejenak duniaku terhenti namun detik kemudian aku menguatkan diriku, aku bangkit dan mulai merengkuh tubuh lemah itu dalam dekapanku, "Eomma, bertahanlah aku mohon!" Aku merogoh sakuku mencari handphone tapi nihil benda itu tak ada disana, akhirnya aku memutuskan berteriak dengan keras, tak peduli jika aku memutuskan pita suaraku yang terpenting aku harus menyelamatkan ibuku.

***

"Ji Kyon!" Seorang pria pucat berlari tergesa-gesa menghampiriku, Yoongi oppa adalah orang pertama yang datang kerumah sakit, ia menatapku yang tengah duduk lemas diatas kursi koridor rumah sakit, karna didalam pintu kaca itu ibuku sedang berjuang untuk hidup.

Keluarga besarku yang lain tinggal diluar kota jadi perlu waktu banyak untuk sampai kesini, dan teman-teman yang lain masih berkutat pada pelajaran disekolah, karena itu Yoongi oppa menjadi satu-satunya orang yang menemaniku disaat sulit ini.

Yoongi oppa yang duduk disebelahku perlahan menggenggam jemariku, "Tidak apa-apa, eommamu kuat" Kalimat itu sangat berarti bagiku, namun itu membuatku meneteskan buliran bening dan mengeluarkan isakan kecil.

Do You Remember Me? [JJK]Where stories live. Discover now