10.Gehan Sakit?

5.5K 407 2
                                    

Hari ini adalah hari minggu, hari dimana setiap orang tidak ada kegiatan apapun. Atau mungkin menghabiskan waktu mereka dengan jalan-jalan bersama keluarga.

Berbeda dengan Diba, tadinya gadis itu memang berencana menghabiskan waktu dirumah saja seharian, mencuci dan berberes rumah saja, tapi Gehan laki-laki yang menjalin hubungan kontrak dengannya itu memaksa agar Diba datang ke rumah nya saja.

Dengan alasan dia hanya sendirian dirumah.
Awalnya gadis itu menolak dengan alasan seadanya, tapi Gehan terus saja memaksa membuat Diba mengalah.

Diba sudah selesai dan kini dia akan berangkat dengan ojol pesanannya.

Sesampainya dirumah Gehan, Diba disambut oleh wanita paruh baya yang di yakini adalah salah satu pelayan di rumah megah itu.

"Bu, Gehan nya ada?"

"Panggil bibi aja non. Saya pelayan disini."
Diba tersenyum dan mengangguk, "Oh begitu bi."

"Mari masuk, Gehan ada di kamarnya. Perlu bibi antar?"

"Nggak bi. Saya bisa sendiri." Balas Diba ramah.

Pelayan itu mengangguk dan segera pergi untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, membiarkan Diba yang kini menatapi perabotan di ruang utama.

Bukannya takjub, ia sudah terbiasa dengan benda-benda mewah seperti ini.

Diba menaiki anak tangga dan berhenti di depan pintu yang bertuliskan 'Masuk tanpa mengetuk? Golok menanti.' Tanpa dicari tahupun, Diba sudah paham.

Tangan mungilnya terangkat berniat mengetuk tapi terhenti saat mendengar pecahan kaca dari dalam.

Karena merasa khawatir akhirnya gadis bermata coklat madu itu segera masuk, tidak perduli dengan notes yang sudah tertera di depan pintu tadi.

Toh itu hanya ancaman.

Hal yang pertama dilihatnya adalah laki-laki yang terbaring diatas kasur dengan selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya.

"Tadi itu suara apa?" Tanya Diba sedikit khawatir. Ia kemudian mendekati Gehan yang menoleh padanya.

"Rintihan kuntilanak."

Diba memutar bola matanya malas, kemudian menatap tubuh Gehan yang dibalut selimut tebal dan wajahnya yang terlihat sangat pucat.

"Lo kenapa?" Diba memeriksa kening Gehan dengan punggung tangannya lalu menarik nya cepat, seakan baru menyentuh api yang panas.

"Panas bego!"

"Gue nggak apa-apa. Dan jangan paksa gue buat minum obat!"

Gehan memang tidak bisa meminum obat, karena pengalaman buruknya saat berusia 10 tahun, ia terkena demam dan dipaksa minum obat tablet dengan menelannya langsung.
Tapi karena tak sengaja obat itu malah dikunyah dan saat itu Gehan merasakan pahit yang amat sangat. Sejak saat itu ia berusaha untuk tidak sakit agar tidak bersentuhan dengan obat-obatan yang menurutnya adalah racun.

Padahal tidak semua obat adalah racun'kan?

Kening Diba mengerut saat melihat Gehan menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya. Apa tidak merasa panas?

Diba menarik selimut itu kasar lalu berkacak pinggang, "Lo demam dan harus minum obat, atau lo gak bakal sembuh ntar." Diba mengomel.

"Males."

"Lo gak bakalan sembuh, demam lo juga gak akan turun kalo gak minum obat."

"Ck. Ribet" Jawab Gehan seadanya.

Mata gadis di depannya kini membulat mendengar jawaban singkat Gehan.

"Bonyok lo dimana?" Tanya Diba mengalihkan topik pembicaraan, memaksa Gehan untuk minum obat hanya membuang waktu saja.

"Piknik."

Diba membulatkan bibirnya, "Kenapa lo nggak ikut?"

Bukannya menjawab laki-laki yang tengah terbaring itu malah menatap gadis di depannya tajam.

"Eh..." Diba menyengir, "Lo'kan sakit ya."

"Kepala gue pusing."

Diba berlutut di depan Gehan, agar bisa melihat wajahnya dari dekat.

"Lo udah di kompres belum?"

"Belum."

"Gue ke bawah bentar, ngambil air sama handuk buat ngompres."

Diba pergi ke dapur menemui pelayan, dan meminta air beserta handuk, lalu kembali ke kamar Gehan.

Gadis itu mengompres handuk yang basah lalu meletakkannya di kening Gehan yang kini terlelap.

"Pusing banget, ya?" Tanya Diba pada diri sendiri. Ia menunduk memandang wajah yang Gehan yang kelihatan tenang.

Dia...kelihatan lebih tampan.

Diba mengangkat handuk tadi untuk memeriksa suhu tubuhnya.

"Panasnya...masih belum turun."

Gadis berponi itu terdiam sejenak, nampak sedang berfikir, lalu mengangguk mantap.
Diba berjalan ke arah pintu lalu menutup serta menguncinya.

Setelah itu naik ke ranjang Gehan hati-hati lalu memeluknya.

Bukan bermaksud kurang ajar, tapi Diba ingat dulu saat dia sakit seperti Gehan mama nya memeluknya erat agar suhu tubuhnya turun.

Kalau saja Gehan mau minum obat, pasti dia tidak akan melakukan hal 'ini'. Tapi karena khawatir maka ia terpaksa melakukannya.

-TBC-

Pacar Kontrak | SELESAI |Where stories live. Discover now