27. Flashback On (1)

4.1K 289 7
                                    

Gehan's POV

Gue hancur, cinta pertama gue, udah diambil orang. Gue terlalu tolol banget sampai kebawa suasana dan akhir nya menyangka kalau Diba punya rasa khusus juga ke gue. Apa ada orang lain yang lebih bego dari gue?

Gitar di pangkuan ini menemani kesepian, jemari ini mulai memetikkan senar gitar ini... seakan membawa gue ke bayangan itu, bayangan dimana sahanat gue Aldi meluk ceeek yang gue suka! Gue sadar kalau gue nggak bisa menyalahkan Aldi, karena cinta muncul bisa kapan aja.

Bibir ini terbuka mengeluarkan suara dengan di iringi petikkan senar gitar.

Lagu ini.... buat gue yang harus menyerah sekarang juga.

(Anggap lagu diatas suara Gehan yaws 😄)

****




Talia baru saja selesai bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Ia sudah tidak bisa melanjutkan tidur nya setelah Diba menelfon tadi. Mengganggu saja, pikir Talia begitu. Ia memperhatikan pantulan diri nya pada cermin di depannya

"Aduh... cantik banget sih lo Taliaaaaa."

Seorang laki-laki yang tak asing memasuki kamar nya, Talia dapat melihat nya melalui pantulan cermin. Ia pun segera berbalik, "Hantu timun? Kok lo kelihatan lesu gitu? "

Gehan tidak menjawab, ia kini menghempaskan tubuh nya ke kasur Talia. Gehan memang menyukai kamar Talia, selain karena aroma nya yang menyegarkan, suasana di kamar itu juga lebih menenangkan disaat ia merasa sedih atau di kerumuni banyak fikiran. Bukan berarti kamar Gehan itu jorok, dan tidak nyaman. Hanya saja tidak tau kenapa Gehan lebih menyukai kamar orang lain daripada kamar nya sendiri.

"Jawab woi! Lo fikir gue apaan? " Desak Talia.

"Patah semangat gue." Jawab Gehan tidak jelas, karena bibir nya kini menempel ke bantal.

Talia menarik alis nya sarkartis, seumur-umur belum pernah ia mendengar kalimat itu keluar dari bibir Gehan.

"Oh ya? Gue lupa bersihin telinga gue, Han. Lo beliin cutten bat dong." Pinta Talia dengan memasang wajah antara sedih dan bahagia.

"Lo nggak salah dengar. Gue emang patah semangat, Diba jadian sama Aldi...cinta pertama gue, hidup dan mati gue, separuh nafas gue, belahan jiwa gue, ratu gue, jadian sama bangke!"

Kedua pipi Talia menggembung menahan tawa nya, ucapan Gehan sudah seperti pria yang habis ditinggal nikah saja. Walau sebenarnya ada rasa tak tega saat melihat raut wajah Gehan, seperti nya ungkapan tadi memang benar ada nya kalau laki-laki itu sedang tidak bersemangat.

"Tapi nggak harus sealay itu juga kali!"

Gehan mengangkat wajah nya, ia bahkan baru menyadari kalau sepatu nya belum sempat dibuka, Gehan kemudian bergerak dengan ogah-ogahan melepas sepatu kanan dengan kaki kiri dan sebalik nya, lalu kembali berbaring.

"Gue mau ngampus, mending lo pergi deh." Ujar Talia, gadis bermata sipit itu kini terlihat sibuk menyusun buku yang akan ia bawa.

"Tal..." Panggil Gehan.

Talia berdehem.

"Gue jelek ya?"

Pertanyaan Gehan, membuat Talia menghentikan kegiatan nya ia berbalik menatap Gehan yang masih saja berbaring, kedua tangan nya kini mengepal. Jika rumor tentang seorang Talia yang begitu membenci Gehan maka itu salah! Talia hanya kesal jika Gehan suka berbuat usil pada nya, walau itu hanya sekedar candaan saja. Gehan....Talia tidak tau apakah laki-laki yang tengah berbaring di kasur nya itu menyayangi nya atau tidak tapi Talia benar-benar menyayangi nya. Talia bahkan sebenarnya diam-diam mengagumi Gehan, karena di usia nya yang masih sangat muda ia sudah mampu mendirikan sebuah studio pemotretan yang berisi model-model terkenal.

Talia mendekati Gehan, ia ikut berbaring disebelah laki-laki itu.

"Kalau beneran cinta pasti nggak mandang fisik, Han." Singkat Talia.

Gehan menoleh, ia menggeser tubuh nya menghadap Talia tetapi kedua mata nya terpejam erat, "tapi Diba ninggalin gue waktu itu, dan.... saat Aldi meluk dia gue nggak liat ada nya penolakan dari dia. Diba malah diem aja, kan gue jadi sakit hati Tal." Curhat Gehan.

"Pasti ada alasan dibalik itu Han, kita nggak bisa memastikannya hanya dengan melihat pakai mata tapi gunain juga hati dan otak lo."

Kedua mata Gehan terbuka, ia segera beranjak dari tidur nya diikuti oleh Talia juga. Tangan Gehan terulur menggenggam tangan mungil Talia. Laki-laki itu tersenyum manis, sambil berkata, "lo selalu bisa mengusir kabut tebal yang menyelimuti gue disaat gue lagi buntu." Ujar Gehan tulus.

Talia mendelik sinis, "kayak otak lo pernah encer aja dah."

Senyum manis Gehan luntur hanya karena mendengar ucapan Talia. Ucapan yang terdengar seperti mantra sakti bagi Gehan, sebab hanga dengan begitu mampu membuat senyum manis Gehan menjadi luntur.

"Lo tuh ya, bentar-bentar bikin gue terbang, trus lo jatuhi juga. Jahat lo ah!"

"Muncul dah sifat kekanak-kanakkan nya." Gumam Talia.

Gehan mendekat, senyum nya kembali muncul, "Makasih ya Tal."

Talia menatap wajah itu sedikit lama, ada getaran aneh di dada nya saat melihat senyum itu. Tentu saja ini tidak baik bagi kesehatan jantung Talia. Dengan secepat angin berlalu Talia membuang muka nya ke sembarang arah. Gehan menarik tangan Talia, namun aneh nya laki-laki itu membuat jari telunjuk Talia mengacung tegak.

"Mau ngapain lo?!" Talia mulai berjaga-jaga.

Gehan tersenyum lebar, "gue mau kasih sesuatu gue yakin lo pasti suka." Ntah kenapa hanya dengan melihat senyuman itu mampu membuat Talia menurut. Talia segera memejamkan mata nya...
Beberapa detik kemudian, ujung jari telunjuk nya terasa lembab dan...agak berair, selain itu juga Talia dapat merasakan kalau ujung telunjuk nya seperri menyentuh gumpalan-gumpalan aneh.

Tapi tuggu dulu! Tangan Gehan tidak lagi menggenggam tangan nya, membuat Talia kian curiga. Talia si cewek bermata sipit utu pun segera membuka mata nya, dan alangkah terkejut nya Talia saat mendapati jari telunjuk nya yang kini berada di salah satu LUBANG HIDUNG Gehan!

"Aaaaarrrrrr!!!!! Gehan sialan lo!" Pekik Talia,dengan secepat angin, Talia langsung menarik telunjuk nya. Ia menatapi ujung telunjuk nya yang malang, malang karena sudah terdapat gumpalan UPIL Gehan disana.

Gehan tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Talia yang sedang kesal. Sumpah demi apa pun Talia belum pernah menemukan laki-laki seperti sepupu nya ini.

"Huaaaaaa!!!! A*u lo Gehan!" Rengek Talia.

Gehan memegang perut nya yang rata, menahan sakit nya karena tertawa terus. Jari nya mengusap air di pelupuk mata nya. Talia segera mencolek pipi tirus Gehan, menempelkan kotoran itu disana.

"Makan tuh UPIL!" Setelah itu gadis bermata sipit itu segera berlari keluar kamar, tak lupa ia mencuci tangan dulu setelah dari toilet yang berada di bawah.

Sementara Talia keluar kamar, Gehan masih setia duduk di kasur empuk kepunyaan Talia itu. Ia sudah membersihkan pipi nya dengan tisu basah, milik siapa lagi jika bukan milik Talia?
Gehan menatap kamar itu lama, senyum pedih terukir di wajah nya, "Gue....nggak betah disini."

Flashback Off

Talia tersenyum saat mengingat pertengkaran kecil nya dengan Gehan sebelum cowok itu memutuskan untuk pergi. Sejenak Talia berpikir, rumah yang ditinggali nya sekarang akan terasa sepi jika Gehan pergi.

"Gue sayang lo, Gehan."

****

Tuhkan, orang nya udah pergi di inget-inget deh:v

Pacar Kontrak | SELESAI |Where stories live. Discover now