13.Sambutan untuk Faradiba

5K 396 1
                                    

"Apa sudah ada kabar?"

"Kami sudah menemukannya, Tuan. Kami tadi menemukannya saat ia tengah dalam perjalanan kerumah dan kami-"

"Hentikan saja semua celotehanmu itu, dan segera bawa anak itu kemari."

Tut. Sambungan telpon terputus.

****

Gehan baru saja sampai dirumah, ia berjalan malas-malasan menuju kamarnya tanpa menoleh sedikitpun pada kedua orang tuanya yang duduk di ruang utama.

Jika saja Gehan menghampiri keduanya pasti ujung-ujungnya topik yang akan dibahas adalah soal perjodohan lagi, lebih baik menghindar sajakan?

Gehan yang hendak memasuki kamarnya berhenti saat melihat pintu kamar Talia yang berada tidak jauh dengan kamarnya terbuka. Tidak biasanya gadis itu ceroboh seperti ini.

Ralat! Bukan ceroboh, memang dasarnya Talia tidak pernah mengijinkan siapapun masuk ke kamarnya kecuali Giselle adiknya yang memang tidur sekamar dengannya.

Gehan berniat menutup kamar itu dan samar-samar ia mendengar rutukan Talia.

"Nih anak kemana sih?!" Gehan Melihat Talia yang membelakanginya menghentak kakinya kasar. Ntah siapa yang dimaksudnya Gehanpun tidak tahu.

Dari pada Gehan harus berurusan dengan Talia, ia lebih memilih masuk kamarnya sendiri dan menutup pintu tak lupa juga Gehan mengunci kamarnya agar tidak ada orang yang masuk sembarangan.

Ya, walaupun kata 'orang' itu menuju kepada kedua orang tuanya sendiri.

Gehan berniat untuk mandi tapi ketukan yang terburu-buru membuatnya harus menunda acara mandinya.

Siapa lagi kalau bukan Talia? Sepupu cerewet yang tidak bisa bersikap lembut barangkali hanya sedikit saja.

"Apaansih lo?! Ngetuk pintu udah kayak orang kesetanan aja." Ketus Gehan.

Talia bersedekap dada, "Dimana Diba? Trus kenapa hp gak aktif?" Tanya Talia to the point.

"Mana gue tau! Lo fikir gue emaknya?"

Talia mendengus kasar, tentu saja Gehan bukan ibu Diba. Gehan itukan cowok.

"Tapi lo pacarnya! Kemana Diba? Gue dari tadi nelfon dia terus dan gak diangkat pas gue telfon lagi malah gak aktif. Lo kan?!" Talia melayangkan tonjokan andalannya tepat di kening Gehan, membuat Gehan mengusap-usap keningnya sambil meringis kesakitan.

Bukan karena Gehan lemah, namun dia akui memang sepupu nya ini adalah cewek yang banjir energi, kekuatannya sudah hampir seperti laki-laki! Mengingat dulu Gehan pernah terpental saat Talia menendang dan meninju perutnya saat masih SMU.

"Lo jadi cewek nggak ada lembut-lembutnya ya! Kesel gue sama lo!" Ketus Gehan.

"Tanya sama diri lo. Pantes gak cowok kayak lo dilembutin?!"

"Ya panteslah!"

Talia berdecih.

Gadis itu melenggang pergi menuju kamarnya, ia kembali berusaha menghubungi Diba.

Sedangkan Gehan? Laki-laki itu kini asik dengan acara memanjakan dirinya dengan berendam di bathtub yang ada di kamarnya.

****

Matanya gelap, tidak bisa melihat apapun. Pergelangan tangannya terasa sakit karena sesuatu yang melingkar dengan erat, begitu juga dengan pergelangan kakinya.

Tubuhnya diangkat dengan posisi kepala dibawah, rasanya gadis itu ingin menangis tapi bibirnya pun di tutup rapat dengan lakban yang terasa lengket.

"Tuan kami membawanya."

Laki-laki berkemeja biru tersenyum penuh arti lalu memberi kode pada pelayannya untuk menurunkan gadis itu.

"Welcome Faradiba Sharma"

****

Sekarang adalah hari Jumat, sejak kejadian dimana Talia bertengkar dengan Diba. Gadis itu sudah tidak kelihatan lagi, bahkan tidak juga di kampus.

Gehan merasa khawatir karena saat dia bertanya pada Agra, anak itu menjawab kalau Diba sedang pergi untuk beberapa hari, yang Agra sendiri tidak tahu kemana Diba pergi.

Tapi Diba juga tidak pernah mengabaikan Chat atau telfon darinya atau Talia. Karena Talia juga sama hal nya dengan Gehan yang merasa khawatir, mereka takut akan terjadi apa-apa pada gadis itu.

"Han, gimana nih soal ntar malam kita kerumah Aldi? Udah lama loh kita gak main ke apertmen Aldi. Jadi kangen gue."

Gehan menoleh saat Zidan bertanya padanya soal rencana mereka yang akan bergadang di rumah Aldi karena hari sabtu adalah tanggal merah, sayangkan kalau dihabiskan untuk tidur dirumah saja?

"Nggak tau ah gue, gue kayaknya malas. Lo aja dah yang pergi."

Zidan mengeryit, tidak biasanya Gehan menolak jika urusan bergadang apalagi dirumah Aldi. Sebenarnya bukan karena dirumah Aldi tapi Gehan hanya merasa senang jika berjauhan dari rumah.

Lebih tepatnya berjauhan dengan kedua orang tuanya.

"Tumben. Apa ini karena..."

"Iya. Gue nggak tau dia ada dimana."

"Ya lo carilah! Gimana sih."

"Cari kemana Dan? Hp nya bahkan nggak aktif"

Zidan menyunggingkan senyum manis, membuat beberapa gadis yang lewat mengeluarkan pekikan tertahan karena Zidan sangat tampan apalagi saat tersenyum.

Zidan menepuk punggung Gehan dua kali lalu berkata, "Jadi gimana dengan camera yang lo pasang di kalung Diba?"

Tubuh Gehan menegang, ia ingat saat sehari dimana Diba menjadi pacar kontraknya, Gehan mengambil kalung Diba yang terletak di mejanya, lalu menempelinya dengan camera pengintai berukuran kecil.
Kegunaannya adalah untuk mengetahui keberadaan Diba saat ia akan mencoba kabur dari Gehan supaya rencana nya tidak gagal maka Gehan harus mengetahui dimana Diba berada, dengan bantuan camera pengintai yang terpasang pada kalung Diba.

Gehan bangkit dari duduknya lalu menatap Zidan lama. Mereka berdua kini saling beradu mata dengan jarak wajah yang sangat dekat.

"Dan..."

"Hm?"

"Ternyata...selain lo bego, ternyata lo juga nggak berguna."

Jeda, "KENAPA LO NGGAK NGINGETIN GUE DARI KEMARIN ANJING?!!"

TBC

806 word apa masih kurang panjang☺?

Kalo ada komen atau dm "kak kurang panjang" lo ngetik sendiri aja coba:))

Hari ini update 4 part yey :D

Pacar Kontrak | SELESAI |Where stories live. Discover now