21.Maaf

4K 285 5
                                    

Kelas sudah berakhir sejak 15 menit yang lalu, namun seorang gadis bermata sipit dan memiliki rambut yang panjangnya sebahu masih setia duduk di belakang Diba. Gadis itu sesekali berbisik lirih antara ingin meminta maaf atau tidak.

Talia mendongak saat melihat Diba berdiri dari kursi dan mengemasi barang-barang nya. Jantung nya berdegup kencang sekarang, perasaan aneh yang muncul jika dia sedang menimbang sesuatu atau takut sesuatu.

"Di...tunggu."

Merasa panggilan itu hanya untuk nya membuat Diba menghentikan kegiatan berberes nya tanpa berniat menoleh ke belakang. Lagi pula kenapa Talia duduk di belakang nya? Bukankah mereka selalu bersebelahan?
Diba menggeleng. Untuk apa memikirkan Talia? Mereka sedang tidak akur saat ini.

"Gue belum mau kemana-mana lo udah minta di tungguin?" Ujar Diba dingin.

Talia menggigit bibir nya, ia salah bicara rupanya.

Talia pun ikut bangkit dan berdiri di samping Diba, memilih diam sambil memperhatikan gadis belasteran Indo-Jepang itu yang sedang sibuk berkemas.

Ugh...Kenapa lama sekali?

"Ngapain?" Tanya Diba to the point.

Harusnya Talia ingat, kalau Diba itu bukan tipe cewek yang suka berbasa-basih. Kenapa tidak langsung dikatakan nya saja tujuan nya menunggu Diba?

"Ngafe yuk?"

"Nggak, gue lagi ada urusan."

Tentang Diba mengatakan jika dia sesang ada urusan itu memang benar karena dia harus interview di sebuah restoran Jepang yang letak nya sangat jauh dari kampus mereka, padahal harus nya Diba sudah interview sejak pagi tapi karena teman nya mengatakan ada sedikit kendala maka semua harus di tunda dulu.

Talia berdehem kemudian memaksakan cengiran nya, "Nggak biasa nya Di?"

Diba hanya berdehem, setelah selesai dia langsung berlalu tanpa berniat menoleh terlebih dahulu "gue duluan".

Kedua bahu Talia menjadi turun, ia lesu. Harus nya Talia sadar bukan? Ucapan nya yang kemarin itu masih sangat menyakiti nya, jadi wajar saja teman nya bersikap demikian.

Diba itu adalah tipe cewek yang kalau mau pergi langsung pergi, kalau di ajak bertemu langsung bertanya apa tujuan pertemuan mereka. Basa-basi hanya membuang waktu banyak, dan Diba sangat memegang teguh prinsip yang mengatakan
"Time is Money."



****


"Diba!"

Lagi-lagi Diba harus merutuk kesal karena ulah jahil seseorang yang mengageti nya saat sedang berjalan seorang diri di koridor kampus yang sudah sepi.

Tangan nya yang merangkul buku berhenti di udara setelah melihat Aldi yang ternyata mengageti nya.

Aldi nyengir, "Buku nya kok diangkat gitu Di?"

Diba segera menurunkan buku lalu menggaruk pelipis nya yang mendadak gatal. Demi apapun Diba bersumpah akan memukul kepala orang yang mengagetinya tadi lalu menendang nya jauh sampai hutan amazon jika saja itu bukan Aldi.

"Nggak kok Kak, refleks aja."

"Refleks mau mukul gue?"

"Eh--?"

Diba mendadak bingung, tidak biasa nya Aldi menyebut diri dengan sebutan 'gue'. Tapi yasudahlah.

"Pulang sama siapa Di?"

Diba yang tadi nya cengo mendadak menggeleng kemudian menjawab, "Sendiri Kak."

"Bareng aja mau nggak?"

Melihat Diba yang diam, tidak bergeming membuat Aldi meraih tangan Diba yang bebas membawa nya meninggalkan koridor kampus yang sepi menuju motor nya yang berada di parkiran.

Senyum Aldi melebar saat melihat Diba yang hanya diam mengikutinya.

"Lo makin manis aja kalo diem gitu."




****

"Ayo dong Ga. Makan aku harus pulang loh bentar lagi, udah mau malam juga."

"Nggak mau Gehan! Jangan paksa aku."

Gehan meletakkan piring berisi makanan kesukaan gadis di depan nya dengan kasar. Ini bukan pertama kali nya Gehan membujuk Geiga saat gadis itu tidak mau makan seperti sekarang, tapi Gehan'kan harus menemui Diba sekarang.

Ia harus membicarakan maksud kedatangan nya yang tertunda tadi, Gehan bisa saja menunda dan mengatakan nya besok tapi ntah mengapa ia mendadak ingin bertemu Diba.

"Yaudah kalo lo nggak mau makan, gue balik."

Geiga yang tadi nya asik membaca manga segera melempar ponsel nya ke ranjang lalu menarik tangan kekar Gehan dengan kuat membuat laki-laki itu kembali terduduk disisi ranjang.

"Nggak boleh Gehan. Kamu harus tidur disini temenin aku."

Lagi. Gehan mengusap wajahnya, sorot mata nya sudah seperti orang lelah. Ingin menolak permintaan Geiga tapi tidak tega, karena tidak mungkin juga Gehan meninggalkan Geiga di rumah sebesar ini sendirian.

Gehan juga mendadak tidak mengerti saat mengetahui para pembantu di rumah nya mendadak cuti semua dan kedua orang tua nya yang sedang tidak berada di rumah.

"Geiga, aku nggak bisa."

Geiga melepaskan tangan Gehan, kemudian memasang wajah sedih membuat Gehan kian tidak tega saja dan semakin gemas.

Tangan Gehan terangkat, mengusap lembut surai hitam legam Geiga dengan sayang.

"Jangan manyun gitu. Ntar aku cium mau?"

Kedua mata Geiga langsung berbinar, kepala nya mengangguk antusias, Mau! Mau! Mau Gehan!"

"Nyesel gue mancing dia."

"Eh. Becanda Ga...lo masih di bawah umur nggak boleh ciuman."

"Gehan ih! Kita seumuran tau!" Kesal Geiga sambil memukul pelan bahu Gehan.

"Eh? Gitu ya?" Gehan nyengir.

Hening.

Geiga kembali sibuk membaca manga nya saat tau Gehan tidak akan beranjak pergi. Padahal Gehan sedang memikirkan bagaimana cara nya dia bisa terlepas dari gadis ini? Ia harus segera menemui Diba-nya.

"Gehan."

Gehan berdehem saja saat Geiga memanggil nama nya dengan lembut, Gehan merasakan Geiga sedang mendekati nya tapi Gehan tetap fokus berfikir sampai sepasang tangan mungil hangat menggepit wajah tampan nya.

"Ayo kita ciuman."









******



TBC

Gehan punya Diba tau:(
Masa mau di rebut juga

Pacar Kontrak | SELESAI |Where stories live. Discover now