11.Pertengkaran

5.5K 411 1
                                    

Gehan menggeliat saat merasakan sesuatu melingkar di tangan kekarnya,

'Nyaman'

Dia menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis tengah terlelap dengan posisi memeluknya dari belakang.

Gehan tersenyum kecil, tidak berniat melepaskan pelukan dari si gadis. Takut kalau gadis itu akan merasa terganggu lalu terbangun.

Jam menunjukkan pukul 06:45, sudah hampir malam, dan Diba sudah hampir 7 jam berada di rumah Gehan.

Tangan kekar Gehan terangkat mengelus surai Diba. Selama ini belum ada gadis yang pernah di bawanya atau di suruh datang ke rumah, Diba adalah orang pertama.

"Mereka udah buang gue."

Kening Gehan mengerut saat mendengar gadis disisinya mengigau.

"Jahat."

Gehan berkedip dua kali, mencerna perkataan Diba. Apa ia hanya sekedar mengigau saja?

Nafasnya tersenggal-senggal, seperti habis berlari berkilo-kilometer. Gehan merasa sedikit panik, kemudian membalas pelukan Diba yang semakin erat. Tangannya mengusap-usap kepala Diba lembut.

"Gue ada disini." Bisiknya pelan bermaksud menenangkan Diba tanpa membangunkannya.

Keringat dingin membajiri wajahnya yang kini terlihat pucat.

"Pah! Mah!" Diba menggeleng, tetapi itu tidak berlangsung lama karena Gehan menahannya.

"Sshhh...Diba...gue disini." Bisiknya lirih.

Dalam hati Gehan bertanya-tanya, apakah Diba memiliki trauma sehingga membuatnya mengigau separah ini?

"Lo mimpi apasih?" Tanya Gehan tepat pada telinga Diba, membuat gadis itu membuka matanya lalu mendorong dada bidang Gehan secara refleks.

Diba merubah posisinya menjadi duduk. Tangan mungilnya menyeka keringat di wajahnya.

"Kok pelukannya dilepas sih? Peluk lagi dong." Gehan merentangkan kedua tangannya manja.

Diba tidak menghiraukannya, dia melirik jam dinding. Matanya membulat dan segera beranjak, menyambar sling bag nya di sofa.

"Lo mau kemana?" Tanya Gehan sembari bangkit dari tidurnya.

"Pulang, kasian Agra nungguin."

"Gue anter."

Langkah Diba terhenti, dia berbalik menatap tajam Gehan yang memakai hoddienya, "Nggak! Lo masih sakit."

Gehan tidak perduli, dia juga sudah merasa baikan sekarang. Gehan menarik tangan Diba, menariknya sampai garasi mobil dan membukakan pintu.

"Gue bisa sendiri, Han." Gadisnya memelas.

"Udah malam, biar gue anter."

Diba mendengus dan memilih menurut saja karena merasa malas bertengkar. Gehan tetaplah Gehan, laki-laki yang tidak bisa di lawan.

Di perjalanan tidak ada obrolan, bahkan Diba memilih diam karena merasa malu telah memeluk Gehan.

"Ma...maaf." Diba menundukkan kepalanya.

Gehan yang tengah fokus menyetir hanya melirik sekilas lalu menjawab, "Buat apa?"

"Gue...gue..."

"Kenapa?"

Diba menelan salivanya kasar, untuk pertama kalinya dia merasa canggung berbicara dengan Gehan.

"Nggak. Nggak ada. Lo fokus aja nyetir, gue nggak mau ntar lo nabrak trus gue mati. Gue'kan belum nikah."

Pacar Kontrak | SELESAI |Where stories live. Discover now