06. Alasan (2)

16.6K 3.5K 386
                                    

Beberapa hari setelah kejadian sikut Jisung kena nasiku, dan hari-hari dimana Jeno selalu ngechat gak jelas, akhirnya minggu. Kayaknya yang lain udah bener-bener pada kumpul. Sementara aku masih di rumah. Janji kumpulnya itu jam 8 dan sekarang hampir jam 10, gila aja.

Iya, kerkom jadinya di rumah Jeno katanya supaya dia bisa jelasin alesannya. Bodo amat sih.

"Yang!"

"Hmmmmmm."

"Sini sebentar," panggil Mama.

Aku jalan ke dapur terus ada mama lagi,

Aku jalan ke dapur terus ada mama lagi,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Weeeee gaya," kataku.

"Weeeee gaya," kataku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ma mau lah satu,"

"Iya 'kan nyuruh kesini juga mau nyuruh kamu makan ini, bekel buat di jalan." katanya kayak aku mau ke arab aja.

Aku ambil empat potong doang, terus aku bawa pake tupperware. Tapi waktu aku masukin ke tupperware Mama ngelirik aku pake ujung matanya.

"Jangan ilang lagi!" katanya galak.

Anak mama kayaknya tupperware, bukan aku. Aku gak ngejawab Mama, aku cuma ngambil lagi sepotong sambil langsung digigit dan ngacir.

"Enak!" kataku. "BURUAN DERYYYY BANGSATTTT!!!!"

"HEH BAHASANYA NANAONAN! CEWEK KOK KASAR!" kata Papa yang keluar dari kamar masih pake celana pendek sama kacamata di jidat.

A Dery keluar dari toilet dan jalan ngambil kunci motor.

"Ngapain lo di toilet lama amat? Ngobrol sama malaikat maut?" kataku sambil jalan ngeduluin dia.

"Sembarangan anjing."

"DERY!"

Itu kata Papa.













"Ini rumahnya?" kataku, dalem hati tapi.

Sepi banget. Gak beres nih.

"Jangan pulang malem." kata a Dery.

"Dih, orang kerkom doang!"

"Bilang aja pacaran. Ada pacar lo juga 'kan disini?"

"Dadah!"

Aku langsung aja ngejauh. Didepan rumahnya banyak tanaman sama bunga gitu, adem. Aku jalan ke pager dan di halamannya ada cowok yang lagi nyiram tanaman.

"Permisi," kataku.

Yang disana noleh.

"Ya?" katanya.

BUSET GANTENG BENER.

"Ehmㅡitu, ini rumahnya Jeno?"

"Oh, sebentar." katanya.

Bentar bentar aja lo. Gue sendirian diluar pager kayak kaum duafa begini. Gak lama Jeno keluar, pake kaos dalem doang mana gitu basah nyetak badan sama celana pendek. Begitu keluar mukanya kaget banget, dia langsung masuk lagi.

LAH BANGSAT. GUE PANAS DISINI.

Tapi gak lama dia keluar lagi pake kaos dan celana pendek yang sebelumnya.

"Maaf." katanya sambil buka pager.

Aku masuk.

"Yang lain mana?" tanyaku.

"Belum pada dateng."

Ih setan. Aku narik nafasku dengan penuh amarah. Kayaknya kalau kubuang nafasku bisa keluar tayo. Kita masuk dan begitu masuk ke rumahnya tuh, adem gitu lho. Terus rapi gitu. Sedangkan penampilan Jeno disini udah kayak pemulung.

"Duduk,"

Di rumahnya sepi, cuma kedenger ada lagu yang diputer dari lantai atas kayaknya. Jeno pergi gak tau kemana.

"Eh? Ada siapa nih?"

Aku noleh dan ada Ibu cantik, nada bicaranya ramah, aku senyum dan berdiri.

"Cantik banget, namanya siapa?"

"Hazel, tante." kujawab.

"Maaf ya, Jeno nya pasti kayak tukang kuli."

Dengar itu aku ketawa, emang bener sih. Abis itu ada anak cewe turun dari atas, gak kalah cantik kayak yang depanku ini. Dia ngeliatin aku dari atas sampai bawah. Abis itu dia ngisyaratin ibu-ibu didepanku ini buat nyamperin dia.

"Pacarnya si aa, bun?"

BISIK-BISIK KOK KENCENG SIH!!!












"Anjing ini kerkom apa maen?"

"Bahasa."

Masa jadinya ada kelompok Jaemin! Jadi penuh. Ada aku, Nancy, Shuhua, Jeno, Hyunjin, Haechan, Jaemin, sama Seungmin. Bukannya kerkom karena yang ada anak cowok pada maen ps. Kukira tukang kebun, yang tadi didepan itu kayaknya sepupunya Jeno deh. Soalnya bundanya Jeno manggil gini tadi:

"Bang! heh! Taeyong! Makan dulu sini."

Begini, kalau dibilang kakaknya Jeno kayaknya agak gimana ya, soalnya yang namanya Taeyong itu ganteng banget dan kalem. Gak riweuh kayak Jeno. Tau apa alesan Jeno gak bisa kalau kerkomnya di rumah orang lain? Alesannya adalah karena Jeno lagi dihukum beres-beres masa?

Pantes aja penampilannya mirip pembantu. Jeno tadi bilang gini:

"Gue gak mau bunda nangis lagi saking keselnya sama gue. Otomatis ayah bakal cabut semua akses gue."

JADI DIA INI LEBIH KHAWATIR YANG MANA?

Aku sebenernya rada kagum. Maksudku, dia gak malu ngakuin hal yang begitu. Dia terang-terangan. Diluar dugaanku, Jeno juga gak usil hari ini.

"Jel,"

"Naon?" kataku.

"Sini."

"Ngomong aja, Jin."

"Sini ah."

Aku ngedeket, Hyunjin ngebisikin sesuatu, gini katanya:

"Shuhua punya pacar?"

BLUE 📖 (✔)Where stories live. Discover now