29. Satu Rumah

9.8K 2.3K 213
                                    

"Aku emang mau kesini, hari ini. Jam sekarang ini." katanya.

Aku diem aja.

"Tapi tadi Jaemin dateng."

"Ngapain?"

"Minta video sama film-film."

"Video apa?" tanyaku.

Jeno malah diem.

"Pokoknya video. Abis itu aku mau keluar mau beli sesuatu, terus Jaemin ikut katanya sekalian ke rumah Siyeon. Soalnya Seoyeon lagi di rumah Siyeon."

"Kenapa Jaemin gak berangkat sendiri?"

"Soalnya motornya bocor belum ditambal ketambah dia jadi dimarahin terus Jaemin gak bisa bawa mobil."

Ribet lah.

"Jadi aku sekalian keluar, beli sesuatu sambil anterin Jaemin ke Siyeon. Waktu Bunda nanya mau kemana, yang jawabnya Jaemin, bukan aku." katanya panjang lebar.

"Oh."

"Waktu Jaemin ke Siyeon kamu diem disana?"

"Ngg... Iya, tapi itu juga gak ngapa-ngapain soalnya dari situ juga banyak yang dateng. Ada Felix, Jinyoung, banyak."

"Jadi gimana?" tanya dia.

"Pulang." kataku.

"Mau lihat gak aku beli apa?"

"Enggak"

Jeno malah pergi dulu keluar, aku ikutin tapi. Dia ngambil sesuatu disana, setelah itu dia balik lagi. Kirain mau beneran pulang.

"Ini." katanya sambil nyerahin paper bag ke aku.

"Ini buat siapa?" tanyaku.

"Buat Siyeon."

"Ah bangsat!"

Jeno malah ketawa.

"Masuk." kataku dan jalan ninggalin dia.

Kita cuma berdua di rumah, tapi duduknya berjarak. Duduknya sebelahan gitu.

"Makasih." kataku.

Jeno ngasih animal hat, serigala. Warnanya putih sama abu-abu, lucu.

"Aku lihat lami lucu pake yang penguin pake kacamata." katanya tadi.

"Pororo!"

"Iya itu. Cocok lami mah pake itu, sama-sama gak jelas. Kamu juga cocok sama serigala." katanya.

"Hah?"

"Sama-sama bisa makan aku!"

"KURANG AJAR."

Mungkin sekitar dua menit tadi setelah kita diem-dieman abis ngobrol, di luar mulai hujan. Karena sepi jadinya ya kedengaran.

"Laper gak?" tanyaku.

Jeno nggeleng.

"Mau apa?"

"Mau kamu."

"Serius."

"Gak mau apa-apa. Mau disini aja sama kamu udah." katanya.

Percakapan-percakapan antara aku sama dia itu ujungnya pasti aja begini. Terkesan monoton mungkin tapi aku selalu nyaman sama Jeno.

"Eh tadi aku ketemu Bunda." kataku.

"Di?"

"Apotek." jawabku. "Kamu beneran kurang darah, ya?"

"Kayaknya gitu." jawab dia sambil nyender.

"Nah 'kan aku bilang juga!"

"Emang pernah bilang?" tanya dia.

Eh?

"Pernah."

"Aku lupa." katanya.

"INGETNYA SIYEON MULU."

Dia ketawa.

"Sensi banget sama yang namanya Siyeon."

"Ya gimana gak sensi. Orang kamunya aja kayak bangga gitu kalau nyebut dia."

Jeno nutup wajahnya ketawaan.

"Becandanya jangan pake nama dia." kataku.

"Iya juragan."

"Serius!"

"Iya." dia benerin posisi duduknya. "Maaf." katanya.

"Mau aku bikinin apa?" tanyaku.

"Gak usah, bawel."

"Harus!"

"Boleh agak lama gak disini?"

"Boleh, tapi kenapa?" tanyaku.

"Males di rumah." Jeno nyenderin kepalanya sampe ngedongak. "Ribut-ribut terus. Percuma Lami ngungsi ke rumah, Bunda sama Ayah juga sama aja."


Aku gak nanya lagi ke Jeno. Dia keliatan mumet.

"Ya udah." kataku.

"Iya. Aku mau serumah sama kamu aja."

HNGGGGGGG JANGAN MULAI LAH JEN.




































siapa yang mau serumah sama jenoooo?

tapi jadi babu

BLUE 📖 (✔)Where stories live. Discover now