49. Menuju Ujung

5.5K 1.3K 325
                                    

Aku sama Jeno gak pernah lagi tuker kabar. Bahkan di sekolahpun mau aku atau Jeno sama-sama bersikap saling gak menganggap ada. Jelas anak-anak kelas sadar itu dan berusaha bikin suasana cair meskipun berujung Jeno yang keluar dari kelas atau aku yang pasang headset dan main ponsel.

Setelah hari itu, aku gak pernah lihat Jeno, Youi, Yangyang barengan. Bahkan buat liat Youi barengan Yangyang aja jarang. Entah apa yang terjadi diantara mereka, aku gak peduli. Aku sama Jeno juga udah terlanjur kacau begini.

Tanpa sadar sampai hampir satu bulan lamanya aku sama Jeno gak saling bicara. Meskipun kadang sesekali terpaksa nanya, sisanya gak ada. Aku dan Jeno gak putus tapi gak juga kayak sebelumnya. Terakhir yang Jeno bilang cuma 'sama' yang artinya dia juga capek. Dan di keadaan yang bikin aku pusing, malah ada yang bikin tambah pusing.








yangyang
| gue tau lo masih sama jeno
| tapi kalo lo capek
| gue ga kemanamana jel
19:02







"Woy!"

Aku noleh sedikit kaget, Renjun duduk disampingku. Sekarang lagi jam pelajaran olahraga. Aku gak ikut karena lagi mens dan ada kram, sementara Renjun gak ikut karena tangan kirinya patah yang bikin Shuhua nangis sebulan lalu waktu tau Renjun tabrakan.

"Ck, kayak setan."

"Setan gak ada yang ganteng." katanya.

Iyain. Lucu kalau ingat bagaimana dulu aku menjadikan laki-laki kayak Renjun sebagai cowok yang pengen aku jadikan pacar.

"Lo putus sama Jeno?"

Aku noleh.


"Disuruh Jeno lo nanya?"

Renjun noleh, "Gue gak suka disuruh-suruh."

Aku balik lagi mandang ke depan.

"Gak tau." kataku.

"Kenapa?"

"Gak tau."

"Gara-gara apa?" tanya Renjun.

Aku diam dulu, padahal ngobrol baru sebentar tapi aku malah ngerasa kayaknya Renjun bisa dipercaya.

"Gue tau lo suka ikut main sama Jeno sama Yangyang."

"Terus?"

"Youi. Gue sama Jeno jadi sering salah paham. Jeno jadi sering bohong."

"Mereka gak sedeket yang lo kira. Menurut gue sikap Jeno wajar."

Aku senyum kecut, "Lo sama aja ternyata."

Renjun gak langsung bicara lagi.

"Gini deh, yang bikin lo salah paham sama Jeno gara-gara Youi, apa?"

Aku jadi agak malas bicara sama Renjun setelah jawaban dia sebelumnya. Tapi bodo amat, aku sekarang gak suka semuanya.

"Banyak, salah satunya Youi ada di rumah Jeno sementara Jeno bilang enggak."

"Dan menurut lo yang bohong?"

"Gue gak tau."

"Lo tau dari mana?"

"Yangyang."

"Itu kapan?" tanya Renjun.

"Waktu awal-awal masuk setelah libur. Yangyang bilang dia baru dateng sementara Jeno sama Youi udah duluan di rumah Jeno. Tapi Jeno bilang dia lagi sama Yangyang di rumah."

"Setau gue waktu itu ngumpul di rumah Jeno cuma sekali, gue juga ikut." katanya.

Aku noleh.

"Waktu itu gue juga lagi sama Shuhua sama Nancyㅡ"

"Oh, yang katanya nganterin Nancy bukan, sih? Gue inget Shuhua laporan gak langsung balik."

"Iya, iya! Hari itu." kataku.

"Gue ada di rumah Jeno dari pulang sekolah, ada Haechan, Jinyoung, Sanha juga nah baru Yangyang dateng. Awalnya emang gak ada Youi. Tapi Youi gabung waktu Yangyang udah dateng."

"Maksud lo?"

"Jeno gak bohong menurut gue. Gue aja waku itu gue heran tiba-tiba ada Youi ikut ngumpul tapi kalo diliat-liat itu cewek kayak sepaket sama Yangyang." jelas Renjun.

"Tapi gue juga nanya Youi dia bilang dia udah di rumah Jeno, sama kayak apa yang Yangyang bilangㅡ"

"Kita semua begitu. Gue juga suka bilang udah nyampe padahal masih otw."

Setelah Renjun bilang begitu, aku mikir.

"Tapi yang Yangyang bilang sama kayak Youi dan Jeno beda sendiri, dua lawan satu itu bikin gue nambah bingung."

"Dua lawan dua." koreksinya. "Lo 'kan denger apa yang gue bilang sekarang sama kayak yang Jeno bilang."

Jadi yang bohong...

"Lo kenal Youi 'kan?" kutanya.

Renjun ngangguk.

"Suka ikut Jeno sama Yangyang nongkrong di tempatnya Youi juga?"

"Kalo Jeno ada disana gue juga ada."

"Yangyang bilang Jeno paling rajin bantuin Youi kalo tempatnya mau tutup."

"Jeno emang suka bantuin, gue juga. Anak-anak yang ngumpul semua ikut bantuin. Tapi gak rajin juga. Gue sama Jeno gak yang beneran tiap hari sama Yangyang. Beda kalo harus dibanding sama si anjing Haechan, Jaemin, Hyunjin." jelasnya.

"Kalo sama Youi?"

"Apalagi. Lo tau gue gak temenan deket sama cewek, begitu juga Jeno. Kalo cowok lo Jaemin, baru lo bisa curiga." jawab Renjun. "Lo jangan gampang percaya sama orang yang baru lo kenal."

Aku diem. Renjun jadi kelihatan beda. Sebelumnya aku dan dia gak pernah ngobrol sampai begini.

"Sekarang aja kita udah jarang kesana." kata Renjun. "Gue paling males ikut urusan orang apalagi kayak lo sama Jeno. Dua-duanya ribet."

Aku mendelik.

"Tapi gue gak suka liat Jeno gak punya pendirian, lo juga sama." masih kata Renjun.

"Hm, makasih."

"Balikan sana. Kasian Jeno."















































"Lo bilang apa sama Hazel?!"

"Gue gak bilang apa-apa."

"Gue 'kan cuma ngomong sama lo kalo gue pengen dianter Jeno dan gue bilang itu ke lo! Gue gak bilang ke Jeno! Gue gak minta dia nganterin gue, Yang!"

"Ya udah lah lagian lo juga suka 'kan sama Jeno? Lo harusnya terima kasih gue udah bantuin lo."

"Gara-gara lo Hazel ngelabrak gue dan Jeno pasti jadi beda sama gue lo gila tau gak?!"

"Lo nempelin Jeno terus dikira anak-anak gak tau lo suka sama dia? Kalo lo berani kenapa gak buru-buru lo tikung?"

"Gak usah ngalihin pembicaraan. Lo juga suka 'kan sama Hazel?!"

BLUE 📖 (✔)Where stories live. Discover now