32. Tanpa Keterangan

9.2K 2.1K 110
                                    

"Kenapa Jaemin ikut nungguin?"

"Ah lebay, katanya bahaya kalau beduaan. Kayak punya temen bejat aja."


Aku sama Jeno duduk-duduk di halte.

"Aku kaget waktu kamu pingsan."

"Emang kenapa?"

"Enggak." katanya.

"Kenapa?"

"Gak apa-apa."

"Kenapa, Jeno!?" tanyaku keukeuh.

"Takut gak bangun lagi."

"Kebangetan lo!"

Hari berubah gelap, aku lihat jam udah pas di angka enam. Aku buka hp dan chat a dery supaya jemput aku karena aku sebenernya males jalan tapi kalau harus sama Jaemin tadi aku lebih males. A Dery mau? Pasti mau tapi bakal marah-marah.

Malas balas pesanku aja begini:





a dery
| sok tgg
17:02





"Aku pulang sama A Dery aja."

"Kenapa? Masih lemes?"

Aku ngangguk.


"Ah! Nyesel aku gak bawa motor!" katanya.

"Ya lagian tumben pake bus, kenapa?" tanyaku.

"Enggak."

"Ngapain cemberut? Besok juga ketemu lagi, pehul!" kataku.

"Aku maunya ketemu terus-terusan."

"Gak usah alay lo!"












Sesampaiya di rumah kayak biasa, garing. Gak ada yang aneh.


"A! Chargeran mana?!" teriakku dari kamar.

"Naon?" jawabnya, kebetulan dia lagi lewat.

"Chargeran gua mana?!"

"Tuh dipake Papa, bukan gue yang make!"


Mentang-mentang sama semua suka seenaknya. Aku buru-buru keluar kamar dan turun, kulihat diatas meja ada ponsel Papa lagi dicharger sementara Papa di ruang tamu sedang fokus ke laptop. Buru-buru aku jalan ke meja dan nyabut ponsel papa.


"Eh? Kenapa dicabut?"

"Papa jangan pake chargeran ayang—"

"Emang itu chargeran siapa?" tanya papa.

Eh? Anj, Dery. Apa coba malam itu aku jadi kayak orang mabok, gak jelas! Malu soalnya itu chargeran Mama dan paginya malah pada ketawaan. Si Dery paling puas.

BLUE 📖 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang