14. Hari Pertama

12.8K 2.7K 148
                                    

Selepas pulang sekolah, aku gak kemana-mana. Paling sekarang keluar malem sama Jeno. Sebenernya aku gak mau, tapi dia ngajak makan. Mana bilangnya terserah mau dimana aja terserah aku, aku makin tergiur.

Fokus makanannya, jangan yang ngajaknya.

Mumpung a Dery belum pulang, supaya dia gak nyinyir. Aku keluar kamar, pake hoodie, celana panjang, rambut diiket longgar di bawah. Mama akhir-akhir ini pulang kerjanya cepet, aku jadi bingung harus jawab apa kalau ditanya.

"Mau kemana kamu?"

Nah 'kan.

"Makan sama temen."

"Nancy?"

"Bukan."

"Yang orang Tiongkok?"

"Shuhua? Bukan dih." jawabku. "Temen yang ini cowok."

"Oh yang ganteng?"

Hmm sebentar.

Ada kesalahan, mama 'kan gak kenal Jeno.

"Siapa emangnya temenku yang ganteng?"

"Itu yang kurus, yang tinggi, sering kesini dulu."

"Siapa ih?" aku mikir.

Oh, sering kesini dulu.

"Jaemin." kataku.

"Iya Jemin. Iya itu, sama dia?"

"Bukan, ini temennya dia." kataku sambil ngambil remote dan pindahin acara tv nya.

"Kenapa? Putus?"

Duh ma, udah dong. Ingin banget aku bilang gitu.

"Mana pernah aku pacaran sama dia."

"Terus yang sekarang siapa?"

"Temen pokoknya."

"Ganteng gak?"

"Ganteng, Mamaaaa."





Ting!




jeno
| udah di depan
18:35





"Ma, aku pergi dulu ya?"

"Jangan pulang kemaleman."

"Siap." kataku sambil masukin hp ke kantong hoodie dan jalan ke pintu.

Waktu buka pintu.

"CIEEEEE YANG KEMAREN MARAHAN SEKARANG UDAH DIJEMPUT LAGI AJA."

"Awas!"

"CICICICIEEEEEE."

"MA INI SI AA MAAAAAAA."

"DERYYYY MASUK."













"Kita mau kemana?"

"Bukannya aku udah bilang terserah kamu?"

"A-ah iya." kataku.

Dasar bego.

"Jadi mau kemana?" katanya.

"Jalan dulu aja." kataku.

Kita di jalan gak bicara apapun, aku cuma denger Jeno nyanyi-nyanyi gak jelas. Stress kali. Gak apa-apa lah biarin aja dia, kasian. Aku akhirnya milih salah satu fast food restaurant.

"Coba pilih."

Aku yang gak ngerti, noleh.

"Mau candid atau liat sini?" tanyanya.

"Gak dua-duanya."

"Candid aja lah."

"Gue bilang enggak." kataku sambil nutup wajahku.

"Mana ada candid nutup wajah begitu."

"Serah gue dong." kataku.

Jeno gak ngomong apapun, kayaknya mulai foto. Aku masih nutup wajahku, tapi ini tuh sumpah lama. Foto doang lama amat.

"Udah belum?" tanyaku.

Gak denger ada jawaban, aku ngintip.

"Bilang dong kalau udah!"

Dia malah ketawa.

"Tadinya mau ditinggalin." katanya.

Aku mendelik.

"Jeno,"

"Apa?"

"Bisa gak ngomongnya jangan aku kamu?" tanyaku.

Sebenernya aku sedikit apa yaㅡrisih?

"Jadi gimana? Ayah bunda?"

"Ya gak gitu juga. Biasa aja kayak lo ke temen-temen lo yang laen."

"Tapi kamu bukan temen aku, kamu 'kan pacar aku." katanya.

"Masih aja. Iya tapi ini 'kan pura-pura."

"Bukan pura-pura dih." kata dia.

"Iya apapun itu, bisa gak?"

Dia diem. Lalu gak ada jawaban sampai makanan sampe didepan mata kita. Aku ngambil makananku dan mau makan aja lah.

"Gak janji." katanya.

BLUE 📖 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang