10. Aku Kita dan Dia

14.3K 3K 274
                                    

"Absen woy!"

"Jeno sakit."

"Eh el,"

Ah ya, hari ini lagi-lagi masih festival olahraga tapi hari akhir sih yang tanding cuma yang tinggal jadi juaranya aja. Kelasku menang dalam kategori nothing alias GAK MENANG DI LOMBA APAPUN HUHU KENAPA SIH MANUSIA.

"Sini," katanya.

Aku nyuruh Nancy sama Nakyung duluan, abis itu aku ngedeket ke Jaemin.

"Temenin gue pulangnya mau apa mau?"

"Kemana?"

"Makan." katanya sambil nyengir.

"Apaan nih tiba-tiba?" aku ketawa.

"Hahay deg-degan ya lu? Gak lah, beli itu apa dah namanya disuruh beli agenda memo gitu gak tau lah gue."

"Sama?"

"Sama Pak Yuta."

Eh kenalkan, dia wali kelasku. Guru olahraga, kuliahnya di Jepang tapi. Pacarnya di sekolah ini juga bu guru bahasa Jepang. Nanti deh kalo profil wassapnya pake foto dia sama pacarnya, aku lihatin!

"Kok bisa?"

"'Gue 'kan gak ikut olahraga minggu kemaren kabur, terus dikasih pilihan mau push up seratus mau beliin Bapak agenda katanya. Ngelucu ni wali kelas, mana bisa gua push up seratus anjir?" kata Jaemin panjang lebar.

Pengen banget aku nanya 'kenapa harus sama gua?' tapi mungkin Jaemin emang gak tau soal yang kayak gitu buku catetan sekolah aja satu untuk semua. Aku sama Jaemin, KIRA-KIRA KITA UDAH KAYAK RELATIONSHIP GOALS GAK HAHAHAH.

"Mau nanya,"

"Sok atuh."

"Aneh gini ngajak gue."

"Oh," Jaemin minum sodanya. "Itu bukan pertanyaan."

Aku ketawa pelan, kita masih di toko stationery masih nyari agenda yang sekiranya gede aja gitu kelihatannya mahal tapi harganya murah. Ini nyari udah setengah jam ada yang murah tapi kecil, ada yang kayak biasa dibawa guru-guru harganya mahal. Jaemin bimbangnya sampe kerung.

"Kok ngajak gue?" ulangku.

Giliran, Jaemin ketawa.

"Emang gak boleh?"

"Gak gitu, Jaemiiiiiiiin."

"Oh gak boleh nih? Pacarnya ngambek?"

"Dih? Kok pacar? Lo apa sih?" aku ketawa.

"Salah ya minta tolong sama temen?"

Aku masih nyoba ketawa denger kalimat yang keluar dari mulutnya barusan.

Temen.

"Santai aja kali." Jaemin ngeluarin hpnya. "Lagian gue bingung mau minta tolong siapa, kebetulan liat lo langsung jadi ya udah."

Tapi tenang, tenang. Semuanya juga berawal dari teman. Ingin banget aku tanya dia gimana sama Seoyeon? Kandas kah? Soalnya aku mau mencalonkan diri.

"Tau gak?" tanya Jaemin.

"Gak."

"Ck, serius." dia ketawa.

"Apa?" tanyaku.

"Ada tempat jajanan bayar satu makan dua deket sini."

"Bohong?"

"Serius gua."

Aduh, mau banget kesana!

"Mau kesana?" tanya Jaemin.


Rasanya aku jadi orang paling bahagia hari ini! Sekarang kita lagi di jalan pulang, Jaemin anterin aku dong. Kenyang, bahagia, kurang apalagi. Yap! Betul. Kurang Jaemin doang jadi pacarku.

"Kalau bulan depan ada lagi mau gak?" Tanyanya agak kenceng berhubung angin juga kenceng.

"Mau dong."

"Jangan makan dulu seminggu, biar kecobain semua makanannya!"

"Meninggal!"

Kita mulai masuk daerah rumahku, disini Jaemin bawa motornya pelan.

"Jalan sama gue gak ada yang marah nih?"

"Gak lah, mana ada."

"Gue ngarep lo Seoyeon masa, Jel."

Aku diem. Laki-laki yang lagi denganku hatinya ketinggalan di perempuan lain, sementara dia bisa lihat aku tepat didepan matanya sekarang. Kita belok kanan dan disitu aku bisa lihat ada motor diluar rumahku.

Eh, ada orang juga duduk diatasnya. Kak Mark?

Tunggu.

Kenapa aku bisa lupa?!

"Weh ngapain lo disini?" tanya Jaemin.

Aku buru-buru turun dari motor Jaemin.

"Jenoㅡ"

"Gue pulang ya."

Malam itu, aku ngerasa campur aduk.

BLUE 📖 (✔)Where stories live. Discover now