31. Mau Cari Angin Jadi Cari Masalah

9.9K 2.3K 124
                                    

Sekarang di lorong lantai tiga ada enam orang yang berdiri. Berurut dari kanan, ada Hyunjin, Renjun, Haechan, Jeno, Jaemin dan, aku. Kita semua berdiri dengan dua lengan lurus ke depan, dan kaki kanan naik empat puluh lima derajat. Iya lengannya harus lurus ke depan soalnya pada pegang rokok, tapi 'kan aku enggak! Aku dari tadi mau nangis aja rasanya, tapi kalau nangis percuma. Kaki aku udah pegel banget gila, dua lenganku juga!

"Hazel aku pegel."

"Ya udah sama!" kataku ke Jeno.

"Gara-gara lo, Jel."

"Kok gue!?" kataku ke Hyunjin.

"Jangan sembarangan, Jin." Jeno nimbrung.

"Berisik, Jin! kalau ketauan bakal ditambah lagi hukumannya." kata Jaemin.

"Heeh bener." kalau ini Haechan.

Darimana nih dia diem aja daritadi. Cepirit? Aku yang gak tau apa-apa ikut kena hukum! Niatnya mau cari angin malah cari mati! Tadi pada debat dulu.

"Pacar saya gak ikut-ikutan, Pak. Ngapain dihukum?"

"Pacar pacar, jangan ngelawan kamu!" Pak Sehun narik Jeno.

"Hazel baru dateng, Pak."

"Kalau begitu berarti sudah direncanakan! kalian ketemuan apa gimana!?" Pak Sehun nyolot ke Jaemin.

Sementara Pak Chanyeol cuma ketawa cekikikan sambil balik badan beberapa kali.

"Cinta segitiga?" tanya Pak Chanyeol.

Gila! Hyunjin malah ketawa kenceng. Enak aja caplang!!!!

"Mau ngehukum ya hukum aja Pak."

"Gue bisa udahan gak sih? 'Kan gak ikut-ikutan." kataku.

"Mana boleh. Konsis, dong."

Ah berisik, Renjun. Aku udah gak kuat, aku nurunin tangan dan kakiku abis itu jongkok dan nenggelamin wajahku.

"Eh napa tuh?"

"Jel," ini suara Jaemin. "Kenapa?"

"By? Apa yang sakit?"

Ba bi ba bi.

"Perut." jawabku ke Jeno.

"Ke uks ayo."

"Gak mau." kataku.

Takut papasan sama dua guru tadi, nanti ditambah lagi hukumannya.

"Berdiri." Jeno nyoba narik aku pelan.

"Bangun, Jel."

Kepalaku pusing.









Bangun-bangun aku kaget, kirain di rumah sakit. taunya masih di uks.

"Jeno mana?" tanyaku.

Karena yang pertama aku lihat malah Jaemin bukan Jeno! Jaemin malah senyum-senyum jail.

"Ada ada, Bu. Tenang." katanya.

Aku cari-cari ponsel, tapi aku baru inget kalau hpku disimpen di tas! Aku turun dari ranjang, niatnya mau ke kelas ngambil tas.

"Udah gue ambilin." kata Jaemin yang nyodorin tasku entah dari mana.

"Ini jam berapa?"

"Jam lima lebih." katanya.

Aku langsung nyambar tasku dan ngubek isinya. Aku inget deh tadi aku pingsannya bentaran tapi aku pengen tidur.

"Lo pucet banget, Jel."

Tuh 'kan! A Dery telepon aku berkali-kali. pasti tadi misuh-misuh di gerbang waktu jam pulang. Aku berdiri, tadinya jongkok. Lalu Jeno keluar dari toilet yang didalem uks.

"Ayo, pulang." kataku ke Jeno.

"Kamu pucet banget."

"Ya udah makanya ayo pulang." kataku geram.

"Aku pake bus ke sekolah." kata Jeno.

Heh, sejak kapan?

"Ya udah, ayo. Kita pulang pake bus aja." kataku.

"Gue bawa motor." kata Jaemin.

Aku noleh.

"Lo pucet, lebih aman sekali naik langsung sampe rumah."

Nawarin maksudnya?

"Gue bisa anterin dia pake kaki sampe kamarnya." ini kata Jeno.

"Pake motor lebih cepet, gak usah jalan gak capek."

"Ayo, pulang woi! Udah sore ini." kataku.

Jaemin ngusap wajahnya, "Gue kenal abangnya, Jenㅡ"

"Gue cowoknya, udah. Gue tanggung jawab. Lo pulang pulang aja." ini kata Jeno.

BLUE 📖 (✔)Where stories live. Discover now