12. Tujuh Hari - 🎵

13.7K 2.9K 245
                                    

Masa anak kelasan ribut banget waktu aku keluar kelasnya bareng Jeno. Haechan nih, berisik. Tau apa? Jaemin langsung ngibrit waktu bel pulang bunyi karena kayaknya udah ditungguin Seoyeon kayaknya, ha ha.

"Jeno,"

Dia noleh.

"Anak cewek yang di rumah lo siapa?"

Jeno malah senyum-senyum.

"Cemburu?"

"Dih! Ngapain!"

Dia ketawa, "Pacar."

"Bohong."

"Nah 'kan cemburu."

"Bukan gitu. Orang dianyaㅡ" omonganku kecekat di tenggorokan.

"Dianya apa?"

Aku nggeleng.

"Gak mau kasih tau, gue umumin sekarang juga di gc kelas kalo kita pacaran."

Si tukang maksa.

"Dia nanya nyokap lo."

"Apa katanya?"

"Udah ah." kataku.

"Umumin sekarang, ah."

"Ck, iya iya! Dia nanya gini 'pacar si Aa bun?'"

Jeno ketawa lagi, apa yang lucu sih?!

"Bunda jawab apa?"

"Dia malah ketawa kayak lo!" kataku.

"Semoga iya." katanya.

"Pede lo?"


Pertama, Jeno ngajak aku makan.

"Minumnya mau apa?"

"Strawberry milk."

"Ice choco aja."

"Dih kalo gitu ngapain nanya?!" kataku.

Dia ketawa. Setiap ketawa, matanya pasti hilang.

"Ice choco aja, enak." katanya lagi, keukeuh.

"Gak mau, Jeno."

Selesai beli makan dan minum, dan semuanya udah ada didepan mata, kita makan. Ini sebenernya asik sih. Karena sudah dipastikan gratis. Jeno kalau makan tenang ternyata. Makan berdua gini ngingetin aku waktu kemaren bareng Jaemin.

"Kalau bulan depan ada lagi mau gak?"

Kalau ada kesempatan aku ingin jawab, GAK MAU LU PERGI SAMA SEOYEON AJA. Ajakan Jaemin yang tadinya kedengeran istimewa buatku jadi kedengeran menyebalkan. Bisa-bisanya dia mikirin perempuan lain bahkan waktu dia lagi sama perempuan lain yang lainnya. Oh atau jangan-jangan Jaemin melihat aku ini sebagai banci.

Mendadak daging didepan mataku makin keliatan cuma benda mati yang dihias pake itu ini supaya keliatan bagus. Mirip aku, mirip perasaanku sekarang. Jaemin gak lihat aku kayak bagaimana aku lihat dia. Segalau ini padahal diajak jadian aja enggak cuma dimintain tolong dasar tolol.

"Jeno,"

Dia ngangkat dagu.

"Kemarin kenapa gak sekolah? Serius sakit?"

Ya aku tau katanya dia sakit, nanya lagi aja lah.

"Lupa." katanya.

Ih gila. Aku mendelik, sementara dia cuma senyum gak jelas.

"Mata masih sakit?" tanya dia.

"Berair doang, dari awal juga gak sakit, paling agak gatel." kataku sambil nyuapin potongan daging ke mulutku.

YA MASA KE MULUT JENO.

"Suka sayuran gak?" tanyanya.

Aku nggeleng.

"Sukanya apa?" tanyanya.

"Duit."

"Tanya balik lah!" katanya.

Maksa.

"Lo sukanya apa?" kutanya dia.

"Lo."

Otakku loading, maksudnya apa sih?

"Lo kanibal?" tanyaku.











"Makasih." kataku sambil turun dari motornya.

Matahari bener-bener mau tenggelam hari ini dan aku lagi bingung sama perasaanku.

"Mau lupa sama Jaemin gak?" tanyanya.

Aku diem.

"Caranya cuma satu."

"Apa?" kutanya.

"Jadi pacar gue."

Ih? Apaan nih?

"Seminggu. Kalo kamu gagal, aku kalah. Kalau aku menang, kita gak boleh putus." katanya lagi.

Jelas lah aku gak mau. Tapi setelah denger tawarannya, aku yakin aku bisa menang. Karena apa? Karena cuma seminggu.

"Emang tandanya apa kalo lo menang?" tanyaku.

"Nanti juga tau."

"Tapi kalau gue yang menang lo harus jauhin gue." kataku.

Ini bener-bener gila. Sebenernya keinginanku dari semenjak kenal dia yang gak jelas. Aku ingin dia jauhin aku. Aku hari ini mau-mau aja sama dia 'kan sebagai permintaan maaf aja.

Jeno kelihatan mikir tapi akhirnya ngangguk.

"Jadi siap?"

"Cetek, cuma seminggu."

BLUE 📖 (✔)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ