🌸 dia pasti baik-baik saja 🌸

3K 175 17
                                    

"Halii... Halilintar... banguun...," Pekik seorang gadis berambut sepunggung yang sedang berusaha membangunkan seorang pemuda yang tergeletak tak berdaya di lantai.

Dia terus menggoyang-goyangkan tubuh 'Halilintar' berharap laki-laki itu akan bangun. Tapi itu hanya sia-sia, Halilintar tetap tidak membuka matanya.

Yaya menyentuh kepala bagian belakang Halilintar yang kelihatan basah. Matanya membelalak kaget saat melihat noda darah di tangannya setelah menyentuh kepala pemuda itu.
"Dar-darah...??" Rintih nya.

Yaya menangis dengan kuat, lalu memeluk Halilintar sambil meneriakkan namanya dengan keras.

Yaya bingung, takut, dan kacau. Dia tidak tau harus berbuat apa. Diselimuti dengan rasa takut dan panik, membuat gadis labil itu tidak bisa berpikir jernih.

Tapi, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Yaa, dia bisa menghubungi seseorang, orang terdekat Halilintar.

Dia merutuki dirinya sendiri. Kenapa dari tadi dia tidak kepikiran akan hal itu?? Kenapa dia harus menangis seperti ini? Apa dengan menangis Halilintar akan bangun??

Yaya menggeleng-gelengkan kepala nya, berusaha untuk tetap fokus. Dia harus menghubungi seseorang, tapi siapa? Ah, dia ingat, dia bisa menghubungi kembaran Halilintar.

'Gempa. Iya Gempa' batin Yaya, lalu dengan sigap merogoh saku roknya untuk mengambil ponsel. Mata Yaya mengerjap kesal saat melihat ponsel itu mati. Ah, dia lupa, ponselnya sedang kehabisan daya.

Yaya menggigit ibu jarinya dengan panik, dia bingung dan dia tidak tau harus melakukan apa lagi, air mata nya kembali jatuh, dan Yaya menangis kembali.
Tapi, sebuah ide muncul di kepala nya. Dia bisa memakai ponsel Halilintar.

Yaya mengacak-acak saku jaket Halilintar, berniat mencari posel laki-laki itu disana.

Dan... Hap...

Yaya berhasil mendapatkan ponsel Halilintar dari saku jaket sebelah kanan nya. Dengan cepat ia mengaktifkan ponsel tersebut, lalu bersyukur didalam hati saat melihat ponsel Halilintar ternyata tidak memakai password.

Jari jemari Yaya menari dengan gesit mencari kontak orang terdekat Halilintar, dan dia bersyukur melihat kontak 'Taufan', dengan cepat Yaya menekan ikon 'panggil pada kontak itu, lalu mendekatkan ponsel Hali ke telinganya.

Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak ak...-

Yaya makin terisak mendengar itu.
"Ck, kenapa nggak aktif sih??" Cicit Yaya dengan air mata yang terus mengalir.

Yaya kembali mencari kontak kembaran Halilintar yang lain, yaitu Gempa.
Yaya menghela nafas lega saat terdengar nada sambung, bertanda sudah terhubung.

"Halo, kak...-"

"GEMPAAA" teriak Yaya memotong ucapan Gempa di seberang sana.

"To ... hiks ... Tolongin guee...," ucap Yaya dengan isakan yang tidak bisa ia tahan lagi.

"Yaya? Lo kenapa?? Kenapa ponsel kak Halilintar ada di Lo?" Tanya Gempa beruntun.

"Hali, Gem... Hiks... Hali... To...Tolong hiks...,hiks...." Nafas Yaya sesak, dia menangis sesenggukan. Dia tidak tau harus menjelaskan semuanya dari mana.

"Yaya tenang, Lo tenang dulu, atur nafas Lo. Gimana Lo mau jelasin ke gue kalau lo gak tenang kek gini," ucap Gempa sambil berusaha menjaga nada bicaranya tetap tenang.

Yaya mengikuti instruksi Gempa, ia mencoba mengatur nafasnya. Setelah tangisannya reda dan cukup tenang, Yaya mulai menceritakan semuanya pada Gempa.

"Hali... Halilintar pingsan di gudang sekolah, hiks... karena nolongin gue Gem... Lo, hiks... cepat kesini, kepala nya ngeluarin darah. Gue takut Gem, hiks... Tolongin gue," ucap Yaya lumayan kencang. Walau masih dengan sesenggukan, Yaya yakin Gempa mengerti dengan ucapannya.

Waiting For You Forever [SELESAI]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum