"Tetaplah tersenyum, Yaya"

2.1K 159 88
                                    


Yosshhh I'm Back^^😅😅😅

Ada yang kangen? 😅

Ada yang masih nungguin?😍

Kuy absen dulu^^ 😅😅

Readers: Eh Thor... Lu na...–

Eiiitss... Bacotin Authornya nanti aja ya Readers😅.  Sebelum itu, ayo siapin sapu lidi, batu, kain pel, kemoceng atau apapun benda yang ada di sekitar kalian buat nimpuk dan bacotin babang Hali nanti.

Lahh kenapa?😱

Nah, penasaran? 😅

Kuy bacaa^^.

O,ya. Siapin tisu sama ember juga^^. Siapa tau berguna, 'kan? 😅😀

Ok, seperti biasa ya Readers ku 😅😅

Bacanya pelan-pelan yaakk^^😊❤

Biar feel nya dapat😁😊

Happi Riding manteman😁😁

🍃🍃🍃

Terimakasih sudah menunggu. Aku yakin kamu lelah, maaf sudah membuat mu terluka.
~'Halilinrar'~

🍃🍃🍃






Semilir angin merambat lembut, menelisik pelan hingga membuat nyaman bagi yang terkena hembusannya.

Sebuah helaan napas terdengar, membuat gadis yang sedang menikmati sensasi nyaman di rambutnya membuka mata, hingga menampakkan iris Hazel dengan kantung mata yang memerah.

"Sudah merasa tenang?" tanya Taufan.

Yaya mengerjap. Lalu menjauhkan kepalanya dari bahu Taufan, tempat ia menumpahkan segalanya, tumpuan dimana ia tadi melepaskan seluruh kesedihan dan amarahnya.

Gadis itu mengangguk pelan, lalu memalingkan wajah.

Taufan tersenyum tipis, dia paham betul apa yang di rasakan oleh gadis ini. Ia tidak ingin berbicara banyak sekarang, hingga ia ikut-ikutan diam menikmati semilir angin yang menggoyangkan rambut coklatnya.

Cahaya dari Hazel itu meredup, Taufan sadar akan hal itu. Yaya tak seceria biasanya. Dia tertutup, dan memilih untuk memendamnya sendiri.
Berbulan-bulan, ia menahan sesak di dadanya, dan menumpahkannya di kala malam. Esok pagi nya, lingkaran hitam nan bengkak menghiasi Hazelnya. Sungguh Hazel yang disukai Taufan benar-benar kehilangan Auranya.

Atensi Taufan beralih menatap topi hitam-merah yang digenggam erat oleh Yaya. Tatapan Taufan menyendu, sebesar itu kah cinta seorang Yaya terhadap Halilintar?
Taufan tersenyum miris, lalu merutuki dirinya sendiri. Apa yang ia pikirkan?

Taufan menggelengkan kepalanya, lalu mengalihkan atensi pada langit jingga yang terlihat indah di ufuk Barat. Sangat indah, Taufan menyukainya, warna lembut itu, benar-benar berhasil menyentuh hatinya. Mengurangi firasat aneh yang akhir-akhir ini selalu menikam batinnya.

Apakah? Apakah Sang Jingga itu berhasil menyentuh hati gadis di sebelahnya? Yaa... Semoga saja.

"Taufan ..." Suara lembut itu berhasil menyadarkan Taufan dari lamunan.

"Ya?"

"Terimakasih" ucapnya.

Taufan terdiam sejenak, matanya mengerjap mencerna kalimat yang di lontarkan oleh gadis di sampingnya ini.

Waiting For You Forever [SELESAI]Where stories live. Discover now