Chapter 04

54.5K 5.8K 151
                                    

Waktu sudah terlewat 45 jam, keadaan Chun-lui di ambang kematian. Permaisuri dan Kaisar merasa sangat terpukul. Berbagai tabib dari segala penjuru tidak mampu mengobati racun yang ada di tubuh putri Chun-lui.

"Ku mohon anak ku bangunlah!" lirih permaisuri sambil mengelus kepala Chun-lui penuh kasih.

Tiba-tiba Chou-lui datang bersama para dayangnya. Chou-lui mendekati ibunya, tanpa melihat Chun-lui yang terbaring di depannya. "Ibu! Kakak Chun-lui tadi dia menemuiku, katanya aku di suruh datang ke paviliunnya dan menyampaikan pesan untuk ibunda. Kata kakak Chun, ibunda dan ayahanda jangan bersedih. Kakak Chun hanya pergi sebentar untuk menyelesaikan sesuatu!" seru Chou-lui yang tiba-tiba matanya melihat sang kakak tengah berbaring dengan wajah pucat pasi.

"Eo, kenapa kakak Chun tidur? Tadi dia menemuiku! Kenapa sekarang malah tidur? Kakak, kakak Chun, ayo kak kita main kak! Aku membuat paeng (gasing) baru lagi kak!" seru Chou-lui sambil mengeluarkan sebuah paeng berwarna-warni. "Ini aku buat khusus untuk kakak cantik ku!" seru Chou-lui sambil menyodorkan paeng tadi ke arah Chun-lui yang terbaring tak kunjung bangun.

Permaisuri makin menangis, sang kaisar menyuruh salah satu dayang untuk membawa Chou-lui kembali ke paviliunnya.

"Bawa dia kembali, ke paviliunnya!" titah sang kaisar. Dayang pun menunduk patuh.

"Pangeran Chou-lui mari kita kembali ke paviliun dan bermain, hamba mempunyai banyak mainan," kata dayang Bae.

"Tidak mau! Aku mau bermain sama kakak Chun!" seru Chou-lui dengan bibir yang di manyunkan kedepan.

"Pangeran Chou-lui pergilah, kakak mu akan menyusul nanti, ia saat ini tidur dulu karena kelelahan, apa kau mau kakakmu sakit karena kurang istirahat?" tanya kaisar Yi.

Chou-lui pun menggelengkan kepalanya dan berdiri, "Baiklah aku akan menunggu kakak di paviliun, kakak nanti kita bermain ya!" seru Chou-lui yang kemudian berlalu keluar.

Permaisuri Sin masih menangis, ia terus memohon agar anaknya dapat membuka mata. Hingga tak lama tubuh Chun-lui bergerak kejang-kejang membuat panik kaisar dan permaisuri.

"Ada apa dengan putri ku!!!" tukas kaisar.

Para pelayan di kerahkan tabib Jung untuk memegangi tangan dan kaki Chun-lui. Tabib Jung menutup hidung Chun-lui sehingga mulut Chun-lui terbuka sedikit, dengan segera tabib Jung meneggakan obat penenang. Perlahan-perlahan pergerakan Chun-lui pun mulai tenang.

"Yang mulia obat ini tidak bisa bertahan lama, dalam kurun waktu setengah jam lagi, jika putri Chun-lui tak kunjung sadar, maka tidak ada harapan lagi yang mulia," jelas tabib Jung.

"Putri ku!" ucap kaisar, permaisuri yang mendengar itu kian menangis histeris.

Hingga setengah jam berlalu, di detik itu pula putri Chun-lui tak kunjung membuka matanya. Sampai akhirnya di detik berikutnya putri Chun-lui pun menghembuskan nafas terakhirnya dan di nyatakan tiada oleh tabib Jung.

Kaisar Yi memeluk permaisuri Sin dengan erat. Mereka berdua sama-sama menangis. Meskipun Chun-lui anak yang kekurangan tetapi dia selalu membanggakan orang tua dengan prestasi-prestasinya dalam ilmu pengetahuan.

***

Tanpa sepengetahuan orang lain, tampak semua orang sedang berkabung, terlihat senyuman puas penuh kemenangan dibalik kegelapan. Rencananya menyingkirkan yang bodoh telah usai. Hanya tinggal menjalankan rencana berikutnya lagi untuk menghancurkan seluruh keluarga istana.

Heir To The ThroneWhere stories live. Discover now