Chapter 23

28.1K 3.1K 49
                                    

Happy Reading...

Di sinilah sekarang pangeran Mi-hoo berpijak. Di desa wilayah kerjaan Changdok. Dirinya tidak tahu akan mencari sang kakak di mana, tetapi sesuai informasi yang ia dapatkan bahwa sang kakak di sebuah penginapan, penginapan yang mana dirinya tak tahu.

"Huh, apa aku cari wanita menyebalkan itu di setiap penginapan?" tanya Mi-hoo pada dirinya sendiri.

Pangeran Mi-hoo pun memacu kudanya entah kemana arah dan tujuannya.

Gong-chan saat ini bersama nonanya, nonanya bukanlah seorang putri Chun-lui lagi melainkan sekarang sudah berganti nama dengan sebutan nona Kim Hyun-hee.

Chun-lui memang sengaja menyembunyikan identitas jati dirinya. Ia tidak mau memperkenalkan dirinya sebagai Yi Chun-lui, karena akan mencurigai orang-orang mengenai jati diri yang sebenarnya. Chun-lui ingin merasa hidup terbebas tanpa bau istana lagi. Ia benar sangat muak dengan fakta yang benar-benar ia rasakan tetapi dirinya sendiri yang mendapatkan masalahnya. Ingin sekali Chun-lui menggaruk muka orang-orang istana yang kebanyakan bermain peran munafik.

"Nona, kita mau kemana?" tanya Gong-chan memecahkan keheningan sedari tadi.

"Eum aku lapar, bagaimana kita mencari makanan di sebuah kedai, ayo kita cari kedai makanan yang enak." Ajak Chun-lui yang entah mengapa semakin ia berfikir keras perutnya semakin berbunyi seakan-akan meminta banyak asupan makanan.

"T-tapi nona, makan membutuhkan uang. Hamba kemari tidak membawa uang yang cukup." Kata Gong-chan takut-takut.

"Tenang saja, uang dapat di cari dengan mudah, sekarang kita isi perut kita sepuasnya. Aku masih banyak uang simpanan yang ku bawa." Jelas Chun-lui.

Senyuman terbit dari wajah Gong-chan, "Sudahlah jangan banyak senyum tanpa arti, ayo cepat!" tukas Chun-lui.

***

Pangeran Mi-hoo berhenti di salah satu kedai makanan guna untuk mengisi perutnya. Seharian ini dia mengunjungi tiap-tiap penginapan yang ada, tetapi tidak ada orang yang bernama Chun-lui menginap di setiap penginapan. Lebih parah lagi di sebuah penginapan ia berjumpa dengan beberapa wanita jalang yang memakai pakaian yang sangat minim dan mudah untuk di telanjangi. Untung saja pangeran Mi-hoo dapat mengendalikan persaannya yang bergemuruh dan segera bergegas pergi dari sana. Pikiran yang tadinya fokus mencari sang kakak, kini menjadi buyar dengan pikiran fanatisme membayangkan hal-hal yang di luar tujuannya. Selama perjalanan pangeran Mi-hoo hanya meremat tali tunggangan kuda untuk melampiaskan kekesalannya sambil mengutuk sang kakak perempuan yang menurutnya sangat-sangat menyebalkan.

Kali ini pangeran Mi-hoo tidak tahu ia harus kemana lagi. Ia benar-benar muak dengan tugas sang kaisar. Tapi apa boleh buat, tugas adalah tugas, apa lagi yang memberinya sang kaisar sendiri. Ia masih takut akan hukuman bila membantah.

Dapat dikatakan memang ikatan batin saudara dapat di pertemukan dengan mudah meskipun tanpa di ketahui satu sama lainnya.

Saat ini pangeran Mi-hoo duduk membelakangi meja tempat Chun-lui dan Gong-chan berada. Keduanya sama-sama sibuk dengan makanan masing-masing tanpa mengetahui kehadiran satu sama lainnya.

'Huh, menyebalkan... Kenapa, wanita itu seperti tikus yang bersembunyi dan sangat susah untuk di cari!' gerutu Mi-hoo dalam hati sambil menyuapkan makanan kedalam mulutnya.

'Kenapa perasaanku, ada seseorang yang sedang mencariku ya?' batin Chun-lui melihat ke sebelah kiri dan kanannya.

Gong-chan yang memakan makanannya dengan tenang, tiba-tiba merasa heran melihat kelakukan sang nonanya yang tampak merasa tak nyaman.

"Nona apa yang terjadi padamu?" tanya Gong-chan menatap nonanya yang gelisah.

Chun-lui pun menatap Gong-chan yang menatapnya dengan keanehan. "Aku merasakan ada kehadiran seseorang di sini yang sedang mencari keberadaanku!" jelas Chun-lui. Gong-chan mengerutkan keningnya sambil menaruh sumpitnya di atas meja.

"Mungkin itu hanya perasaan put... Ah maksudku nona." Jawab Gong-chan.

"Ah ya mungkin begitu."

Chun-lui dan Gong-chan kembali melanjutkan makannya dalam diam dengan pikiran masing-masing.

Tanpa di sadari Chun-lui dan Gong-chan, pangeran Mi-hoo telah membulatkan matanya dengan sempurna di mejanya, kedua tangannya terkepal. Entah mengapa takdir saat ini memihaknya, setelah cukup susah payah menempuh jarak dan waktu mencari putri Chun, akhirnya putri Chun muncul sendiri tepat saat ini duduk membelakangi dirinya. Pangeran Mi-hoo sempat mengetahui karena pada saat Chun-lui berbicara kepada dayang pribadinya Gong-chan. Pangeran Mi-hoo sangat mengenali suara putri Chun, bahkan untuk memastikannya ia mencuri-curi pandang, tetapi yang dapat ia lihat hanyalah wajah Gong-chan, dayang pribadi putri Chun. Pangeran Mi-hoo tidak tahu bagaimana Gong-chan masih setia menemani putri Chun. Setau pangeran Mi-hoo kemarin putri Chun hanya diusir sendirian. Apa mungkin Gong-chan sama seperti pangeran Mi-hoo yang di utus oleh sang kaisar? Jika memang begitu, jadi untuk apa lagi dirinya harus mengawasi putri Chun? Toh, putri Chun bisa menjaga dirinya sendiri dengan kemampuannya.

"Aku sudah selesai, sebentar aku akan membayar makanan kita." Kata Chun-lui yang beranjak dari duduknya.

Baru Gong-chan ingin berbicara bahwa Chun-lui dapat memanggil sang pelayan tanpa repot-repot menghampiri mereka. Tetapi Gong-chan harus kembali menelan ucapannya.

Seorang lelaki membawa segelas air yang saat itu baru beranjak dari duduknya, tanpa sengaja dari arah berlawan menabrak Chun-lui dan menumpahkan air yang ia bawa itu ke baju Chun-lui.

"Akh!" baju Chun-lui basah merembes hingga kedalam.

"Ah, aku tidak sengaja." Kata lelaki itu terkesan datar.

"Kau itu, setidaknya jalan memakai mata, bukannya meminta ma..." Kata-kata Chun-lui terputus saat bersitatap muka dengan orang yang menabrak dirinya.

"KAU!" tukas Chun-lui dengan nada tinggi dan raut wajah yang tidak senang.

Heir To The ThroneWhere stories live. Discover now