Chapter 31

24K 2.6K 126
                                    

Kini Chun-lui, Seong-deok dan nenek Seong-deok tengah duduk bercerita satu sama lainnya mengenai awal pertemua Chun-lui dan neneknya Seong-deok.

"Jadi, nenek ditolong dirinya, waktu nenek pergi ke desa Gyongbokgung?... Nenek kau pergi sendirian?" tanya Seong-deok dengan nada bicara mulai kesal.

"Eh, tidak aku kesana bersama beberapa pelayan dan pengawal ku." Kata nenek Seong-deok berbicara ketus.

"Tapi, tunggu dulu... Jadi, kau nona Hyun-hee, kenapa kau bisa berada di sana?" tanya Seong-deok mengajukan pertanyaan kepada Chun-lui.

"Aku ini hanya seorang pengembara, yang suka berpindah-pindah dari desa ke desa lain." Jawab Hyun-hee.

"Eum waktu itu ku kira kau seorang lelaki, tapi ternyata kau seorang wanita... Kau sangat hebat bertarung, dan juga orang-orang desa mengenalmu pendekar Mo... Apakah kau memang seorang pendekar?" tanya kembali nenek Seong-deok.
"Eh, itu... I-itu julukan saya, saya  banyak menolong orang mereka menyebutku sebagai pendekar Mo, dan saya juga cukup menyukai nama itu." Jawab Chun-lui sesopan mungkin.

"Ah, begitu... Aigo, beruntungnya aku, ternyata yang menyelamatkan ku adalah pendekar wanita muda yang sangat cantik." Puji nenek Seong-deok yang seketika membuat Chun-lui malu.

Saat tengah asik mengobrol tiba-tiba seorang wanita muda menghampiri Seong-deok dengan tergesa-gesa, bahkan tak segan-segan tanpa tau malu dia bergelayut manja di tangan Seong-deok. Chun-lui melihatnya dengan tatapan datar, boleh diakui Chun-lui kalau wanita itu cukup cantik, memiliki wajah kecil dan bibirnya yang juga kecil berwarna merah ceri.

"Aku merindukanmu, kenapa kau tidak pulang?" tanya wanita itu mencebikan bibirnya kedepan.

"Masih banyak perkerjaan yang harus ku selesaikan." Jawab Seong datar.

"Tapi kan kau bisa menyuruh adik-adik mu."

"Aku tidak suka, tugas ku adalah tugasku jadi aku harus bertanggung jawab." Telak Seong-deok.

"Aigo, Yeong-ah, kau jangan begitu... Cucuku harus bertanggung jawab terhadap tugasnya agar di masa depan kelak kehidupan rakyat menjadi damai dan tentram." Kata nenek Seong-deok menengahi.

"Ah, aku lupa, nona Hyun-hee ini, Ga-yeong, dan Yeong-ah ini nona Hyun-hee." Kata nenek Seong-deok memperkenalkan Chun-lui dan Ga-yeong.

"Ah, hai aku Wang Ga-yeong, calon istri pu... Seong-ah," kata Ga-yeong masih bergelayut manja di lengan Seong-deok, menatap Chun-lui dengan tatapan sinis dan tidak suka.

"Oh, aku Kim Hyun-hee teman tuan Seong-deok." Kata Chun-lui singkat.

"Eo, marga mu sedikit aneh." Kata Ga-yeong yang hanya di balas senyuman ringan dari Chun-lui.

"Ah Yeong-ah, apa kau sudah menyelesaikan tugasmu?" tanya nenek Seong-deok mengubah suasana.

"Belum, aku lelah nek, aku butuh istirahat." Kata Ga-yeong manja.

"Huh, baiklah... Kalau begitu istirahatlah, aku akan menyelesaikan semuanya." Kata nenek Seong-deok beranjak berdiri.

"Nenek izinkan aku membantumu." Kata Chun-lui angkat bicara.

"Ah nona Hyun-hee, tidak perlu, nanti kau akan lelah." Tolak halus nenek Seong-deok.

"Jangan begitu nenek, aku ini kuat... Ayo ku bantu." Kata Chun-lui, "Apa yang harus aku lakukan nek?" tanya Chun-lui sambil berjalan beriringan dengan nenek Seong-deok.

"Dasar wanita pencari perhatian." Kata Ga-yeong pelan tetapi masih di dengar telinga Chun-lui.

"Nenek, aku juga ikut." Kata Seong-deok tiba-tiba. Ia melepaskan rangkulan tangan manja Ga-yeong.

Heir To The ThroneWhere stories live. Discover now