Chapter 20

29.8K 3.5K 117
                                    


Orang yang berada di bawahmu jangan kau anggap remeh dirinya... Kesalahan selalu dapat terjadi, dan ketika jiwanya bangkit kau akan melihat semangatnya...


Hwaiting...

Happy Reading...

Keesokan paginya, Gong-chan berlari kembali ke paviliun tuannya, putri kesayangannya, putri Chun-lui. Tetapi setelah ia sampai ke dalam, ia hanya menemukan kasur kosong yang rapi serta sepucuk surat di atas kasurnya.

"Aku tahu kau pasti membaca suratku Gong-chan, aku tidak bisa merangkai surat dengan kata-kata yang bagus. Tetapi aku hanya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepadamu, kutitipkan ibunda, adik kesayanganku pangeran Chou-lui, jaga mereka, lindungi mereka apapun yang terjadi.

Untukmu Jika kau tertindas lebih baik kau menghindar, aku tidak bisa menolongmu lagi. Jaga kesehatan dan dirimu baik-baik ya! Semoga kau berbahagia selalu!!!...
Aigo! Aku tahu kau pasti tengah menangis, dasar bodoh jangan menangisi aku yang sudah tidak ada lagi di situ! Jalanilah hari-harimu seperti biasanya Gong-chan, ingat! jangan tumpahkan air matamu, yang tidak akan bisa mengubah seluruh takdir..."

Hwaiting, yeah :)

Artinya: Semangat Bodoh!

^^
Mantan tuan putrimu

Gong-chan memang menumpahkan air matanya, ia menangis tersedu sambil membaca surat terakhir pemberian putri Chun. Tepat di akhir kalimat Gong-chan tidak mengerti, tetapi ia mengerti tulisan yang di artikan putri Chun sebagai kata 'semangat bodoh'. Gong-chan pun mengelap air matanya dengan kasar. Benar kata putrinya, ia menangis tidak akan bisa merubah takdir semuanya.

'Yang ini tulisan apa?' batin Gong-chan yang memutar-mutar surat karena tidak mengerti maksud :) dan ^^

***

Chun-lui telah berada di sebuah desa yang bukan wilayah bagian istana Gongbokgung, desa ini merupakan desa bagian wilayah kekuasaan istana Changdok. Chun-lui sampai kemari membayar orang yang membawa kereta dagang untuk ke desa ini.

Chun-lui keluar dari istana pagi-pagi sekali, ia pun hanya membawa bekal beberapa tael emas dan perak simpanannya, untuk memenuhi kebutuhan sementaranya sampai ia sembuh.
Chun-lui  ia hanya mengenakan baju laki-laki sederhana yang ia beli di pasar. Rambutnya ia gulung ke atas dan memakai ikat kepala.

Chun-lui butuh istirahat, rasanya ia ingin pingsan tak kuasa menahan rasa sakit pada luka yang masih basah. Langkahnya berhenti mendadak, kepalanya tiba-tiba merasa sangat pusing, seolah-seolah semua menjadi banyak bayang-bayang. Semakin lama sakit kepala yang di rasakan Chun-lui semakin sakit yang sangat luar biasa, hingga semuanya pun menjadi gelap.

Bruk

Chun-lui tersungkur kedepan pingsan. Orang-orang yang tadinya berlalu lalang berkumpul melihat Chun-lui yang tergeletak di tanah. Tidak ada seseorang yang berani untuk membantu orang asing.

Hingga tak sengaja dua orang lelaki seumuran Chun-lui, melintasi tempat Chun-lui pingsan. Mereka pun penasaran mengapa banyak kerumunan orang dan menghampirinya.

Sesampainya di sana mereka melihat seseorang pingsan dengan tertelungkup. Penduduk hanya melihat dan tidak menolongnya, yang benar saja?

Heir To The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang