Chapter 24

28.7K 3.2K 77
                                    

'Swordsman Yui' In The Past Century In The Kingdom. Cerita ini bukan berkaitan tentang kultivasi ataupun tentang ya kek berbau-bau sejarah mlenceng 😂 gitu... Ini cerita bener-bener tentang magic kekuatan putih kekuatan hitam yang menguasai. Kisah cerita mengenai antara penguasa kegelapan pembela kejahatan dan pendekar Yui pembela kebaikan

Happy Reading...

Saat ini entah mengapa setiap berhadapan dengan lelaki yang di hadapan Chun-lui saat ini emosinya naik pitam, suasana panas, dan selalu terhanyut dengan tatapan tidak bersahabat.

"Kau menguntitku ya!?" tukas Chun-lui yang sengaja mengeraskan suaranya membuat orang-orang yang makan dan beraktifitas di situ terhenti, mengalihkan pandangan mereka pada Chun-lui yang tengah marah-marah tidak jelas.

"Dasar kau penguntit kelas kakap! Tidak ada kerjaan apa selain mengekoriku seperti seorang penguntit!?"

Lelaki itu menaikan alisnya sebelah sambil bersedekap dada tampak acuh.

"Kau bilang aku penguntit, tapi di kalimat terakhir kau mengatakan aku seperti seorang penguntit... Jadi nona, pikirkan dulu kalimat mu dengan baik-baik baru melontarkan kata-katamu itu." Kata lelaki itu.

Skak mat, Chun-lui kali ini benar-benar tersulut emosi, ingin sekali dia memenggal kepala lelaki yang kini berdiri di hadapannya tengah menatapnya datar.

"Ah nona Hyun-hee, kau sedang makan juga di sini?" tanya seorang lelaki lain yang baru datang. "Kebetulan sekali ya, eum bagaimana kita makan bersama saja, menurutmu bagaimana kak Seong?" tanya lelaki itu melirik kakaknya yang hanya diam seperti patung. Ternyata lelaki yang dianggap Chun-lui selalu tersulut emosi itu adalah Seong-deok. Seong-deok lah yang sudah menumpahkan air di baju Chun-lui.

Ternyata dugaan Chun-lui memang benar adanya bahwa perasaannya mengatakan ada seseorang yang tengah mencari dirinya. Apakah sosok itu adalah Seong-deok?

"Selera makan ku menghilang, lanjutkan saja kalian jika ingin makan, makanlah sepuasnya aku sudah membayar untuk semuanya." Ujar Seong-deok menatap sang lelaki yang ternyata itu adalah adiknya Han yang terperangah dengan mata berbinar.

"Ah aku sangat suka bila selalu di bayar makan olehmu kak, meskipun uang ku juga banyak. Tapi rasanya jika kau membayar makananku rasanya lebih enak" Jelas Han tersenyum lebar.

"Dasar bodoh, makan gratis ya enak dan rasanya pun berbeda." Sambung Chun-lui bersedekap dada mengalihkan pandangannya ke samping kiri. 

"Kau seperti minyak bakar, sekali api di hidupkan langsung menyambar." Sindir Seong.

Chun-lui melebarkan matanya, sampai Han menjadi penengah di antara mereka berdua.

"Aiyuyu, sudahlah ayo kita makan saja... Kakak kau harus ikut makan juga, karena kau yang yang membayarnya." Kata Han menarik tangan Seong.

"Aku sudah selesai makan, terima kasih atas tawaranmu tuan Han, kalau begitu aku permisi dulu." Pamit Chun-lui melototkan matanya pada Seong dan tersenyum manis pada Han.

"En, tunggu dulu nona,  setidaknya duduklah bersama kami, kita minum dan mengobrol bersama." Tawar Han kembali.

"Maaf, aku tidak nyaman di sini." Kata Chun-lui melirik Seong yang acuh tidak perduli. "Eum Terima kasih atas tawarannya, kalau begitu sampai jumpa lagi tuan Han." Senyum tipis Chun-lui.

Setelah usai membayar makanannya, Chun-lui  beranjak pergi bersama Gong-chan menjauhi kedai yang menurut Chun-lui sudah seperti neraka baginya. Bila ada lelaki itu (Seong) Chun-lui selalu terbawa emosi berkepanjangan.

'Lelaki sial.'

'Dasar wanita menyebalkan.'

***

Heir To The ThroneWhere stories live. Discover now