Chapter 33

25K 2.2K 45
                                    

Wilayah Changdeok cukup terkenal dengan hasil kekayaan tambangnya. Jadi, tak heran pula jika wilayah ini cukup makmur dan jaya. Para rakyat pun merasa hidup yang sangat berkecukupan berkat kekayaan pertambangannya.

Istana Changdeok dipimpin oleh seorang kaisar bernama Wang Gu-fei dengan mendapati julukan kaisar Wu-fei. Kaisar Wu sendiri mempunyai sang generasi penerus putra mahkota Wang Yi-han yang mendapat julukan Seong-deok. Serta sang permaisuri Xue Shu-shu berdarah bangsawan Korea-Tiongkok.

Kemudian, kaisar Wu mempunyai selir pertama bernama Ma Hae-ra dengan seorang putranya bernama Wang Seo-han. Serta selir-selir lainnya dengan anak masing-masing yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

***

Suatu hari istana di hebohkan dengan kematian sang adik yang mulia kaisar Wu, yang sekaligus merupakan jenderal penjaga perbatasan, tewas berada di perbatasan wilayah Gyeongbokgung. Menurut para saksi yang merupakan prajurit, pelakunya merupakan seorang yang sepertinya berpangkat tinggi, karena di lihat dari pakaiannya layaknya itu seorang pemimpin perbatasan. Memang tidak jelas wajahnya, karena ditutupi topeng.

Karena kematian jenderal Louwei, kaisar Wu semakin murka, hingga bayang-bayang masa lalu satu persatu muncul bagaikan kaset memori yang terputar di dalam otaknya.

Keadaan istana Changdeok semakin runyam atas tewasnya jenderal Louwei di perbatasan wilayah Gyeongbokgung. Di tambah kaisar Wu yang terus menerus mengamuk tak karuan karena sang adik kandung telah tewas secara mengenaskan.

Saat ini ruang rapat pun kian memanas, para menteri saling lempar melemparkan kesalahan, benar-benar sangat kacau riuh dan gaduh. Sang kaisar yang tadinya diam membisu menahan emosi yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubun, ia pun berdiri dari singgasananya, menggebrak dengan kedua tangannya di atas meja rapat yang membuat semua menteri terdiam bisu.

"OMONG KOSONG!... KALIAN SEMUA HANYA BISA SALING MELEMPARKAN KESALAHAN! UNTUK APA KALIAN BERIKAN AKU SOLUSI YANG HANYA OMONG KOSONG!" murka sang kaisar.

Semua menteri tertunduk sesekali melirik satu sama lainnya.

Kaisar Wu pun kembali duduk di kursinya, "Aku tidak tahu omong kosong apa yang kalian lontarkan!" dengan raut wajah merah padam. "Adikku baru saja tewas, aku tidak bisa mentolerir ini lagi! Aku harus segera bertindak untuk membalas si pengecut itu! Inilah saatnya yang tepat!"

"Rapat di bubarkan! Solusi kalian tidak ada yang pantas untuk ku dengarkan," ucap Kaisar Wu dingin.

Para menteri pun berdiri lalu memberi hormat dan pergi dari ruang rapat.

"Kasim Chae, segera kau siapkan kuda, aku akan pergi ke istana Gyeongbokgung."

Kasim Chae kaget mendengar perintah sang kaisar yang tiba-tiba akan pergi ke istana Gyeongbokgung.

"Cepat lakukan perintahku! Kau tak perlu banyak berfikir!" tukas kaisar Wu.

"B-baik yang mulia."

Setelah kasim Chae pergi. Ruang rapat menjadi tenang, para dayang sudah lebih dulu pergi atas perintah kaisar Wu. Kaisar Wu merenungkan atas kejadian dahulu yang benar-benar menelan kepiluan yang amat mendalam.

Flashback...

35 tahun silam. Saat itu kaisar Wu berumur 20 tahun berbeda dengan kaisar Yi yang saat itu berumur 19 tahun, dimana kaisar Wu sendiri yang merupakan sahabat dari kecil kaisar Yi. Namun, karena suatu hal. Kaisar Wu dan kaisar Yi menjadi musuh yang abadi hingga sekarang. Bukan, bukan kaisar Yi yang memulai permusuhan, itu semua karena kesalahpahaman kaisar Wu terhadap kaisar Yi. Tetapi semenjak kaisar Wu merebut seorang wanita yang amat di cintai kaisar Yi serta menyiksa wanita itu sampai tewas. Kaisar Yi pun amat murka hingga kebencian dan permusuhan pun makin mengental.

Heir To The ThroneWhere stories live. Discover now