MARSHA *4*

159 14 2
                                    

"Semenjak ada kata bucin,kata setia tak lagi ada"

~Farel~

Farel dan yang lainnya sudah pulang, tinggal Dirga dan Hani mereka masih ingin menghabiskan waktu berdua.

"Dirga, saat tadi Marsha peluk aku, dan aku pegang tangannya. Aku merasa Marsha dan Farel... Mereka..." Raut wajah bahagia Hani berubah menjadi khawatir.

"Ussst itu cuma perasaan kamu, semuanya akan baik baik aja" Dirga mengerti maksud Hani, ia berusaha menenangkan Hani.

"Kamu tau, aku pernah cerita ke kamu tentang perasaan gak enak aku terhadap mama, dan apa yang terjadi, Mama kecelakaan Dirga, mama ninggalin aku selamanya." Hani mengingat kejadian naas yang terjadi pada mamanya.

"Udahlah. Kita berdoa aja semoga hubungan mereka baik baik aja" Dirga membawa Hani dalam pelukannya.

🍁🍁🍁🍁🍁

Vino sedang berada di Bandara, ia menunggu kedatangan mama dan sepupunya. Ekspresinya mulai tidak bersahabat, bagaimana tidak, ia sudah menunggu sekitar 1 jam tapi belum ada tanda tanda kedatangan mama dan sepupunya tersebut.

Tak lama setelah itu, orang yang ditunggu Vino berjalan beriringan menghampiri vino, dengan sigap Vino membantu membawa koper mereka dan berjalan duluan mendahului mereka.

"Dia kenapa Tante?" Tanya gadis berkuncir satu, "biasa dia paling gak suka nunggu. Kalau terlalu lama nunggu, ya gitu" jawab mama Vino.

Pukul 18:50, Marsha turun kebawah. Ia melihat mamanya sedang menyiapkan makan malam dibantu oleh pelayan.

"Kok nyiapin 3 piring ma? Papa pulang?" Wajah Marsha berbinar, papanya memang jarang pulang karena terdesak pekerjaan.

"Iya sayang, papa lagi mandi sekarang" jawab mama Marsha lembut.

"Kayaknya ada yang kangen papa ya" suara berat terdengar di telinga Marsha, "papa!" Marsha memeluk papanya. Ia memang rindu papanya terhitung sudah 3 Minggu papanya melakukan perjalanan bisnis.

Keluarga Dimas memulai makan malam mereka dengan tenang. Dimas adalah pengusaha yang bergerak di bidang teknologi, perusahaannya sudah bercabang di beberapa negara. Dimas merasa kekayaan yang ia peroleh tidak sebanding dengan hadiah terindah dari Tuhan, yaitu memiliki putri kecil yang tumbuh menjadi gadis remaja cantik, Marsha.

Selesai makan malam Marsha kembali ke kamar sembari membawa bingkisan kecil, yang baru saja diberikan papanya. Ia membuka bingkisan tersebut, didalamnya terdapat sebuah kotak perhiasan. Marsha tersenyum melihat isinya, sebuah kalung liontin.

Ia mulai menggantungkan kalung tersebut kelehernya, dan mengaca didepan cermin. Ayahnya memang tau apa yang diinginkan anaknya.

"Aku sayang papa" gumam Marsha lalu menuju ranjang miliknya dan menenggelamkan tubuh dibalik selimut.

Nanda mengeluarkan isi kopernya dikamar, ketika ia fokus pada kegiatannya, Vino masuk, duduk ditepi ranjang dan membantu Nanda menata baju dan barang barang yang ia bawa dari Melbourne.

"Mama udah urusin kepindahan Lo, mulai besok Lo satu sekolah sama gue" Vino memecah keheningan. Yang hanya dibalas anggukan oleh lawan bicaranya.

"Gue tau, lo lagi dalam situasi sulit. Gimana kalau Lo ikut gue keluar?"

MARSHA (END)Where stories live. Discover now