MARSHA *20*

75 5 1
                                    

Marsha masih menutup matanya. Dewi duduk disebelah ranjang Marsha, sambil memegang tangan putrinya. Hingga ia merasakan jemari putrinya bergerak, gadis itu membuka matanya perlahan.

"Sayang... Kamu udah sadar, ada yang sakit hmm?" Tanya Dewi sambil mengelus puncak kepala anaknya.

"Kenapa gelap ma, mama kenapa aku gak lihat apapun" ucap Marsha panik. Dimas merasa gagal menjadi seorang ayah, ia tidak bisa melindungi putrinya.

"Mama!!! Kenapa gelap ma, aku udah buka mata kenapa gelap!!" Teriak Marsha sambil menangis.

Dewi dan Rena juga menangis melihat keadaan Marsha. Sedangkan Dimas ia memilih untuk keluar ruangan.

Rena mendekati ranjang Marsha, saat ini hanya ada Dimas, Dewi, dan Rena. Sedangkan Farel terpaksa menuruti permintaan Nanda untuk mengantar gadis itu pulang, Dirga, Kevin, Fauzan, dan Vino sedang mencari sesuatu dibalik kecelakaan Marsha. Meskipun polisi mengatakan itu adalah kecelakaan karena kelalaian pengemudi, Vino merasa masih ada yang ganjal.

Sampailah mereka di Rose Cafe, tempat terakhir Marsha memarkirkan mobilnya. Dirga langsung menuju ruangan kecil, ia masuk dan mengecek cctv yang berada di parkiran Cafe. Disana terlihat seorang pria mendekati mobil Marsha dan menyabotase mobil tersebut.

"Kayaknya dia orang bego deh, kenapa dia gak sadar kalau ada cctv" ceplos Kevin.

"Dia pakek hoodie, kita gak bisa lihat wajahnya" ucap Dirga.

"Gue pernah lihat" ucap Fauzan. Fauzan menamatkan tatapannya pada pakaian pria itu.

"Iya gue juga, tapi dimana ya" sahut Kevin.

"Dia Rio. Gue inget Rio pernah pakek hoodie itu saat di area balap." Ucap Vino semangat.

"Lo yakin? Tapi kenapa Rio pengen nyelakain Marsha?" Tanya Dirga ragu.

Semua pria menatap serius pada layar komputer dihadapannya. Suasana hening, hingga fwuzan mengeluarkan idenya.

"Kita buat dia buka mulut. Apa alasan dia ngelakuin hal itu"

Ponsel Fauzan berdering, tertera nama Rena disana. Ia segera menggeser tombol hijau.

"Halo"

"Zan, Marsha udah sadar."

"Oke, kita kesana sekarang"

Fauzan menutup panggilan tersebut, keempat pria itu segera kembali menuju rumah sakit. Sesampainya mereka dirumah sakit, mereka melihat marsha benar benar kacau. Mata bengkak, hidung merah. Serta rambutnya yang acak acakan.

"Dia shock saat tau kalau dia mengalami kebutaan" ucap Rena yang berdiri disebelah Fauzan. "Dokter menyuntikkan obat bius buat dia. Gue gak tega lihat dia kayak gini." lanjutnya sambil menangis.

Entah dorongan dari mana Fauzan memeluk tubuh Rena, memberikan ketenangan untuk gadis itu. "Marsha pasti baik baik aja." Ucap fauzan datar.

Dewi selalu menemani Marsha, ia juga merasa bersalah atas kecelakaan putrinya. Jika dia tak membiarkan Marsha pergi mungkin ini tidak terjadi. Sedangkan Vino, sungguh hatinya nyeri melihat gadis yang ia cintai harus mengalami hal semacam ini. Jika bisa Vino ingin menukar posisinya dengan Marsha.
.
.
.

Nanda sudah berada di ranjang nyamannya, ia sungguh bahagia melihat penderitaan Marsha. Mungkin saat ini gadis malang itu sedang menangisi takdirnya yang harus menjadi gadis buta, pikir Nanda. Ia mengambil foto yang memperlihatkan keluarga bahagia disana, Nanda memandang foto itu cukup lama tanpa ia sadari air matanya menetes.

MARSHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang