MARSHA *8*

87 6 3
                                    

Marsha tengah bersiap untuk berangkat sekolah, ketika ia keluar rumah, didepan rumahnya sudah ada pria dengan motor sport merahnya. Ia menghampiri pria tersebut,

"Vino, Lo ngapain kesini?" Tanya Marsha.

"Jemput lo" mendengar jawaban Vino ia mencoba menolak halus,

"Gak usah deh Vin, gue dianter bokap kok. Lo duluan aja"

Vino tersenyum miring, ia tau Marsha tidak mau berangkat dengannya karena takut dengan Farel. Astaga besar sekali pengaruh Farel untuk Marsha,pikirnya.

"Ok gue duluan, Besok gue jemput." Setelah mengatakan hal tersebut Vino langsung pergi meninggalkan Marsha yang masih berdiri di depan rumahnya. Gadis tersebut merasa tingkah Vino akhir akhir ini berbeda.
.
.
.

Marsha sudah berada disekolah, ia memasuki kelasnya lalu duduk disebelah Rena. Sesekali ia menatap Vino yang sedang memainkan ponselnya. Sedikit merasa bersalah, namun itu lebih baik daripada terjadi sesuatu antara dia dan Farel.

Ketika membuka ponselnya ia sama sekali belum mendapat pesan dari Farel, hal yang biasa bagi Marsha jika farel tidak menghubunginya sama sekali. Marsha tau kekasihnya itu sedang fokus pada lombanya saat ini.
.
.

Dikelas Nanda hanya melamun memikirkan surat yang telah ia baca semalam, sungguh ia benar benar kalut saat ini. Rasa sayang dan bahagia saat bersama Marsha meluap entah kemana, hanya rasa benci yang ada pada dirinya sekarang. Bukan persahabatan yang ingin bangun, melainkan menuntaskan sebuah dendam.

Kevin sedang membagikan sesuatu pada teman teman sekelasnya, sedangkan Fauzan hanya diam memperhatikan tingkah Kevin.

"Nih, gue kasih. Merayakan kemenangan Fauzan" ucap Kevin sambil membagikan sebiji permen kopi pada murid dikelasnya.

"Pelit banget cuma sebiji" oceh salah satu siswa,

"Wah, lo gk ada terimakasihnya. Sini balikin gue gk jadi kasih" Kevin merebut kembali permen tersebut.

"Hay cantik, nih buat kamu" Kevin memberikan 3 buah permen pada Nanda.

"Ambil lagi, gue gak mau" ucap Nanda

"Gapapa ambil aja, spesial buat kmu" desak Kevin.

"Enggak, makasih" jawab Nanda,

"Ayolah, biar gak ngantuk matanya"

Sungguh Nanda merasa Kevin benar benar mengganggu saat ini, finalnya ia yang mengalah dan mengambil permen tersebut berharap Kevin segera pergi.

Setelah memberikan permen pada semuanya Kevin menghampiri Fauzan, ia menatap Fauzan intens. Sebelumnya Fauzan tidak pernah berambisi untuk menang tapi kali ini Kevin rasa Fauzan berbeda.

"Lo juga musuhan sama Vino?" Tanya Kevin

Tak ada sahutan dari lawan bicaranya, ia masih berusaha menemukan jawaban.

"Farel gak suka ama Vino karena Vino suka Marsha. Lo, masa iya lo benci Vino perkara dia musuhnya Farel" Kevin masih diacuhkan oleh Fauzan.

"Dirgaaaa tolong cepet balik!!!!! Gue gak betah ama manusia tembok ini" teriak Kevin frustasi.
.
.

Saat jam istirahat Marsha bersama dengan Rena menghampiri Nanda ,ia berniat mengajak gadis itu istirahat bersama.

"Nan, ayo ngantin" ajak Marsha,

"Gue bareng Vera, Lo duluan aja" ucap Nanda

"Yaudah gabung aja yuk",

"Gue bilang gak ya gak!!! Paham gak sih!" Bentak Nanda

"Eh biasa dong, kita niatnya baik ya. Udahlah sa ayo" Rena menarik tangan Marsha dan mengajaknya keluar dari kelas tersebut. Marsha masih terkejut dengan bentakan Nanda itu bukan sahabatnya, Nanda tidak pernah membentak siapapun.

Fauzan memperhatikan interaksi antar sahabat itu, rasanya ia ingin menghampiri mereka dan menyuruh mereka berdebat diluar saja. Sungguh Fauzan paling benci kebisingan.

"Kok si cantik berubah jadi monster gitu kalau marah" gumam Kevin,

Fauzan memberikan uang kertas berwarna biru pada Kevin, dasarnya seorang Kevin ia menerima saja uang tersebut.

"Buat gue nih, wih baik banget lo tembok" ucap Kevin sumringah,

"Batagor, 10 ribu" ucap Fauzan santai.

"Batagor?" Kevin membeo, " lo nyuruh gue beli batagor, wah kebangetan lo. Masa iya ganteng gini suruh beli batag-"

"Kembaliannya lo ambil" Fauzan memotong ucapan Kevin, Kevin tersenyum lalu menjawab,

"Nah gitu dong, bentar ya bos"

Fauzan menggelengkan kepalanya, ia harus sabar menghadapi teman macam Kevin. Dimana ada ongkir lebih mahal dari barangnya, itu hanya berlaku jika Kevin kurirnya.
.
.
.
Sepulang sekolah Marsha masih memikirkan perubahan sikap Nanda, ada apa dengan sahabatnya itu. Kenapa ia berbeda?

Lamunannya buyar kala mendengar dering di ponselnya, nama yang tertera disana membuat Marsha tersenyum. Ia mengangkat telpon tersebut

"Halo sayang"

"Halo, gimana disana?"

"Pengen cepet balik, kangen"

"Baru juga 2 hari, kalau sibuk jangan
Paksain telpon"

"Kamu jaga kesehatan ya, maaf baru
Ngabarin sekarang. Aku tutup dulu,
Bye my love, i love you"

"Iya kamu juga harus jaga kesehatan
Bye my boy, love you too"

Marsha bahagia setidaknya telpon singkat itu bisa meringankan beban pikiran Marsha akan sikap Nanda tadi.
.
.
Nanda sedang berada dikamarnya, ia berpikir keras. Apa yang ia pikirkan hanya Nanda yang tau.
Entah terlalu sibuk berpikir membuat ia sedikit pusing, ia pergi ke dapur dan mengambil air minum disana ia melihat tantenya sedang membuat kopi.

"Nanda, tolong berikan kopi ini pada Vino dia ada dikamarnya" pinta Rika, tantenya.

Nanda mengangguk dan menerima nampan tersebut. Lalu ia berjalan menuju kamar Vino yang berada dilantai dua. Ia membuka pintu kamar Vino, Nanda terkejut dengan isi kamar Vino. Banyak foto Marsha tergantung disana.

"Astaga, Lo suka Marsha?" Tanya Nanda yang masih terkejut.

"Iya" jawab Vino santai, "tapi sayang dia cinta mati sama pacarnya" lanjut Vino.

"Dirga maksud Lo" ucap Nanda memastikan

Vino menoleh kearah Nanda, seolah apa yang Nanda katakan tadi adalah salah.

"Farel, dia pacar Marsha. Bukan Dirga" ucap Vino membetulkan.

Nanda terkejut, pria yang ia kagumi di pertemuan pertama sekolah adalah kekasih Marsha. Selanjutnya ia tersenyum sinis, sepertinya dirinya sudah menemukan jawaban atas apa yang ia pikirkan sejak tadi.

TBC
maaf kalau ada typo 😁

Jangan lupa vote and coment.
Thanks💕

MARSHA (END)Where stories live. Discover now