MARSHA *12*

68 5 1
                                    

Farel membawa Marsha kesebuah rumah pohon, diranting pohon tersebut ada samsak yang menggantung. Marsha melihat disekitar rumah pohon hanya ada lahan kosong yang masih dipenuhi rumput dan jauh dari kebisingan kota. Namun, jika dilihat dari atas rumah pohon itu akan menampilkan gedung dan bangunan bangunan kokoh yang berdiri megah.

" Kamu kok bisa ketemu tempat bagus kayak gini?" Tanya Marsha semangat,

"Mau naik?" Ajakan Farel dibalas anggukan oleh Marsha.

Marsha menaiki satu persatu kayu yang disusun menyerupai tangga untuk memudahkan ia sampai diatas. Setelah sampai diatas ia melihat banyak foto marsha menempel di dinding dan menggantung di langit rumah pohon tersebut.

" Farel, kamu yang buat semua ini?" Tanya Marsha matanya masih fokus pada foto foto yang terpajang,

"Iya sayang, kamu suka?" Farel merangkul pundak gadisnya, sambil mencium puncak kepala Marsha.

"Banget, aku suka banget" ujar Marsha.

Farel tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, sebuah kotak kecil. Ia membuka kotak tersebut didalamnya terdapat dua buah gelang sepasang. Farel memasangkan salah satu gelang ke pergelangan tangan marsha dan memasang sendiri untuk dirinya. Ia tersenyum, tangan gadisnya nampak indah ketika memakai gelang pemberiannya itu.

"Makasih farel, aku bahagia." ucap marsha sambil memandang wajah tampan kekasihnya.

"Aku lebih bahagia, lihat kamu bahagia" farel memeluk tubuh marsha sambil mencium puncak kepala gadisnya.

Marsha menyandarkan kepalanya di bahu farel. Siapapun yang melihat mereka pasti akan merasa iri.

"Terimakasih tuhan, engkau berikan banyak kebahagiaan untukku. Sudah cukup, jangan hujani aku dengan kebahagiaan lain. Aku takut kebahagiaanku saat ini menjauh dariku."
.
.
.

Vino berdiri dibalkon kamarnya sambil menikmati secangkir frappuccino. Matanya menatap bintang namun tidak dengan pikirannya.

"Gue suka farel, puas lo!!"

Vino masih memikirkan ucapan Nanda, menurutnya tidak mungkin nanda menyukai Farel. Saat Vino melihat Nanda menceritakan tentang kedekatannya dengan Marsha dulu, ia sangat bahagia seakan kakak yang menyayangi adiknya. Vino yakin ada yang disembunyikan sepupunya itu.

"Gue akan cari tau sendiri" gumam Vino.
.
.
.

"Den Farel, ada paket buat aden" salah satu pelayan memberikan sebuah amplop untuk farel.

"Pengirimnya siapa?" Tanya farel membolak balik amplop tersebut.

"Gak tau den, gak ada namanya" jawab pelayan itu seadanya.

"Yaudah bi makasih" Farel menutup pintu kamarnya, saat hendak membuka isi amplop itu ponselnya berdering. Ia meletakkan amplop itu diatas nakas fokusnya beralih pada ponsel miliknya.

Dirga calling....

"Ada apa?"

"Kevin ngajak kumpul kangen katanya"

"Dimana?"

"Cafe mak gue"

"Hmm ok"

Farel menutup panggilan tersebut mengambil jaketnya dan pergi menuju rose cafe melupakan amplop yang tadinya hendak ia buka.

Kevin memeluk Dirga sangat erat hingga pengunjung cafe menatap mereka aneh, Fauzan yang hanya duduk juga kecipratan malu karena ulah kevin.

MARSHA (END)Where stories live. Discover now