MARSHA *22*

87 6 1
                                    

Nanda berada didepan ruang rawat Marsha, ia ingin meminta maaf pada sahabatnya meskipun ia tahu kata maaf darinya tidak akan mengembalikan penglihatan Marsha. Dia akan menerima apapun hinaan yang dilontarkan sahabat kecilnya itu nanti. Nanda membuka pintu dan melihat disana ada Fauzan duduk sofa bersebelahan dengan Rena, Dirga duduk berseberangan dengan fauzan, dan hani yang mengobrol santai dengan Marsha. Marsha menoleh kearah pintu, ia mendengar suara pintu terbuka.

"Siapa?" Tanya Marsha dengan tatapan kosong.

Nanda mendekati ranjang Marsha ia ingin memeluk sahabat lamanya. Rena benci dengan kedatangan gadis ular itu, ia berdiri hendak menghampiri Nanda namun ditahan oleh Fauzan. Dengan tidak rela gadis itu membiarkan Nanda mendekati Marsha.

"Ini aku, Nanda." Ucap Nanda parau, sikap Marsha menjadi sedikit dingin. Hani berdiri dan memberikan kursi yang ia duduki untuk Nanda, Dirga menuntun Hani untuk duduk disebelahnya.

Nanda tau semua orang disini menatap benci padanya, mereka tau jika Nanda lah penyebab semua ini. Meskipun mereka tak tau apa alasan Nanda melakukan hal tersebut. Nanda memeluk Marsha, ia menangis dibahu gadis tunanetra itu.

"Maaf, maaf, maaf. Gue minta maaf hikkss" Nanda tidak bisa menghentikan air matanya.

Marsha tetap diam, dirinya ingin membalas pelukan Nanda tapi perbuatan Nanda terlalu melukai hatinya.

"Gue minta maaf sha" Nanda masih memeluk Marsha.

"Apa maaf lo bisa balikin mata gue?, Rencana apa lagi sekarang?, Lo udah ambil Farel, lo ambil kebahagiaan gue." Ucap marsha dingin, "dan dengan teganya... Lo juga ambil penglihatan gue" Marsha meneteskan air matanya.

"Gue gak tau kesalahan gue apa, gue selalu mikir kenapa sikap lo beda dalam sekejap hikkss". Marsha menatap Nanda meskipun yang ia lihat hanya kegelapan, " gue anggap lo saudara, kita sedih bareng ketawa bareng. Tapi ternyata, lo anggap gue musuh. Lo bahagia gue menderita, iya kan?" Nanda menggeleng mendengar ucapan Marsha.

Nanda melepas pelukannya, ia beralih memegang tangan Marsha dan ditepis kasar oleh gadis itu. Dewi yang baru saja membeli cemilan dikantin untuk teman teman putrinya terkejut, saat melihat gadis jahat yang menyebabkan kebutaan putrinya. Ia berjalan menuju Nanda dan menarik kasar rambut gadis itu.

"UNTUK APA KAMU DISINI!!! PERGI!!!!" teriak Dewi,

Rena dengan cepat mencoba memisahkan dewi dari Nanda, tapi tangan Dewi terlalu kuat menjambak rambut Nanda. Kevin yang baru datang bersama Farel, ia langsung membantu Rena. Kevin mencoba melepaskan genggaman tangan Dewi dirambut Nanda.

"Pergi kamu pergi!!" Ucap dewi saat sudah melepaskan rambut Nanda.

Kevin membawa Nanda keluar ruangan. Farel menyusul Kevin dan Nanda keluar. Pria itu menatap Nanda tajam, Farel mendekat pada Nanda. Tapi Kevin menyembunyikan Nanda dibalik punggungnya. Kevin takut Farel melukai Nanda, meskipun ia tahu Nanda pantas mendapatkannya.

"Gue mohon jangan sekarang, dia udah sadar dia salah." Seorang Kevin yang selalu mengatai dirinya bucin, rela memohon hanya untuk gadis ular.

Kevin dan Farel sebelumnya pergi kerumah Vino untuk mencari Nanda, dan Vino menceritakan semua yang terjadi. Farel pun memutuskan untuk kerumah sakit menemui gadisnya, tapi ternyata ia juga melihat ada Nanda yang sedang dijambak oleh Dewi.

Farel tidak peduli dengan gadis ular itu, ia kembali masuk kekamar Marsha. Melihat Marsha duduk diranjangnya sambil menangis, sedangkan Dewi memeluk putrinya. Farel mendekat pada Marsha, memegang tangan gadisnya sambil tangan satunya menghapus air mata marsha.

"Farel... Kamu Farel?" Marsha mencium parfum pria yang ia cintai.

"Iya, iya sayang... Aku Farel" jawab Farel, ia tidak tega melihat gadisnya menatapnya dengan tatapan kosong. Biasanya marsha selalu menatapnya kagum.

"Kamu udah ingat aku?" Tanya Marsha lirih, Dewi memberi waktu untuk kedua pasangan itu. Ia bangkit dari samping Marsha dan duduk disofa bergabung dengan teman teman putrinya

"Aku ingat kamu, hatiku yang tuntun aku ingat kamu. Farel gak akan melupakan Marshanya terlalu lama" Farel memeluk Marsha dan mencium puncak kepala gadis itu, Marsha menangis bahagia. Ia memeluk Farel erat seakan takut jika pria itu meninggalkan dirinya lagi.
.
.
.

Beberapa hari kemudian Marsha sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Sayangnya ia tidak bisa bersekolah, tapi Hani selalu menyempatkan datang kerumah Marsha diantar Dirga, ia mengajarkan pada Marsha bagaimana memahami tulisan braille. Farel pun juga ikut andil memberikan semangat untuk gadisnya. Hari demi hari Marsha mulai bisa tersenyum lagi, ia bersyukur masih bisa merasakan kasih sayang dari orang tua, teman, bahkan kekasihnya Farel. Meskipun dunianya kini gelap.

Berbeda dengan Marsha, Nanda selalu berdiam diri dikamarnya. Ia merasa bersalah pada Marsha, papanya lah yang jahat di kasus ini. Tapi karena kebodohannya ia malah membuat buta sahabat masa kecilnya yang sudah ia anggap adiknya sendiri. Rika tidak tega melihat ponakannya yang selalu berdiam diri dikamar, beberapa kali Rika dan Vino membujuk Nanda untuk membuka pintu tapi gadis itu seolah tuli.

Ia hanya akan turun saat akan makan, setelahnya ia kembali kekamarny. Ia sudah tidak peduli dengan sekolahnya, sudah beberapa minggu ini Nanda membolos sekolah. Kevin juga sering mendatangi rumah Nanda membujuk gadis itu untuk keluar rumah tapi Nanda tetap menulikan telinganya.

"Farel, aku pengen ketemu Nanda. Bagaimanapun dia sahabat aku, dia yang selalu ada buat aku sebelum kamu. Antar aku ketemu dia Farel, aku mohon" Farel tidak bisa menolak permintaan kekasihnya itu. Ia mengantar Marsha kerumah Vino untuk bertemu dengan Nanda.

Sesampainya disana Vino menuntun Marsha berdiri didepan pintu kamar Nanda. "Nanda, Minggu depan ada pasar malem loh." Nanda mendengar suara Marsha,

sahabatnya datang menemuinya. Ia tersenyum senang. Tapi ia belum sanggup membuka pintu, ia masih ingin mendengar suara Marsha.

"Dulu, kita pasti semangat kalau ada pasar malem. Kita naikin semua wahananya. Minggu depan kita dateng ya, tapi, lo harus tuntun gue jalan. Karena gue gak bisa lari buat dapet antrian pertama menaiki wahana. Lo mau kan?" Tanya Marsha dibalik pintu sambil menghapus air matanya kasar.

Tiba tiba pintu terbuka dan Nanda memeluk Marsha, kedua sahabat itu saling memeluk satu sama lain.

"Gue minta maaf sha... Maaf" ucap Nanda diselingi isaknya.

"Gue udah maafin lo, udah jangan nangis semuanya udah selesai. Kita buat lembaran baru buat cerita persahabatan kita, ok" Marsha meraba pipi Nanda guna menghapus air mata gadis itu.

Nanda kembali memeluk Marsha dengan tangisnya yang semakin deras.

"Semuanya belum selesai, gue akan balikin kehidupan lo seperti semula. Gue janji" batin Nanda.

TBC
maaf kalau ada typo

Udah hampir ending guys,,,,,
Don't forget to vote and coment
Thanks....

MARSHA (END)Where stories live. Discover now