MARSHA *21*

79 7 1
                                    

Brakkk...

Vino membuka pintu kamar Nanda, membuat gadis itu terkejut. Nanda takut dengan tatapan Vino saat ini, ia menelan salivanya berkali kali.

"Lo kenapa gitu sih vin aahkk" Vino mendorong tubuh ramping Nanda hingga membentur dinding.

"Kenapa lo lakuin itu? Kenapa lo bikin Marsha celaka hah!!! BANGSAT!!" teriak Vino,

"Gue gak ngerti maksud lo, lepasin" Nanda meronta saat Vino mencengkram kuat pundaknya.

"Lo kan yang buat marsha kecelakaan, iya kan!!!. Lo suruh Rio buat sabotase mobil Marsha kan!!! JAWAB SETAN!"

"Emang udah takdirnya celaka kenapa lo salah-"

Plaakkk

Sebuah tamparan mendarat dipipi mulus Nanda, Nanda memegang pipi kirinya yang terasa panas. Ia berkaca kaca menatap Vino.

"Iya Vino, gue yang buat Marsha kecelakaan!, Gue yang suruh Rio buat sabotase mobilnya!, Gue Vino gue!!! Puas lo!! Hah!! Hikkss.. semuanya peduli Marsha. Marsha, gadis dengan sejuta kebahagiaan. Sedangkan gue, gue gadis dengan sejuta penderitaan hikss... Keluarganya harmonis, dia memiliki teman dan pacar yang sayang luar biasa ke dia. Sedangkan gue, gue hanya punya keluarga. Tapi itu semua hancur, HANCUR!! Karena papa Marsha bunuh papa gue!! Hikss... Gue kehilangan mama gue. Gue pengen dia ngerasain apa yang gue rasain Vin hikkss hikss... Gue gak pengen seperti ini, tapi keadaan yang mendorong gue melakukan hal ini hikksss hikksss" Nanda meluruhkan badannya kelantai, ia menangis mengeluarkan semua beban yang ada dihatinya.

Vino sebenarnya tidak yakin jika papa Marsha membunuh pamannya, tapi ia harus cari tahu ini semua. Ia akan tunjukkan pada mamanya dan juga pada Nanda bahwa yang dikatakan mereka tidaklah benar. Vino menatap mata Nanda, tidak ada kebohongan disana. Gadis itu pasti memiliki beban yang amat berat. Dengan langkah kasar Vino meninggalkan kamar Nanda.
.
.
.

Semangat Rena disekolah hilang, biasanya ada Marsha yang selalu meladeninya bicara. Jam istirahat seperti inipun biasanya Rena dulu yang mengajak Marsha kekantin. Tapi saat ini ia tidak semangat untuk kemana kemana. Gadis itu hanya duduk dibangkunya sambil membaca novel.

Tiba tiba ada sebotol jus jambu diatas meja. Rena menoleh kesamping, seorang pria yang ia kagumi ada disebelahnya sambil menatap dirinya.

"Fauzan, lo ngapain kesini?" Tanya rena gugup,

"Duduk" jawab Fauzan singkat.

"Hmm, maksud gue kenapa duduk disini?" Tanya Rena lagi, Fauzan menaikkan satu alisnya lalu meminum jus miliknya sendiri tanpa mempedulikan pertanyaan Rena.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, Rena berpikir kenapa ia harus menyukai pria kutub macam Fauzan, sungguh menyebalkan. Fauzan tersenyum tipis melihat muka Rena yang terlihat imut dimatanya.

"Lo senyum ya?" Rena spontan bertanya, ini pertama kali gadis itu lihat Fauzan tersenyum.

"Gak" fauzan kembali mendatarkan mukanya.

"Ihh bohong banget" Rena tersenyum lalu meminum jus pemberian Fauzan "makasih ya".

"Lo masih suka gue?" Pertanyaan Fauzan membuat Rena tersedak, dengan cepat pria itu menepuk pelan punggung Rena.

Sepulang sekolah Rena dibonceng Fauzan, Dirga membonceng Hani. Mereka menuju rumah sakit tempat Marsha dirawat. Sedangkan Kevin entah kemana perginya pria itu, sedari tadi Fauzan dan Dirga tak melihatnya sama sekali.

Farel sedang berada dibalkon kamarnya, ia bingung harus melakukan apa. Pria itu ingin sekali menemui Marsha tapi dia terlalu takut menatap Marsha, ia tidak bisa melindungi gadisnya. Saat Farel tengah melamun pintu kamarnya terbuka, kevin masuk dan menghampiri Farel.

MARSHA (END)Where stories live. Discover now