33. Enam tahun yang lalu

6.5K 552 18
                                    

❤❤❤

Ben tiba di singapura setelah melewati beberapa jam perjalanan jalur udara. Tadinya ben hanya ingin berangkat sendiri tapi kania merengek minta ingin ikut, akhirnya ia pergi berdua dengan sang istri.

Ben berjalan dengan langkah tergesa bahkan tak memperhatikan lagi sang istri yang menyamakan langkah dengan terengah-engah.

"Yang pelan-pelan kenapa sih." Keluh kania yang merasa lelahnya diujung tanduk.

"Aduh makanya kan aku bilang kamu nggak usah ikut." Sahut ben sambil kembali berjalan kebelakang sambil meraih tangan kania lalu membawanya memasuki hotel tempat dimana adiknya menginap.

Sesampainya dilobi, mereka menaiki lift dengan perasaan was-was. Sedari tadi ben terus menghela nafasnya gusar, disinilah peran kania sangat membantu, tanpa ben pungkiri keberadaan kania mampu membuatnya sedikit tenang.

"Nggak usah khawatir ben, Rachel kuat, dia pasti nggak pa-pa." Kania mencoba menenangkan ben.

Ben menatap kania lirih, "tapi ini kali pertama terjadi setelah 4 tahun yang lalu yang."

***

Vinie masih berada di kamar ditemani mbak wid dan mbak Siska. Mereka menunggu ben datang.

Ben keluar dari lift lalu berjalan menuju kamar dimana rachel berada. Didepan kamar adiknya Ben menemukan 2 pria yang ia kenal sebagai salah satu atlet badminton.

"Anda siapa?" Tanya pria jangkung yang ben hafal namanya adalah Jonathan.

"Ben, Rachel's brother." Sahut ben singkat.

Mendengar hal itu, baik jojo yang saat ini ditemani ginting pun lekas memberi akses masuk dengan membukakan pintu.

Ben masuk dan melihat adiknya tertidur dalam kondisi lemah lengkap dengan infus ditangannya.

"Cheeelll..." seru kania lirih setelah melihat keadaan adik iparnya.

"Gimana ini bisa kejadian vin?" Tanya ben dingin sambil masih menatap Rachel yang saat ini masih belum sadarkan diri.

"Gue nggak tau pasti kenapa, gue nggak sekamar sama dia." Sahut vinie sejujurnya.

"Lalu roommate nya?"

"Aku." Sahut mbak Siska. "Tadinya aku fikir dia mandi agak pagi karena melihat kebiasaan emang dia suka mandi pagi, tapi pagi ini nggak kayak biasanya, ditunggu keluar tapi nggak selesai-selesai, akhirnya ku lihat kedalam, taunya udah pingsan." Jelas mbak Siska dengan takut-takut.

Ben menghela nafasnya pelan, ia berjalan mendekati rachel, "kita harus secepatnya bawa dia ke Australia."

Ben berniat untuk mengangkat Rachel sendiri tapi vinie bergegas mengambil kursi roda.

"Pihak hotel punya persediaan." ucapnya.

Dan tanpa banyak bicara, ben langsung membawa rachel pergi.

"Barang rachel biar gue yang urus." Ucap vinie lagi yang faham dengan tatapan kania yang saat itu melihat barang-barang Rachel.

Pink Shuttlecock | Kevin Sanjaya ✔Where stories live. Discover now