42. Done

6.3K 472 41
                                    

❤❤❤

Vinie berjalan pulang dengan perasaan yang tidak nyaman. Sejak tadi ia terus ingat rachel bahkan saat temannya yang tidak sengaja ia temui di minimarket tak berhenti berbicara.

"Gin, gue sebenarnya masih pengen denger cerita lo, tapi kayaknya gue mesti pulang deh." Vinie pamit dengan gayanya yang dinilai paling sopan baginya.

"Yaah kok pulang duluan sih vin, kan gue ceritanya belum selesai." Rengek gina yang dari jaman penjajahan emang manjanya luar biasa.

"Ya abisnya elo, sejam dipake buat muqaddimah doang, lo kira gue layanan curhatdong.com, ya udah gue pulang dulu, bye."

Vinie pun meninggalkan gina yang masih duduk didepan mini market, ia berjalan tergesa untuk pulang dan memastikan jika rachel tak apa-apa.
"Aduhh itu anak bikin jantung gue nggak sehat berhari-hari."

Tanpa memakan waktu lama, vinie masuk kedalam apartemennya. Ia meletakkan barang belanjaannya dan berjalan kekamar rachel.

"Chell..." panggilnya sambil diiringin dengan ketukan pintu.

Tak ada jawaban.

"Chel.." panggilnya lagi, namun masih sama, tak ada sahutan.

Vinie mulai panik tapi ia berusaha untuk mengontrol paniknya, ia berjalan menuju rak yang ada disebelah TV lalu mengambil persediaan kunci cadangan semua pintu.

Vinie memberanikan diri membuka kamar Rachel dan yang dilihatnya pertama kali adalah gelap.

Semua dinding masih tersisir rapi dilapisi gorden 2 lapis.

Tak ada cahaya sehingga vinie merabakan tangannya pada tombol lampu.

Ketika ia menyalakan lampu, ia histeris melihat rachel yang saat ini tengah terduduk lemas dengan darah didahinya.

"Cheeeellll...." rengek Vinie panjang sambil menahan air matanya.

Ia bergegas memapah tubuh lemah Rachel kemudian merebahkannya di kasur.

Vinie tak ingin banyak berkomentar, ia sudah hafal dan tau apa yang perlu ia lakukan pertama kali ketika rachel dalam kondisi seperti sekarang.

Selesai merebahkan rachel di kasur, vinie berjalan kearah kamar mandi lalu menyiapkan kompresan dan obat pertolongan pertama.

Vinie melepas pakaian dan menggantikan punya Rachel sementara handuk masih ditempelkannya dikepala.

Rachel bangun karena merasa terusik dengan tekanan rachel pada luka di dahinya.

"gue kambuh lagi ya vin?" Tanyanya nanar.

Vinie tidak menjawab, ia hanya tersenyum sambil membenarkan letak handuk kompresan.

"Lo nggak telpon ben kan?"

Vinie menghela nafasnya pelan, ia ingat jika rachel memintanya untuk jangan menelpon ben jika sesuatu masih bisa ditangani olehnya.

"Gue nggak telpon ben, tapi kalo sekali lo lagi lo kayak gini, gue nggak bakal cuman telpon ben, gue juga telpon papa lo." Ancam vinie.

Pink Shuttlecock | Kevin Sanjaya ✔Where stories live. Discover now