[8] sore-sore ketemu seoyun

1.4K 340 377
                                    

Ada sepercik kesenangan luar biasa saat Papa mengantarkanku sampai di pekarangan rumah dan Mama yang tsundere-nya menyuruhku masuk padahal aku tahu betul kalau wanita paruh baya itu kangen setengah mati denganku. Ya habis, ditinggal anaknya hampir sebulan, aku yakin dia kebosanan parah karena gak ada yang harus diomeli.

Sebagai informasi, setelah aku mengikuti tes sbmptn untuk masuk universitas, pulang dengan wajah kemerahan dan tangis yang gak bisa dibendung lagi, tawaran Papa mengajak liburan ke luar negeri memang susah ditolak. Aku reuni dengan Kakak dan adik kecil tiriku dan juga Mama kedua (walaupun Mama gak senang aku panggil Mama kedua itu Mama). Singapur asik banget! Jepang apalagi! Terus .... PARIS!!!! Aku masih mau nangis kalau aku teringat lagi.

Mama mau membantuku membereskan koper-koper beserta isinya setelah mengobrol dengan Papa dan berpamitan dengan beliau. Kami juga sudah memulai argumen pertama kami pada saat pembagian oleh-oleh dan berakhir dia yang mengatur semuanya, seperti oleh-oleh yang mana dan untuk siapa. Oh, itu juga termasuk untuk tetangga kesayangan.

"Ah, sayang deh kamu belum liat Seoyun, dia cantik banget lho," ucap Mama saat memasukkan oleh-oleh ke dalam plastik.

Aku yang tiba-tiba terkena serangan lupa, jadi gemas sendiri. Penasaran sekarang bentukan Seoyun sudah seperti apa. Padahal cuma di tinggal tiga minggu dan aku sudah kangen gak tertolong dengan sosok mungil bak bidadari itu.

"Ini, baju?" Tanya Mama, memperlihatkan baju yang aku taruh di plastik transparan, "Buat?"

"Oh, buat Kak Hoseok," jawabku, "Sama Kak Yoongi. Ma, itu kira-kira muat gak sih? Aku belinya yang oversized sih, abisnya Kak Hoseok kayaknya style nya gitu."

Mama mengangguk khidmat sambil memperhatikan bajunya, "Bagus kok, aesthetic. Beli dimana yang ini?"

"Jepang," ucapku cepat. "Ma, udah belum? Keburu kesorean nih."

Setelah Mama menaruhnya di satu plastik besar yang mencakup semua oleh-oleh, barulah aku langsung mengambilnya dan keluar rumah melewati perkarangan rumah dan memasuki perkarangan rumah tetangga sebelah. Selanjutnya menyahut salam keras-keras ke dalam rumah yang pintunya terbuka itu. Suara televisi dan suara berat yang menyambut salamku begitu aku masuk ke dalam, melewati ruang ramu ke ruang tengah kemudian mendapati satu tubuh yang duduk di atas karpet sambil menatapku.

"Hah, lo kapan balik?"

Aku menyengir membalas Kak Yoongi yang ditemani bakwan panasnya di atas piring dan memamerkan satu plastik besar untuk ditaruh di depannya sampai dia terbingung sendiri, "Aku beliin oleh-oleh!" seruku riang.

"Bang, siapa tadi ada yang salam—Eh! Kamu udah balik? Kapan? Kok Tante gak tahu?" Ini dia ibu negara sebelah yang langsung aku hampiri dan menyalimi beliau (pakai acara cengegesan pula) kemudian menunjuk plastik yang sudah dikeluarkan isinya oleh Kak Yoongi.

"Itu, Tan, hadiah, hehe," ujarku. "Tapi aku gak tahu nih size persisnya, kebetulan sih aku beli ya ... sekitar gedeean dikit deh. Jadi, maaf ya kalau gak muat."

"Iiih, kamu repot-repot aja sih? Makasih lho. Itu makan dulu deh bakwannya, masih panas, mau minum gak? Tante buatin nih?"

"Gak usah Tante, ih. Aku minta aja bakwannya, nih ya." aku berucap, mendekat ke arah Kak Yoongi dan piring bakwannya. "Kak, muat gak tuh?"

"Muat lah, santuy. Badan gue segede apaan sih. Makasih ya, dek," ucap Yoongi dan mengeluarkan satu baju lagi yang agak sama model tetapi dengan motif yang berbeda. "Nih, kasih aja ke orangnya, ada di atas."

Aku mendengus, "Ngapain amat. Kan udah dikasih masa iya, aku yang nyamperin sih Kak."

"Emang gak mau liat Seoyun?"

[SUDAH TERBIT] sore, hoseok !Donde viven las historias. Descúbrelo ahora