[59] hari ke 93

865 207 164
                                    

Tangan aku menggapai kosong permukaan ranjang guna mencari hape berdering yang tidak tahu letaknya di mana, jauh di tangan nyaring di telinga ini, rasanya mau banting itu benda kalau ketemu. Tapi dengan kekuatan mata sepet yang dipaksain buat lihat alarm, meski deretan huruf yang blur karena belek, aku perlahan mengeja dalam hati, remindernya bilang;

Ka hoseok balik

Ponsel tak terlempar jadilah guling yang terlempar. Kelabakan untuk turun dari kasur dan segera melesat menuju kamar mandi. Keluar lagi buat ambil handuk. Aku mandi kilat yang aku gak yakin itu bersih apa enggak, ah bodo deh, ada minyak wangi. Aku baru selesai mengaitkan pengait bra ketika telpon dengan ID caller bernama sugar daddy ka yoongs🍭 berdering, diangkatlah telponnya.

"Kebo lu ya!!!! Gua telpon anjir di wa gak
diangkat-angkat! Ngapain sih lu! Gue
tinggal ya!"

"JANGAN TINGGAL!!! MAU PAKE BAJU INI BENTAR KENAPA?!"

"Lima menit gak turun juga, gue tinggal."

"Tujuh menit dah."

"Udah ngaret, nawar lagi lu, lima
setengah menit."

"Enam deh."

"Lu lagi pake apaan sekarang hah?"

"Kepo."

"Bener ini gua tinggal tancep gas doang,
udah di mobil."

"AH IYA AMPUN-AMPUN LAGI PAKE JEANS!!"

Kata Kak Yoongi dengan nada yang grumpy mengatakan kalau aku datang pada menit yang ke sembilan. Lalu akhirnya aku goda, "Kan sayang sama aku, makanya ditungguin."

Dia mendengus, merubah posisi gigi mobil dan menancap pedal gasnya, "Iyalah, bisa-bisa pesenan gue nanti di buang sama Hoseok."

Tsundere parah, tapi aku senang lantaran iyalah nya Kak Yoongi bisa bermakna dua arah, antara iyalah buat ditungguin sama iyalah soalnya sayang aku. Walaupun ada kemungkinan besar kalau iyalah nya yang opsi dua cuma halu semata, tapi gak papa, konon menyenangkan diri sendiri itu baik. Perjalanan ke bandara bisa sampai lama deh, aku gak hitung, keasikan teriak-teriak mengikuti alunan musik di radio dan bercengkrama dengan Kak Yoongi yang tiada habisnya. Perlahan melupakan sejenak kalau tujuan kemari buat jemput Kak Hoseok.

Terus, saking penasarannya, aku tanya ke Kak Yoongi, "Kita perlu gak pake papan nama itu? Tulisannya, Ho-seok, gitu?"

"Ngapain anjir?" Kak Yoongi terkekeh, "Kayak dia tamu dari mana aja, gausah, nanti di telpon aja."

Aku mengangguk-angguk, mengetuk ujung sendal aku ke lantai mengkilap bandara. Perkiraan Kak Hoseok kemarin jam sepuluh seharusnya sudah sampai, aku sama Kak Yoongi sampai setengah sepuluh di bandara, dan sekarang sudah jam sepuluh lewat lima menit dia belum muncul juga. Apa karena aku tidak sabaran, ya, makanya jadi lama.

"Kenapa sih lu kayak janda aja, di tinggal Hoseok."

"Ih, ini orang, sumpah," aku melirik sinis, "Kasian ya yang gak punya pacar."

"Gak papa yang penting duit ada."

"Pacar aku juga punya duit, duit baru keluar dari oven, hmmm, enak."

"Pacar lu kan, adek gua, duitnya nanti juga ngalir ke gue lagi."

"Ih, sotoy, orang buat beli apartemen."

[SUDAH TERBIT] sore, hoseok !Where stories live. Discover now