[49] °__°

849 236 142
                                    

Kalau kalian pikir cerita ini sudah selesai, kalian SALAH BESAR!!! Nyatanya masih ada yang harus di ceritakan untuk hari ini. Chat yang tadi beneran gak menyelesaikan masalah kalau ada yang ketuk ketuk di depan rumah dan aku bodohnya mengira itu tetangga----emang tetangga ... TAPI TETANGGA SEBELAH BANGET.

"Eh ... K-Kak H---"

Kak Hoseok kerasukan apa coba, tangannya langsung menangkup wajah aku, mukanya deket banget dan bukan, ini bukan percobaan ciuman-ini jelas sekali ekspresinya panik, "Sakit banget? Kok gak bilang?!" dianya nanya, jauhin tangannya sendiri terus aku baru sadar dia bawa plastik dan langsung kasih ke aku, "Aku bawa obatnya!"

Sekarang aku harus apa coba ... Lucu banget ini orang langsung mengubah ke protective worry boyfriend!au bisa-bisa aku maksain diri buat muntaber nih. Eh, tapi serius, lihat dia sudah pasang wajah begitu, aku harus gimana ya, kalau ketahuan bohong ... putus gak ya ... Kalau dulu kan ... Kak Hoseok tidak perlu tanya kenapa aku kebelet e'ek, sekarang harus ditanyain dong?

"Kok diem?" Sekarang tangannya langsung nemplok ke dahi aku, "Tapi gak panas, muka kamu---" pindah lagi, pegang pipi aku, "Gak pucet juga."

Menelan ludah sebelum menjawab, "Udah selesai, tadi ... gak papa kok. Hehe."

"Serius?"

"Iya."

"Yaudah," badannya kembali tegap. "Aku pulang dulu."

Sekarang aku yang drama, menahan tangan kakanda, sampai kakanda menoleh kembali ke aku dan aku pasang heart eyes motherfucker, berujar pelan, "Kok pulang?"

"Emang mau gimana? Kamu kan udah gak papa?"

"Gak mau ... nonton tv ... sama aku?"

"Aku jarang nonton tv."

"Yaudah? Temenin?"

Mata aku saja yang sakit, apa memang barusan aku melihat sudut bibir Kak Hoseok berkedut tapi ditahan-tahan? Oke. Iyalah begitu, sekarang kita duduk di sofa, sebelahan, bahu saling menempel, diam, yang ramai cuma Finn sama Jake yang teriak-teriak mulu. Biasanya aku enjoy saja, tapi sekarang gregetan banget, perasaan kata Kak Yoongi, aku sama Kak Hoseok kalau ketemu sering rame sendiri tapi kali ini kok sunyi kayak di kuburan.

Sekali lagi, aku mengorbankan diri untuk jadi penyelamat suasana sekaligus penyelamat hubungan kita, "Tadi, Taehyung dateng."

"Tadi liat."

"Silaturahmi."

"Oke."

"Itu pelukan cuma friendship hug, kok."

"Sip."

"Dia minta maaf soal jadi pacar posesif gitu."

"Oh."

"Sekarang kuliahnya di Jogja."

"Iya."

"Kamu marah?"

"Enggak."

"Terus?"

"Terus?"

"Terus mau sampe kapan ngambeknya?"

Aku perhatiin dia jadinya, jangan kesel jangan kesel jangan kesel jangan sambit baru pacaran gaboleh berantem yaudah gapapa iyain aja, takutnya kesalnya aku kebablasan kayak kemarin. Kak Hoseok menatap lurus ke televisi, aku gregetan dia tidak kunjung menjawab pertanyaan aku. Ambil remot tv yang tergeletak di sebelah aku, jempol aku pencet tombol power on/off buat matiin tvnya. Setelah itu Kak Hoseok baru menoleh, wajahnya masam. Ngeselin parah. Aku lagi belajar jadi pacar yang baik, jadi, aku sepenuhnya mengganti posisi menjadi duduk menyilang menghadap Kak Hoseok. Tangan aku meraih kepalanya supaya dia lihat aku.

"Kenapa?" imbuhku memulai, "Bilang dong kalo kesel."

"Gak kesel."

"Marah?"

"Enggak."

Aku menghela nafas. Bentar lagi kalau jawabannya kayak gini-gini saja, aku beneran mau tempeleng mumpung tangan aku masih di masing-masing sisi wajahnya, "Gondok?"

"Enggak."

Ini aku seperti bicara sama diri aku sendiri jadinya, "Yaudah, maaf."

"Aku dendam," Kak Hoseok menyahut setelah kami diam sepuluh detik.

Gak main-main kalau ngomong ini orang, "Sama siapa?"

"Kamu lah?"

"Iya, aku yang salah. Sekarang baikkan aja ya?"

"Yaudah."

"Kamu udah gak pusing lagi?"

"Enggak," jawab Kak Hoseok, aku inisiatif mengambil jarak yang lebih dekat sedangkan orang yang mau di deketin memandang horror, "Mau ... ngapain?"

"Kemaren rewel banget minta peluk!"

"Oh ... oh ..."

"Ah, oh, ah, oh, buruan, mumpung gak ada Mama di rumah."

Kak Hoseok rada cemberut, "Jangan gitu dong," cicitnya kecil. "Ambigu."

"Lama nih," ---ya di kata aku gak nervous apa mau pelukan kayak gini. Bersikap sedikit lebih superior itu merupakan sebuah tindakan preventif supaya aku tidak kelihatan lembek kayak squishy di depan Kak Hoseok. Makanya, aku ambil satu langkah lebih berani buat palain pelukan diantara kita berdua, memang rada memaksa sih---akunya peluk Kak Hoseok yang posisinya setengah badan menghadap aku, terus dia aku peluk begini malah kaku kayak triplek. Aku kan semakin tidak karu-karuan. Mengusap punggungnya, sekali, dua kali, tiga kali, terus langsung lepas-malah kesannya seperti dorong badan dia, terus nyengir, "Udah kan?"

"I-iya ... udah."

Bodo amat, mau puas atau enggak, yang penting sudah melaksanakan janji 💯💯

Oh iya ... satu lagi---

"Kak."

"Apa?"

"Aku sayang kamu."


---

Hoseok = X_____X

minal aidin! !! !! !! Gimana sate kambingnya mantep2 gaak? Heheheheh

besok epilog ya ^____^ c u luvly💙💙💚

[SUDAH TERBIT] sore, hoseok !Where stories live. Discover now