[51] lov lov

927 223 239
                                    

"Pacaran yuk," aku lagi ngerjain tugas di kamar, tengkurap, di depan laptop, di samping buku, di samping kertas-kertas penelitian, ada suara mirip Kak Hoseok bisik-bisik tapi aku coba buat fokusin diri. Itu setan, ya ampun. Setan biasanya mengajak maksiat mulu. Aku mengetik lagi, melirik kertas penelitian dan buku tebal yang dijadikan bahan referensi. Sebentar lagi mau jedotin kepala aku ke laptop soalnya mau gila.

"Syyyuuuutt."

Sejak kapan sih rumah ini jadi berhantu?

"Allahulaillahaillahuwal ayyul qayyum—"

"KOK AKU DIBACAIN AYAT KURSI?"

"LAH? KAK HOSEOK? SEJAK KAPAN DISITU!"

Oke. Gitu. Rumah aku tidak berhantu.

Jadi, ya ...

Iya, akunya terlena.

Mama mengawhy banget bukain pintu buat Kak Hoseok, anaknya lagi meditasi buat mengerjakan tugas belum deadline dan JUSTRU ITU sebenarnya, mumpung aku lagi mau. Terus manusia cintanya datang. Aku harus gimana? Memang sih, pacaran itu harusnya dijadikan prioritas nomor dua. Tapi ya kan ... Kak Hoseok ini langsung dapat tawaran kerja setelah lulus sarjananya, terus kerjanya mantap banget emang. Saking mantapnya, bayi aku kasian :( sibuk mulu :( pasti pusing :( masa aku tolak ajakan pacarannya :(

"Kamu mau apa?"

Kak Hoseok memperlambat laju motornya makanya aku bisa dengar jelas, "Nasi goreng enak tuh, mau?"

"Oke," pacaran terkeren bukan makan di restoran guys, kfc juga kalah sama ini sebenarnya, tapi makan di pinggir jalan👌👌 top markotop. Kita menepi di pinggir jalan dan masuk ke dalam tenda nasi goreng dan makanan lainnya itu, tapi tujuan aku makan nasi goreng. Kalau Kak Hoseok gak tahu mau apa. Tapi denger-denger dari dumelannya dia mau kwetiaw.

"Hari ini gaji aku cair lho."

Mata aku membulat, "Iya? Wedewwww, selamat!" rewardnya aku kasih usapan di kepalanya sampai dia memejam mata untuk menikmati, "So proud of you! Aku nyanyi ya? Congratulations! And CELEBRAAAAATION!" Liriknya cuma itu-itu saja aku ulang sampai bego sembari tepuk tangan, awalnya Kak Hoseok mengikuti tapi dengan variasi kepalanya yang ke kanan dan ke kiri, baru ikutan dua bait sih, habis itu dia hush in aku.

"Diem, diem, diliatin bege, jangan malu-maluin kalo mau jadi pacar gue ah," dia berujar begitu.

Aku disuruh diam, malah semakin rame lah, tapi cuma sebentar saja ramenya kali ini sebab orang lain yang makan sudah menoleh melihat kebangsatan aku, aku hehehehe in. "Terus kamu bagus gak kerjanya?"

"Bagus lah! Kalo enggak, aku gak traktir kamu."

"Emang kamu yang paling top dah, yang lain beng-beng," aku menerima es teh manis yang baru saja di antar oleh abang-abangnya lalu bilang terima kasih, aku melanjutkan kembali ide yang tadi terlintas di kepala, "Tapi aku mau traktir kamu juga dong, nanti tapinya, kamu lagi mau apaan?"

"Apa ya ... peluk aja?" Alisnya tidak lupa ke atas dan ke bawah, genit, dih?

"Itu mah gratis."

"Bisa aja. Punya pacar gak neng?"

"Sori Mas, aku udah taken, jangan ngalus ya, bojoku galak," aku mengibas rambut ke belakang, mau shyombong. "Beneran anjir, ini aku mau beliin kamu sesuatu."

"Aku lagi mau kamu," aku mau istigfar dulu, lihat ke kanan ke kiri, ada satu-dua orang yang lagi makan, untung saja suaranya Kak Hoseok keredam sama suara oseng-osengan penggorengan. Aku panik, ini orang lagi kesambet setan beneran ya? Tangan aku pukul pahanya nyaring, "Aduh! Sakit! Kenapa dipukul!"

[SUDAH TERBIT] sore, hoseok !Where stories live. Discover now