Part 13.1: when love calls she to make a sweet scene with a sucks boy

464 65 77
                                    

Rintik hujan di bulan Mei, kesunyian absolut, dam hilangnya kewajiban belajar. Ketiga hal tersebut adalah hal yang perlu Fira syukuri.

Bagaimanapun, terima kasih pada hari ulang tahun sekolah tiga hari lagi, yang membuat guru harus mengadakan rapat saat ini. Terima kasih juga pada hujan yang membawa angin menyegarkan ke arah jendela tepat di sampingnya--hingga membuat hormon melatonin dan serotonin ditubuhnya bekerja dua kali lebih giat, yang mengakibatkan rasa rileks dan ingin segera menutup mata jadi dua kali lebih besar dari biasanya.

Terakhir, terima kasih kepada teman sekelasnya yang saat ini tidak ada di kelas—mungkin saja sedang menikmati jam kosong di kantin dengan segelas teh panas. Atau mungkin, sedang sibuk menyiapkan pesta yang tinggal menghitung hari ini.

Fira akan menjaga kelas ini dengan baik. Bersama dengan Raja Bayu yang menerbangkan anak rambutnya. Ia memang sengaja membuka sedikit jendela, karena dia menyukai udara dingin. Tinggal menghitung detik, pasti Fira akan terlelap dalam mimpi indah--yang inginnya, ia lakukan sampai bel pulang berbunyi.

Kalau saja bisa seperti itu, harinya pasti begitu indah.

Ponsel yang Fira letakkan di laci meja bergetar beberapa kali. Getaran yang merambat di benda padat—terasa sampai pada tangan yang sedang menempel sempurna untuk menjadi bantal tidurnya kali ini. Fira langsung merengut. Kalau saja Fira tidak khawatir bahwa pesan itu dari Fara, sudah ia matikan ponselnya. Gadis itu mengerut dahi sambil mengeluarkan gerutuan tanpa suara. Akhirnya ia tetap menyalakan ponsel untuk melihat pesan dari siapakah itu.

___

Afandi (Blokir Saja Kalau Menyebalkan)

Hei, Pemalas.

Jangan hanya tidur.

Manfaatkan waktumu untuk belajar. Mengerti?

___

Fira mengerut dahi lebih dalam. Alisnya hampir bertaut dengan mulut yang melengkung ke bawah. Ayolah, bagaimana laki-laki itu bisa tahu Fira sedang bermalas-malasan dan ingin tidur saat ini? Apa Afandi sedang mengawasi atau semacamnya? Fira melihat ke sekeliling dan tidak menemukan apa pun. Akhirnya Fira melihat ponselnya dengan raut tidak suka.

"Urusi saja urusanmu di OSIS!"

Fira mulai menggerutu lagi. Ia tidak berniat membalas pesan itu. Maaf saja, ini bukan jam kerja bagi Fira--ini kesempatannya untuk istirahat. Dan lagi, ia tidak akan dibayar jika belajar lembur! Untuk apa berusaha sebanyak itu? Fira bersungut dan ingin mematikan ponsel—lalu, laki-laki itu kembali membuat notifikasi di ponselnya.

___

Afandi (Blokir Saja Kalau Menyebalkan)

Akan kutagih jawaban soal latihan hari ini saat pulang sekolah. Awas saja kalau tidak dikerjakan.

___

Rasanya, cairan di otak bersama darah mendidih dalam tubuh Fira--lalu, naik hingga ke ubun-ubun. Seperti nama kontak laki-laki itu di ponselnya, 'blokir saja kalau menyebalkan', Fira akhirnya memblokir kontak Afandi, mematikan data seluler, lalu kembali menelungkup di atas meja dengan wajah seratus persen kesal. Laki-laki itu berhasil membuat perasaan bahagianya terjun ke dasar jurang.

Fira kembali menutup mata. Mencoba tidur dengan perasaan kurang nyaman. Lalu, sepuluh menit. Fira belum juga tertidur. Fira memukul msja lemas dengan wajah kesal. Berkat laki-laki itu sekarang ia tidak bisa tidur!

Apa mungkin Afandi sedang mengutuknya di suatu tempat? Awas saja kamu Afandi!

Fira akhirnya berdiri dan berjalan dengan gontai sembari membawa lembar modul, buku hitungan, ponsel dan earphone, serta bantal kecil. Lalu, ia berjalan ke tempat loker di belakang kelas untuk mengambil selimut--iya, selimut. Fira selalu menyimpan selimut di loker untuk hari-hari mendung begini. Walau Fira tidak menampik bersama dengan angin hujan tidaklah buruk, tapi tidur dengan selimut juga menyenangkan. Kan yang penting, tidur.

When Love Calls [END]Where stories live. Discover now