Extra Part 2: mom, i think i'm just fall in love with someone

959 68 16
                                    

Gadis itu duduk dengan wajah datar tanpa minat di depan laptop. Soal yang diberikan oleh rekan OSN-nya sudah dikerjakan, dan pekerjaan rumah untuk satu minggu ke depan sudah selesai ia kerjakan dari tadi. Karenanya sekarang, dirinya terdampar di atas kasur sambil mengutak-atik isi laptop tanpa mendapatkan sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya.

Jangan tanya mengapa Fira tidak tidur saja. Dia sedang mencoba untuk mengurangi kebiasaan tidur seharian di hari libur sejak beberapa minggu yang lalu. Dan ternyata, melakukannya sangatlah sulit. Namanya juga kebiasaan. Kalau Fira tidak mengutak-atik atau paling tidak menggerakkan tangannya dalam waktu semenit, sudah dipastikan ia jatuh tertidur, di depan laptop yang menyala.

Fira menyipitkan mata, mencoba tetap terjaga meski itu adalah hal yang benar-benar sulit. Matanya menelusuri nama-nama dokumen di laptop, berharap mendapatkan sesuatu yang membuatnya tertarik meski rasanya nihil. Matanya bergerak dari atas sampai bawah dengan wajah masam, hampir menyerah. Hingga, ketika melihat sebuah berkas dengan judul yang tak asing, Fira menyetop pandangan. Tangannya bergerak untuk membuka dokumen itu, dan bibirnya sedikit tertarik ke atas, saat mengingat dokumen apa yang diketik dalam Microsoft word yang sedang dibacanya.

Sebuah laporan yang diketik saat mendekati Faiz dulu.

Fira tersenyum kecil. Ada begitu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, hingga Fira melupakan, dulu ia pernah membuat perjanjian semacam ini dengan Fara. Mengingat bagaimana semuanya berawal dua bulan lalu, rasanya seperti sudah lama sekali sejak mereka membicarakan ini. Sejak Fira maupun Fara mengetahui perasaan khawatir masing-masing mereka memilih menghentikan perjanjiannya secara baik-baik. Lagipula, Faiz sekarang sudah sangat bahagia dengan Gladis dan Fira sama sekali tidak punya niatan untuk mengganggu hubungan itu.

Mengingat kejadian dulu, Fira jadi bertanya-tanya. Apakah dia memang pernah punya rasa pada Faiz, ataukah semua itu hanyalah khayalan semata? Tidak, tidak. Maksudnya, bukan berarti Fira tidak sayang pada Faiz. Dia sayang. Hanya saja, perasaan itu sama dengan rasa sayangnya pada Fara. Faiz bagai kakak sekaligus adik. Dia melindungi Fira, dan Fira merasa harus melindunginya.

Apa mungkin dia salah mengartikan rasa sayang itu? Karena meski merasa sedih karena kini laki-laki itu sudah punya seseorang yang harus ia prioritaskan, tapi Fira kini senang melihat bagaimana hubungan Faiz dengan Gladis.

Fira mengerut dahi. Dia sama sekali tidak pandai dalam hal perasaan. Jadi, daripada dia bingung dengan pikirannya sendiri, dia memilih membaca paragraf demi paragraf laporan miliknya--yang, Fara paksa untuk dia tulis.

Mulut Fira otomati mengembangkan senyum tipis saat mengingat kejadian dulu. Saat membaca laporan ini, otaknya secara otomatis mengingat kejadian dengan detil yang terjadi. Seperti sebuah film. Apa pun yang terjadi dulu. Entah dia menyukai Faiz sebagai lawan jenis ataukah sayang seperti keluarga, Fira merasa sangat bersyukur.

Karena, berkat Fara dan sirat perjanjian itu, Fira jadi menyadari akan lebih baik kalau dia berhenti bersembunyi dari kenyataan. Fira jadi sadar, bersama orang lain dan membangun hubungan tidak selalu buruk. Fara membuatnya menghadapi kenyataan dan memaafkan diri sendiri. Ah, sebenarnya bukan hanya Fara. Semua orang yang ada di sekitarnya, mulai Dilandanu yang berisik hingga Afandi yang menyebalkan. Semuanya punya peran yang besar hingga Fira bisa menjadi dirinya yang sekarang.

Kalau saja tidak ada orang-orang di sekitarnya itu, sudah pasti Fira tidak akan berubah. Dia akan terus bersembunyi sambil menanggung beban karena hanya bisa diam saat ibunya kecelakaan. Dia akan merasa bersalah dan terus berpaling melihat masa lalu dengan rasa sesak di dada.

Untuk beberapa saat, mata Fira tidak bisa menatap fokus dan hanya melamun di depan layar. Dia jadi teringat ibunya. Andai saja diberi kesempatan, Fira ingin bertemu ibu lagi. Andai saja diberi kesempatan, Fira ingin menceritakan begitu banyak hal yang terjadi padanya, melakukan girls talk seperti anak dan ibu lainnya lalu saling tertawa. Dia ingin menceritakan semuanya, mengenang semuanya, dan mengingat semua kenangan selama yang Fira bisa, sebagai pegangan di masa depan. Dia ingin bilang pada ibu ... sekarang dia sudah baik-baik saja, hingga ibunya tidak khawatir lagi.

When Love Calls [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora