Part 24.1: when love calls them to get a conversation about the truth

411 54 10
                                    

Sering kali, ingatan Fira terputar dalam mimpi terburuknya. Ingatan mengerikan ... di saat dia bersembunyi dari ketakutan terbesarnya.

***

Ketika Fira kecil, permainan yang paling ia suka adalah petak umpet.

Dia akan meminta Fara untuk bersembunyi di suatu tempat. Lalu, Fira akan menghitung lambat satu sampai sepuluh sebelum mencari keberadaan adiknya itu.

Seringnya, mereka bermain pada siang hari. Namun, sejak Fira menyadari ada sesuatu yang salah dalam keluarganya, mereka juga bermain pada malam hari. Biasanya, hal itu terjadi saat ayah pulang dari tempat kerja. Meski begitu, karena ayah sering tidak pulang berhari-hari, main petak umpet pada malam hari ini tidak terlalu sering dilakukan.

Lokasi sembunyinya hanya di dalam kamar. Kalau Fara dengan sengaja mengambil persembunyian keluar, maka dia akan kalah. Pintu kamar akan dikunci, tidak akan Fira biarkan suara pecahan piring ataupun teriakan di luar sana terdengar sampai kamar. Fara akan menutup telinga, bersembunyi di dalam lemari, kolong kasur, atau di mana pun yang ada di kedalaman kamar, tanpa perlu mengetahui apa pun yang terjadi di luar sana.

Fira akan memulai permainan dengan menghitung. Matanya ditutup dan ia akan berdiri di ujung ruangan, dekat dengan pintu. Tangannya akan bergetar ketika mendengar keributan dari luar, tapi ia tetap menghitung. Membunuh sedikit demi sedikit rasa kemanusiaan dalam dirinya, demi menyelamatkan adiknya dari kenyataan yang mengerikan itu.

Fira mulai menghitung.

Satu, dua. Sembunyikan dirimu ….

Tiga, empat. Tutup telingamu rapat-rapat ... dan jangan pedulikan keributan di luar sana. Karena, permainan yang sedang kita mainkan lebih mengasyikan, bukan?

Lima, enam. Bersembunyilah secepatnya ... jangan biarkan dirimu bertemu monster. Larilah secepatnya, sebelum cakar-cakar tajamnya menyakitimu ….

Tujuh, delapan. Tertawalah ... bahkan jika di luar sana ibu menangis. Karena kautahu, ibu bilang, hal yang paling membuatnya sedih adalah saat kita ikut terluka oleh monster itu. Jadi, tetap di tempatmu, mengerti?

Sembilan, sepuluh. Cukup aku yang melihat dan tahu hal mengerikan itu. Biarkan aku menanggung rasa bersalah … karena membiarkan semuanya terjadi.

Adik Fira begitu penurut. Dia tidak pernah keluar kamar ketika mereka bermain petak umpet. Dia tidak pernah melihat mosnter dari sosok yang ia panggil ayah itu. Hingga akhir dari hidup ibu, hanya Fira saksi bisu dari semua kejadian itu.

Cukup Fira yang hidup dengan kehilangan kemanusiaannya. Jangan sampai Fara juga mengalaminya.

Fira membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sangat pening hingga ia meringis tanpa suara. Tubuhnya terasa sangat berat dan sulit digerakkan. Matanya mengerjap berkali-kali. Namun, di detik berikutnya, ia memejamkan mata lama, lalu menghela napas. Mimpi lagi. Kenangan buruk menghampirinya lagi. Dia mengembuskan napas lelah sebentar dengan kerutan dalam di dahinya.

Saat mata terbuka, Fira telah bisa menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya. Dengan sebuah hembusan napas, Fira berusaha melupakan mimpi itu dan mengamati sekitarnya. Fira mengerjap saat menemukan dirinya berada di sebuah kamar dengan warna hijau pastel. Ada sebuah lemari dan meja rias dengan kaca bulat besar, berada beberapa meter di depan kasur. Namun, tidak ada barang apa pun di atasnya. Seakan, kamar ini kosong dan tidak ditiduri di hari biasa.

Setelah mengerut dahi dalam cukup lama, Fira mengingat tempat ini. Dulu, dia pernah tidur di sini juga waktu SMP. Gadis itu tengah berada di kamar tamu rumah Faiz.

When Love Calls [END]Where stories live. Discover now