Part 13.2: when love calls she to feel a lot of feelings from him

372 60 26
                                    

Fira menghempaskan selimut itu sembarangan ke arah Afandi hingga mengenai sebagian tubuhnya yang tidak terbalut kain seragam. Fira menggerutu, “Kamu bodoh, ya? Memakai almameter saat panas, dan melepaskannya di saat dingin.”

***

Fira memperhatikan lagi bagaimana bentukan selimut itu. Sebagian mengenai kepala, lalu sebagian lagi letaknya di atas paha dan tangan. Fira menutup mulut, hampir terbahak. Afandi bahkan tidak terganggu dengan posisi selimut yang aneh itu. Fira mengambil ponsel lalu memotretnya. Ini bisa jadi bahan isengan kalau laki-laki itu melakukan hal menyebalkan lagi.

Fira masih mendengarkan lagu yaku kini dengan cepat lagu berganti. Nama penyanyinya masih sama, judulnya juga hampir sama. Hanya ditambahkan angka dua diakhirnya. “Aishiteru 2....” Fira bergumam saat melihat judul tersebut yang tertera di sana.

Dengan genre lagu yang masih sama, Fira merasakan hatinya ikut tenang. Seperti ... terbawa pada pembawaan lagu yang nyaman. Suara yang lembut, ditambah alunan musik yang mendukung--Fira menyukainya.

Sebebarnya, Fira tidak berjalan sedikit pun saat menyentakkan selimut ke arah Afandi, karena itulah letaknya jadi aneh. Namun, entah karena perasaannya yang terbawa dengan musik, Fira malah duduk sambil memperhatikan wajah Afandi yang sangat tenang.

Aishiteru bukti cinta untukmu
Namun yang kuberi tak pernah kauhargai
Demi cinta kita, kukorbankan segalanya
Semua yang kita lewati s'lalu ada dalam ingatan

Fira terdiam. Melihat ke arah Afandi yang tidak terganggu dengan selimut yang menempel di kepalanya. Fira mengerut dahi dalam. Wajah Afandi yang sekarang lebih santai dengan garis kerutan tegas yang berkurang--bagaimanapun, Afandi tetap manusia, dan ia sedang kelelahan. Sebagian dirinya bersimpati saat melihat laki-laki itu.

Hingga tanpa sadar, kakinya berjalan lambat mengitari meja. Berjalan mendekati Afandi dengan tatapan sendu dan teduh secara bersamaan.

Cinta memang penuh misteri
Tiada yang tahu akhirnya
Seperti yang aku rasakan

Dengan hati-hati, Fira membenarkan posisi selimut itu hingga menutupi bagian depan tubuh Afandi secara lebih menyeluruh. Fira bersidekap sembari menghela napas, “Bersyukurlah, kali ini aku baik padamu.”

S’lalu ingin di dekatmu
Dan buat engkau tersenyum
Namun tangis yang kudapat

Pikiran Fira mengelana entah ke mana. Suara napas Afandi terdengar pelan, seakan penuh beban. Sebenarnya … apa saja yang telah terjadi pada laki-laki itu? Apa maksud percakapan yang dulu Fira dengar?

Pada akhirnya, Fira menyadari bahwa ia melamun sambil melihat Afandi dengan tatapan sendu. Fira menggeleng kencang dan memukul pipinya sendiri agar tersadar seratus persen. Dengan wajah sedikit syok, Fira kembali ke tempat duduknya.

Fira ... tadi melakukan apa?

“Aku hanya sedang baik. Itu saja.” Fira menggumam, berkali-kali. Matanya ia coba fokuskan pada soal matematika miliknya.

Iya, Fira memang hanya sedang baik. Afandi harusnya bersyukur. Padahal, Fira bisa saja membiarkan Afandi tertidur dengan udara dingin dan berakhir sakit besok harinya. Dengan begitu, meski sehari saja, Fira pasti bisa terlepas dari teror laki-laki itu yang menyuruhnya belajar. Namun, karena Fira baik, ia malah membantu Afandi.

“Benar, harusnya Afandi bersyukur.” Fira kembali menggumam. Ia mencoba fokus pada soalnya. Hanya itu. Tidak lebih dan tidak kurang.

Benar, bukan?

When Love Calls [END]Where stories live. Discover now