3.3 Senja yang Tak Bermalam

97K 13.2K 3.1K
                                    

—terima kasih telah membawa saya untuk percaya lagi dengan cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

terima kasih telah membawa saya untuk percaya lagi dengan cinta.- Doyoung Harsya Attaqi.


Kutertekuk muram durjanya malam
Beralih memantik cahaya dalam kegelapan
Setitik kuning berpendar keluar
Sebuah kesunyian berdenting di ruang temaram

Aku tahu hanya aku yang di dalam
Menangis merintih di siang dan malam
Penantian tak berujung hanyalah sia-sia
Menunggu yang ditunggu hingga menanggung beban cerita

Aku tak mau lagi seperti itu
Tak mau lagi
Kubangkit untuk membuka mata
Melihat dunia yang terus berwarna

Tepuk tangan langsung mengisi kesunyian di ruang kelas empat setelah guru magang mereka membawakan satu buah puisi indah untuk mereka dengar, walaupun mereka belum paham apa makna yang tersirat di dalamnya.

Senyuman pun terpasang di wajah Doyoung, si lelaki yang baru saja menampilkan puisi karyanya sendiri. Dia cukup bangga dengan dirinya yang berhasil mendapat tepuk tangan dari murid-muridnya.

Oh, mungkin tak hanya dari anak murid kelas empat, tapi dari seorang gadis yang berjinjit mengintip di balik tembok kelas. Bibirnya tersungging pasti, hingga dirinya lupa kalau sedang bersembunyi untuk memperhatikan ketuanya.

Sampai pada akhirnya dia ketahuan juga. Karena saat ini Doyoung menatap ke arahnya dengan melempar senyuman berarti.

Nata, si pengintip pun langsung menunduk, menyembunyikan dirinya di balik tembok penghalang antara ruang kelas dengan halaman kelas. Kemudian berjongkok untuk merutuki dirinya sembari memukul-mukul pelan kepalanya karena telah tertangkap basah sedang memperhatikan Doyoung.

"Duhhh" gumamnya berat, malu sekali dirinya sekarang ini. Pasti dia bakal salah tingkah jika berhadapan dengan ketuanya nanti karena kepergok ngintip. Dia jadi berpikir reaksi apa yang harus diberikan jika mereka bertemu nanti, pasti awkward banget.

Otaknya langsung pusing memikirkan kebodohannya sendiri. Sampai tak sadar seseorang sudah berdiri di hadapannya dengan bersidekap tangan menatapnya tajam.

Nata pun melirik sepatu Adidas hitam yang agak kotor di bagian sisi sepatunya, dia tahu siapa pemilik sepatu itu, pasti...

"Doyoung, hehe" sapa Nata pelan dengan cengiran paksa yang biasa dia berikan jika tertangkap basah seperti sekarang ini.

Doyoung hanya menatapnya dengan tampang datar yang baginya mirip aspal jalan. Mata itu menatapnya dalam diam, kaku, dingin, dan datar, membuat Nata tak berkutik.

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang