[NOVEL SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU BUKAN TOKO BANGUNAN]
kuliah kerja ngebaper, istilah yang digunakan untuk kegiatan kuliah tapi malah ngajak perasaan.
Baca cerita ini jangan di skip, sampe ke foto-fotonya jangan. Ntar pusing sendiri
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—terima kasih telah membawa saya untuk percaya lagi dengan cinta.- Doyoung Harsya Attaqi.
Kutertekuk muram durjanya malam Beralih memantik cahaya dalam kegelapan Setitik kuning berpendar keluar Sebuah kesunyian berdenting di ruang temaram
Aku tahu hanya aku yang di dalam Menangis merintih di siang dan malam Penantian tak berujung hanyalah sia-sia Menunggu yang ditunggu hingga menanggung beban cerita
Aku tak mau lagi seperti itu Tak mau lagi Kubangkit untuk membuka mata Melihat dunia yang terus berwarna
Tepuk tangan langsung mengisi kesunyian di ruang kelas empat setelah guru magang mereka membawakan satu buah puisi indah untuk mereka dengar, walaupun mereka belum paham apa makna yang tersirat di dalamnya.
Senyuman pun terpasang di wajah Doyoung, si lelaki yang baru saja menampilkan puisi karyanya sendiri. Dia cukup bangga dengan dirinya yang berhasil mendapat tepuk tangan dari murid-muridnya.
Oh, mungkin tak hanya dari anak murid kelas empat, tapi dari seorang gadis yang berjinjit mengintip di balik tembok kelas. Bibirnya tersungging pasti, hingga dirinya lupa kalau sedang bersembunyi untuk memperhatikan ketuanya.
Sampai pada akhirnya dia ketahuan juga. Karena saat ini Doyoung menatap ke arahnya dengan melempar senyuman berarti.
Nata, si pengintip pun langsung menunduk, menyembunyikan dirinya di balik tembok penghalang antara ruang kelas dengan halaman kelas. Kemudian berjongkok untuk merutuki dirinya sembari memukul-mukul pelan kepalanya karena telah tertangkap basah sedang memperhatikan Doyoung.
"Duhhh" gumamnya berat, malu sekali dirinya sekarang ini. Pasti dia bakal salah tingkah jika berhadapan dengan ketuanya nanti karena kepergok ngintip. Dia jadi berpikir reaksi apa yang harus diberikan jika mereka bertemu nanti, pasti awkward banget.
Otaknya langsung pusing memikirkan kebodohannya sendiri. Sampai tak sadar seseorang sudah berdiri di hadapannya dengan bersidekap tangan menatapnya tajam.
Nata pun melirik sepatu Adidas hitam yang agak kotor di bagian sisi sepatunya, dia tahu siapa pemilik sepatu itu, pasti...
"Doyoung, hehe" sapa Nata pelan dengan cengiran paksa yang biasa dia berikan jika tertangkap basah seperti sekarang ini.
Doyoung hanya menatapnya dengan tampang datar yang baginya mirip aspal jalan. Mata itu menatapnya dalam diam, kaku, dingin, dan datar, membuat Nata tak berkutik.