5.3.4 Diorama Rasa

70.6K 9.3K 3.2K
                                    

—kalau semesta setuju ya Alhamdulillah, kalau gak, ya lepaskan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

kalau semesta setuju ya Alhamdulillah, kalau gak, ya lepaskan. Hidup gak bisa dipaksa, men.- Tenny Charkava Febrian.

Selepas kelas kosong, Ten berlari cepat ke arah warung depan sekolah setelah melihat chat yang dikirim Johnny 22 menit yang lalu. Isinya memberitahu kalau mereka menunggu di warung.

Tubuhnya agak merunduk, berusaha menyelamatkan silabus dari derasnya hujan. Kalau bukan karena ketiga temannya setia menunggunya sampai selama ini, dia juga tidak mau menerobos hujan.

Dia mengibas bajunya yang basah, tak lupa mengusak rambutnya yang sudah tak berbentuk. Hampir dia menangis karena lima lembar pertama silabusnya basah, tapi pas dia cek ke halaman berikutnya tidak ada yang parah, cuma kecipratan air dikit. Bagus deh dia gak jadi nangis.

Bukan apa-apa, masalahnya silabus ini bakal diminta dosennya diakhir KKN, daripada ngeprint lagi buang-buang duit.

Mungkin dia lupa kalau Doyoung bawa printer.

"Kehujanan mas?"

"Anj...eh astaghfirullah..." Ten kaget dan hampir mengumpat kalau saja yang memanggilnya bukan Mbak Dini, si pemilik warung.

"Eh Din..." panggilnya dengan jantung dagdigdug.

Ten sendiri tak mengerti karena apa, pokoknya tidak karuan, kaget iya, malu iya, senang iya, jatuh cinta iya. Aduh, Ten berasa kaya artis india yang suka joged-joged di bawah hujan.

"Duduk dulu mas, Dini buatin teh hangat ya?" tawarnya.

"Hmm, eh ah anu..." dia mengaduh kecil saat bibirnya kelu tanpa sebab.

Ayo dong mulut mohon kerja samanya. Ya Allah, Maafkan hamba jika ini adzab karena sering mengumpat. Doa Ten dalam hati.

"Duduk aja mas" titah Dini akhirnya dengan senyuman manis.

Dan itu membuat Tenny terpana. Ingin rasanya dia bernyanyi neol bichi nerinda syalalala~ tapi sudah hak paten Johnny untuk Seola.

Dini memang masih belia, tapi kalau kalian lihat wajahnya, pasti akan berucap Masya Allah. Dia cantik, kulitnya bersih, pipinya chubby, senyumnya manis, rambutnya panjang bersinar, dan jangan lupa bibir kecilnya yang selalu membuat Ten istighfar.

Bahkan Johnny juga setuju dengan Tenny. Kalau saja dia tidak suka sama janda, kemungkinan besar dia juga akan suka dengan Dini.

"Sebentar ya, mas" pamitnya dan berlalu masuk ke dalam warung nasi yang ada di sebelah warungnya.

Jadi rumah Dini memang punya dua warung, di sisi kiri warung jajanan anak SD, sedangkan di sisi kanan warung nasi. Dan di tengah-tengah ada bale yang biasa dijadikan markas senjata ibu-ibu untuk bergibah. Beruntung hujan, jadi ibu-ibunya pada kekepan di rumah.

Anak sasing itu duduk di kursi panjang yang ada di depan warung jajan, posisinya berada di beranda rumah, bersebelahan dengan bale markas ibu-ibu. Duduknya memunggungi rumah, jadi arah pandangnya langsung ke sekolah yang sedang dihujani air dari langit dengan lebat. Baginya mirip ember tumpah di waterboom.

KKNWhere stories live. Discover now