Rambut Ungu

6.5K 724 90
                                    

Perasaan Putri sudah tidak enak sejak melihat Rimbi yang keluar dari ruangan Bima dengan wajah lesu dan berjalan lunglai. Rimbi bahkan menundukkan kepala hingga beberapa kali dia membuat orang lain kesulitan. Sedangkan lelaki tampan yang memakai jas dokter dan berdiri di ambang pintu itu tersenyum manis melihat punggung Rimbi.

Putri menebak, kalau Bima masih mengingat Rimbi. Tapi dia juga yakin seratus persen, jika cinta pertama Rimbi selama sebelas tahun itu berakhir dengan tragis.

Tanpa menunggu lagi, Putri beranjak dari tempat duduknya, lalu merangkul Rimbi. Dan saat Rimbi mengangkat wajahnya, Putri memberikan senyuman terbaik miliknya.

"Udah ngomong?" tanya Putri.

"Ngomong apa?" sembari melepas tangan Putri yang melingkar di pundaknya.

"Kalau lo suka Bima?"

Rimbi menggeleng pasrah, "Udah ah," Rimbi mengibaskan tangannya, "Nggak ada yang perlu diomongin."

Putri mengatupkan bibirnya, menahan tawa, "Yaahh... Sebelas tahun begini doang nih?"

Rimbi mengangguk lemah, "Sorry ya. Gue nggak bermaksud menghancurkan ekspektasi lo."

Putri tertawa lepas, "Gue sama sekali nggak berekspektasi ya, Dewi! Malah nih ya, Gue mikirnya dia nggak bakalan inget sama lo," Putri mengangkat dagu Rimbi, lalu tersenyum manis, "Tapi, ngeliat Bima keluar dari ruangannya, kayaknya dia inget sama lo."

Rimbi mengangguk tipis, "Dia emang inget sama gue. Tapi harapan gue udah pupus Put." Rimbi semakin lesu.

"Karena?"

"Dia suka sama Bu Dara."

"Bu Dara-nya Pak Rambang?"

Rimbi mengangguk lagi, "Bukan saingan gue lah."

Putri terbahak, "Lo pikir Bima saingannya Pak Rambang?"

"Gantengan Bima kali!"

"Pak Rambang juga Hot kalee!"

Rimbi tertawa, "Gue aduin Mas Bagus ah..."

"Bilang aja! Gue nggak takut."

"Ya pokoknya gue udah selesai lah sama Bima."

"Yakin nih?"

"Yakin."

Putri tertawa bersemangat, "Oke! Gue ada High Quality Jomblo nih! Gak mau tau, pokoknya lo harus mau ya?!"

"Siapa?"

"Mas Ryan," Putri mengulum senyuman, "Yang cakep ituu... Yang mukanya kayak anime."

Rimbi mendelik, "Yang gak bisa senyum itu?"

"Gini ya Dewi, emang setiap manusia itu cengengesan kayak lo? Lu pikir yang nggak senyum itu berati nggak baik?"

"Ya berarti dia nggak ramah dong!"

"Dan Bima adalah manusia yang ramah?"

Rimbi tertawa kecil, "Nggak juga sih. Tapi Mas Ryan apa mau sama gue?"

"Coba dulu lah! Elo kan anaknya Pak Wisnu Utomo, Direktur keuangan Ararya Holding Company. Udah cocok lah, kalau Mas Ryan jadi suami lo. Sama-sama mengabdi pada Klan Ararya."

"Nggak ah! Gue takut mati gaya kalo jalan sama dia. Kaku."

"Lo pikir kanebo kering?"

Rimbi terbahak, "Nggak ah."

"Lo tau nggak,"

"Nggak."

"Dih! Dengerin dulu!"

When I See My First Love (again) Where stories live. Discover now