Long Distance Relationship

4.1K 516 80
                                    

"Disana jam berapa sekarang?" tanya Rimbi dengan senyuman manis sembari menatap layar Macbooknya.

Dan lelaki tampan yang masih saja memakai setelan formalnya itu, membalas pertanyaan Rimbi dengan tersenyum manis, sembari melonggarkan ikatan dasi yang melingkar di kerahnya.

"Jam delapan, lewat tiga tujuh." kata Ryan setelah melihat layar ponselnya.

"Loh, kok sama." kata Rimbi yang juga baru saja melihat jam di layar Macbooknya.

"Kan emang sama. Kalau sama Manila, atau Singapura baru beda." jelas Ryan.

Rimbi mengangguk-angguk pelan, "Mas Jee ngapain aja hari ini?" tanya Rimbi setelah melihat wajah Ryan yang terlihat kelelahan.

Ryan mengusap wajahnya, melepas jas yang menutupi tubuhnya, lalu duduk di depan monitor dengan jemari yang melepas dua kancing teratas kemejanya, dan menggulung lengan kemeja berwarna putih itu.

"Nggak banyak sih. Cuma cek lokasi dan meeting." ucap Ryan dengan senyuman tipisnya.

"Lokasinya gimana?"

"Cukup strategis. Dan prospek bagus buat kedepannya. Kalau kamu ngapain aja hari ini?" giliran Ryan bertanya.

Senyuman manis Rimbi menghilang. Tiba-tiba ia merasa sangat bersalah pada Ryan. Bagaimana dia bisa mengatakan kalau ia bertemu dengan cinta Pertamanya. Lalu mereka makan malam bersama. Dan jangan lupakan kecupan singkat di pipi Rimbi. Ia tidak akan tega menceritakan itu semua. Tapi dia juga tidak mau berbohong.

"Kok diem? Sibuk ya hari ini?" Ryan melihat raut wajah Rimbi yang sedikit berubah.

Rimbi menggelengkan kepalanya pelan, lalu mengibaskan tangannya, "Nggak sibuk sama sekali. Sama kayak biasanya. Duduk di depan iMac selama kurang lebih delapan jam."

Ryan mengangguk kecil, "Kalau pakai kacamata gini, kamu jadi mirip sama seseorang." ucap Ryan dengan tersenyum tipis.

Rimbi mendekatkan wajahnya ke monitor, "Seseorang siapa?"

"Ada, dulu salah satu temen SMA."

"Cantik kayak aku?"

"Jelek."

Rimbi tertawa lepas, "Berarti aku jelek dong?"

Ryan ikut tertawa, "Aku nggak pernah bilang kamu cantik ya."

"Iya. Iya. Aku emang jelek. Emang Mas Jee SMA dimana?"

"Di Manado."

"Oh, berarti emang bukan aku orangnya."

Ryan tertawa lalu mengambil ponselnya, dan tak lama setelah itu terdengar suara merdu seseorang yang beberapa hari ini tidak asing di telinga Rimbi.

Hey..
Beautiful, beautiful, beautiful,
beautiful angel..
Love your imperfections every angle..
Tomorrow comes and goes before you know..
So I just had to let you know..

Rimbi kembali tersipu malu. Jeeryan selalu punya cara sendiri untuk membuatnya berdebar. Setelah ini ingatkan Rimbi untuk menambah lagu berjudul beautiful itu, dalam daftar putar fell-in-love-with-Mas-Jee.

Kurang puas membuat Rimbi tersipu. Ryan menatap Rimbi dengan menopang dagunya, "Tadi pulang sama siapa?"

Melihat wajah tampan Ryan, darah Rimbi berdesir. Melihat bibir merah Ryan yang basah, dada Rimbi berdebar kencang. Perutnya juga terasa geli saat Ryan terus menatapnya dengan lembut seperti saat ini. Ryan juga berhasil membuat udara di dalam kamarnya berubah menjadi panas. Hingga membuat Rimbi mengusapkan telapak tangannya di baju tidurnya.

When I See My First Love (again) Where stories live. Discover now