Tiga Detik Untuk Jatuh Cinta

4K 519 40
                                    

Percayalah...
Aku akan lebih bahagia kalau Votenya banyak ☺️

__________________________________

Rimbi menyesap jus apel pesanannya. Dengan ekor mata yang sesekali menemukan Bima yang terus menatapnya dengan lembut. Percaya atau tidak, tatapan mata yang memabukkan itu berhasil membuat telapak tangan Rimbi berkeringat.

"Jangan malu-malu gitu ah,"

Kata Bima dengan tawa kecil, lalu mengangkat tea cup di depannya. Padahal tanpa sepengetahuan siapapun, dokter tampan itu menyadari kalau dirinya sendiri yang dibuat malu oleh Rimbi.

"Aku nggak malu kok."

Bima tertawa kebingungan karena Rimbi memang terlihat biasa saja, "Kamu lagi diet?"

Rimbi menggeleng, "Nggak kok. Emangnya kenapa?"

"Kok cuma makan sama roti?"

"Nanti aku telat." Rimbi melihat jam tangannya lagi, untungnya ia masih punya sepuluh menit sebelum jam delapan.

"Bener? Bukan karena nggak mau lama-lama sama aku ya?"

Entah sejak kapan, tapi seorang Rimbi berhasil membuat Bima Cendekia Dharma merasa tidak percaya diri. Menanggapi pertanyaan Bima, Rimbi membelalak lebar, lalu menyemburkan tawa yang membuat Bima kebingungan dan mengedarkan pandangan ke penjuru restoran karena semua orang sedang memperhatikan mereka.

"Jangan kenceng-kenceng ketawanya," keluh Bima dengan mengusap tengkuknya dan sedikit menundukkan kepala.

"Sorry-sorry," Rimbi menutup mulut menahan tawa.

"Kamu ngetawain apa?" Bima ikut tertawa setelah melihat ekspresi Rimbi yang menggemaskan.

"Kamu lucu."

Bima menaikkan satu alisnya, "Bagian mana yang lucu?"

"Tadi, waktu kamu bilang kalau aku nggak mau lama-lama sama kamu. Buat apa aku menghabiskan sebelas tahun kalau makan sama kamu aja aku ngg---" Rimbi membungkam mulutnya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya menghindari tatapan Bima.

"Makasih ya,"

Rimbi mengalihkan wajahnya melihat Bima yang tersenyum manis padanya. Wajah Rimbi kembali menanas, dan jantungnya mulai berdebar lagi.

"Aku pasti akan membayar sebelas tahun itu,"

Rimbi tergelitik untuk bertanya, "Kamu mau bayar pakai apa?"

Bima menunjuk dirinya sendiri, "Dengan aku cukup nggak?"

Kemudian Rimbi dan Bima terkekeh bersamaan. Mendengar ucapan Bima, Rimbi semakin yakin kalau dia tidak salah memilih. Jika sekarang saat yang tepat bersama Bima. Maka penantian selama sebelas tahun itu akan terbayar lunas.

"Kamu jangan lupa ya,"

"Lupa apa?"

"Urus cuti, empat hari."

Rimbi membelalak kaget, "Kamu serius?"

Bima mengangguk pelan, "Aku nggak pernah bercanda soal membahagiakan kamu."

Rimbi menghempaskan punggungnya di sandaran kursi, lalu mengamati wajah Bima yang masih menatapnya dengan wajah datar.

"Kamu nggak bercanda?"

Bima menggeleng lagi, "Aku serius."

Saat itu juga mata Rimbi memanas. Buliran air mata terkumpul di bola matanya, terjatuh begitu saja saat Rimbi mengedipkan matanya. Rimbi juga menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

When I See My First Love (again) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora