Tepuk Tangan

4K 452 46
                                    

"Aku akan membahagiakan kamu Mbi, aku janji."

"Jijay!"

"Gue serius! Bima beneran ngomong kayak gitu."

"Dan lo percaya gitu aja?"

"Put, kasih gue alasan, kenapa gue harus nggak percaya?"

"Mbi, kasih gue alasan, kenapa lo harus percaya sama gombalan Bima."

Rimbi diam, mengigit kuku ibu jarinya. Sebenarnya dia sendiri juga tidak terlalu percaya dengan ucapan Bima. Dan tujuan Rimbi menelepon Putri malam itu adalah untuk meminta dukungan atas hubungannya dengan Bima. Rimbi lupa kalau Putri adalah Team Jeeryan.

"Gue tahu, Put. Bima nggak lagi ngebullshit."

"Dewi," panggil Putri lagi.

"Hmm,"

"Lo seneng nggak?"

"Senenglah."

"Kok gue dengernya lo biasa aja. Lo nggak excited kayak dulu-dulu?"

"Gue juga nggak ngerti kenapa rasanya nggak sebahagia seperti yang selama ini gue bayangin."

"Sebenernya alasan lo telepon gue sekarang, karena lo mau meyakinkan perasaan lo sendiri. Iyakan?"

Rimbi mengangguk gugup, "Iya."

"Lo udah tahu kalau gue nggak akan setuju lo jalan sama Bima."

"Gue lupa kalau lo nggak suka sama Bima."

"Gue bukannya nggak suka. Cuma lo udah terlalu banyak membuang waktu buat Bima. Selama sebelas tahun ini, lo udah terjebak sama Bima. Lo selalu mikirin hal-hal yang bahkan belum pernah terjadi di antara kalian. Lo juga selalu banding-bandingin semua gebetan lo sama Bima."

Putri benar. Ia yang paling tahu bagaimana perasaan Rimbi selama ini. Rimbi yang selalu terjebak dalam pikirannya sendiri. Rimbi terjebak dalam kenangannya. Dan hal seperti itu juga terjadi dengan Ryan.

Selama bersama Ryan, tidak jarang kalau Rimbi masih teringat sosok Bima. Bahkan terkadang, Rimbi membayangkan kalau Bima yang sedang bersamanya. Lalu ada apa dengannya sekarang? Kenapa dia berani membandingkan Bima dengan Ryan, dan menelepon Putri untuk mendapatkan jawabannya?

"Lo sadar nggak sih, kalau Bima yang ada di pikiran lo itu adalah Bima yang lo ciptakan sendiri?"

Rimbi mengerjap lemah, "Jadi, gue harus gimana Put?"

"Mau gimana lagi, sekarang adalah saatnya lo membandingkan Bima yang lo ciptakan dengan Bima yang sesungguhnya."

"Jadi, menurut lo, gue harus jalan sama Bima nih?"

"Iya dong! Akhirnya yaa... Setelah sebelas tahun lo percaya kalau Bima juga suka elo." Putri terkekeh, "Dan soal Mas Ryan,"

Rimbi diam, lalu memejamkan matanya. Saat itu juga, ia mulai teringat wajah tampan Ryan beberapa saat yang lalu, waktu mereka melakukan panggilan video, layaknya pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh.

"... gue mohon dengan sangat. Sekarang lo udah punya Bima. Berhenti ngasih dia harapan Mbi."

Rimbi mengangguk pelan dengan mata yang masih terpejam. Dia sangat paham dengan ucapan Putri. Dia sendiri tidak akan tega menyakiti hati Ryan. Lelaki sebaik Ryan pantas mendapatkan wanita yang hatinya terbebas dari sang cinta pertama.

"Gue ngerti Put. Tapi gimana caranya bikin dia berhenti?"

"Lo harus ngomong baik-baik sama dia."

When I See My First Love (again) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora