Nice Timing

3.9K 574 90
                                    

Terjebakku..
Di dalam rasa...
Memandangmu...
Dalam khayal ku...

Bagai petikan gitar yang syahdu...

Seolah ku terbuai asa...
Hatiku... Masih untukmu kasih.. Semoga kau pun begitu..

Bila semesta tak ingin kita bersama lagi...
Ku nikmati kisah lama kita...

__________________________________

Ponsel Rimbi bergetar lagi tepat saat pintu lift di depannya tertutup. Rimbi segera berjalan meninggalkan tempat itu, sebelum ia membuat semua orang bingung karena masih mematung di depan pintu lift.

Dan jika ia semakin lama menunda menerima panggilan telepon itu, Putri akan semakin khawatir. Dan Rimbi tidak mau membuat siapapun khawatir.

"Rimbi, lo kenapa?" tanya Putri saat melihat mata Rimbi yang basah.

"Ternyata hati gue masih bisa patah." jawab Rimbi dengan senyuman tipis.

"Mbiii! Lo jangan bikin gue khawatir dong? Ada siapa? Kenapa tiba-tiba lo nangis?"

"Barusan ada Mas Jee." kata Rimbi dengan mengusap wajahnya, lalu menarik napas panjang berusaha mengurangi rasa sesak di dalam dadanya.

"Mas Ryan?"

"Iya. Umurnya panjang ya?" Rimbi terkekeh kecil.

"Serius? Dia di Bali? Ngapain?"

"Gue nggak tahu."

"Lo nggak pa-pa Mbi?"

Rimbi menggeleng pelan, "Nggak pa-pa. Gue matiin dulu ya? Gue nggak enak nih, dilihatin orang-orang."

"Ntar kalau udah sampai rumah, telepon gue ya Mbi?"

"Iya."

"Hati-hati Mbi,"

"Iya Put."

"Love you, Mbi." ternyata perasaan Putri tentang Rimbi yang akan membutuhkan dirinya malam ini, benar.

Rimbi tertawa lalu melambaikan tangannya pada layar ponselnya, "Love you too, Put." dan setelahnya Rimbi mematikan layar ponselnya.

Sampai di loker room. Rimbi masuk ke dalam kamar mandi, lalu menumpahkan air matanya yang sudah ia tahan sejak bertemu Ryan tadi. Rimbi tidak menyangka jika Ryan akan bersikap amat dingin padanya. Rimbi tahu kalau dirinya salah. Tapi setidaknya bisakah mereka bertukar senyum atau setidaknya mengucap salam dan berbasa-basi sejenak.

Rimbi juga heran, karena selama beberapa bulan ini ia terus teringat dengan Ryan. Padahal kebersamaannya bersama Ryan bisa dikatakan sangat singkat. Tapi kenapa kenangan tentang Ryan begitu melekat dalam pikiran dan hatinya.

"Mas Ryan udah tunangan."

Dada Rimbi semakin terasa sesak. Dia kembali kecewa dengan dirinya sendiri yang selalu memilih orang yang salah untuk dicintai. Karena tanpa diketahui siapapun, Rimbi masih mendengarkan lagu-lagu dari daftar putar berjudul fell-in-love-with-Mas Jee.

"Gimana jadinya kalau ternyata gue nggak bisa memulai lagi dengan siapapun Put?" gumam Rimbi menjawab pertanyaan Putri beberapa saat yang lalu.

***

Sama seperti hari kemarin. Pagi itu Rimbi terus tersenyum menyapa ataupun membalas sapaan staf Crystal Hotel yang berpapasan dengannya.

Rimbi masih wanita yang sama. Dimanapun ia berada, ia dikenal sebagai sosok yang periang dan ramah. Sayangnya, tidak ada siapapun yang bisa melihat jika hati wanita ceria itu sudah hancur berkeping-keping.

When I See My First Love (again) Where stories live. Discover now