Jaket Parasut & Semangkuk Bakso

4.6K 536 38
                                    

Seorang gadis SMA, sedang berjalan dengan menundukkan kepala, sembari memeluk erat tas ranselnya. Dalam hati, dia berkali-kali mengumpat dan memaki atas nama Prabu Arimba, Kakaknya. Sebelumnya tidak pernah terbayang dalam benak Dewi Arimbi, jika pengalaman pertamanya terlambat datang ke sekolah bisa membuatnya mengalami hal yang amat memalukan.

Semuanya bermula saat, Rimbi menjadi korban bangun kesiangan seorang Prabu Arimba, karena Rimbi selalu berangkat sekolah bersama kakaknya yang duduk di bangku kelas 3 SMA. Dan karena terlambat, ia terpaksa menerima hukuman menyiram semua tanaman yang ada di depan kelasnya pada jam istirahat. Dan kesialan Rimbi tidak berhenti sampai disitu.

Karena Rimbi sudah kelaparan, dan Putri bukanlah orang yang sabar dan mau menunggu Rimbi hingga selesai. Akhirnya Rimbi tergesa-gesa menyelesaikan hukumannya. Dan saat Putri mulai mengomel tanpa mau membantu. Rimbi berlari dengan membawa ember yang terisi penuh dengan air. Karena tubuh Rimbi yang memang tidak begitu kurus. Rimbi jadi terpeleset dan membuat semua air yang ada di embernya, berbalik menyiram seluruh tubuhnya.

Tawa para pelajar SMA disekitar Rimbi meledak seketika. Termasuk Putri yang ikut tertawa terbahak-bahak. Bahkan Putri sampai berjongkok melihat Rimbi yang berbaring di lantai dengan gayung di atas kepalanya, dan ember di pelukannya.

Meskipun masih tertawa. Untungnya Putri cepat sadar melihat keadaan sahabatnya yang menyedihkan. Putri segera berlari masuk ke dalam kelas mencari sesuatu untuk menutupi tubuh Rimbi yang basah. Hanya beberapa detik Putri kembali ke hadapan Rimbi, dan membantu Rimbi bangun.

Putri masih terkekeh melihat seluruh tubuh hingga rambut Rimbi basah. Sedangkan gadis bertubuh tambun itu hanya bisa mencebikkan bibirnya, sembari melepas kacamata yang bertengger di hidungnya. Berniat mengusap kacamatanya yang basah. Tapi dia memberikan kacamata itu pada Putri, setelah sadar kalau bajunya bukanlah benda yang tepat untuk mengeringkan kacamatanya.

"Elo sih!" keluh Rimbi sembari mengibaskan seragamnya yang basah hingga mencetak jelas baju dalamnya yang berwarna hitam.

Putri tertawa lagi, "Sorry ya Mbi." Ia tidak mau berdebat dengan Rimbi yang sedang menjadi tontonan seisi sekolah itu.

"Gimana dong?" kata Rimbi sembari menutupi dadanya.

"Ke uks aja. Biasanya ada baju olahraga." ujar Putri sembari memberikan tas Rimbi yang baru saja dia ambil.

"Ngapain lo ngambil tas gue?"

"Udah lo pura-pura sakit aja. Jangan balik ke kelas, malu."

Rimbi berdecak kecil, "Sialan lo!"

Putri membantu Rimbi berdiri. Lalu menyerahkan tas ransel itu ke depan dada Rimbi. "Tutupin! Jelek-jelek begitu, cuma suami lo yang boleh lihat." ujar Putri dengan terkikik.

"Gue harusnya bilang makasih ya?"

"Sama-sama," Putri tersenyum geli. "Udah, lo duluan aja. Ntar gue susul."

"Kok lo gitu sih Put?" rengek Rimbi dengan wajah memelas.

"Gue mau ngepel ini dulu. Lo mau dimarahin lagi?"

"Tapi Put," Rimbi melihat sekelilingnya, dan menemukan kalau dia masih mejadi objek hiburan dari para remaja berseragam putih abu-abu di sekitarnya. "Gue malu."

"Lo malu kenapa? Lo nggak telanjang. Ngapain malu?"

Rimbi berdecak, "Gue Setengah Telanjang, Putri."

Putri tersenyum manis, "Harus mandiri ya Mbi, gue nggak akan selamanya ada di dekat elo." kata Putri sembari mendorong tubuh Rimbi menjauh.

Lalu Putri mengambil ember dan gayung. Lalu menatap Rimbi sejenak, dan mengibaskan tangannya. "Cepetan! Nanti lo keburu masuk angin!"

When I See My First Love (again) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin