Karena Bukan Kamu Orangnya

3.8K 601 81
                                    

Yang baca 700an, tapi votenya nggak sampe 200 🤣🤣

Okelah, 😏

__________________________________

"Jadi selama ini aku mencintai orang yang salah Bim?"

Bima tidak menjawab pertanyaan Rimbi. Karena dia juga merasa ketakutan ketika mendengar ucapan Rimbi tentang mencintai orang yang salah. Tapi dia tidak bisa memprotes apa yang sudah dikatakan Rimbi. Karena Bima sangat tahu jika Rimbi adalah orang yang paling tersakiti di antara mereka saat ini. Dan Bima juga merasa kalau ia tidak berhak menuntut apapun.

"Selama sebelas tahun ini bukan kamu orangnya, Bim?"

Rimbi melepas tangan Bima yang memeluk tubuhnya, lalu menatap wajah Bima yang juga terlihat sangat kacau. Hanya dalam beberapa menit saja, semua perasaan bahagia bersama Bima, mendadak sirna terbawa desiran air laut yang menyentuh ujung jemari kaki mereka.

"Serius bukan kamu orangnya, Bim?" kata Rimbi masih belum percaya dengan kenyataan bahwa selama sebelas tahun ia sudah mencintai orang yang salah.

Bima menggeleng tipis, "Maaf Mbi. Tapi bukan aku."

Rimbi tertawa getir sembari mengusap wajahnya yang basah. Saat ini Rimbi merasa menjadi manusia yang paling bodoh. Ia merasa sudah dipermainkan oleh nasib. Dia tidak pernah membayangkan jika semua kenangan cinta pertamanya bukanlah milik Bima. Kenangan itu milik orang lain, dan Rimbi masih tidak tahu siapa orang itu.

"Tapi, meskipun aku bukan orang itu. Aku masih bolehkan menerima semua cinta kamu? Aku masih bolehkan menyukai kamu, Mbi?" ucap Bima dengan suara lembut dan tangan yang menyeka air mata di wajah Rimbi.

Rimbi diam mengamati wajah Bima yang terlihat cemas dan merasa bersalah. Dalam keadaannya saat ini, Rimbi tidak bisa menyalahkan siapapun. Dia sendiri yang sudah menjadikan Bima sebagai Cinta Pertamanya. Dialah orang bodoh yang mengira semua pemberian itu dari Bima. Rimbi lah yang bodoh dan hanya Rimbi yang pantas disalahkan.

"Sekarang, kamu bilang apa alasan kamu tiba-tiba datang dan mau membahagiakan aku?"

Bima diam memperhatikan wajah Rimbi yang masih terus meneteskan air mata. Bima bahkan bisa merasakan tangan Rimbi yang bergetar di dalam genggaman tangannya.

"Bima, please..." pinta Rimbi.

Bima mengalihkan pandangannya menatap lautan lepas di depannya. Bima takut, jika ia terus melihat Rimbi, maka ia tidak akan bisa berbohong lagi. Dan kejujuran Bima saat ini, akan membuat Rimbi semakin hancur. Bima tidak bodoh. Ia sangat tahu situasi apa yang terjadi di antara mereka saat ini.

"Bima... please ... aku mau kamu jujur sekarang."

Suara Rimbi terdengar memelas membuat Bima mengusap wajahnya dengan kasar. Bima bahkan menarik rambutnya dengan kuat, meremas kepalanya agar membantunya berpikir lebih jernih.

"Apa alasannya Bim, aku mau tahu." tanya Rimbi dengan memegang erat tangan Bima.

"Aku ngeliat kamu," Bima menghentikan ucapannya lalu menundukkan kepalanya.

"Kamu ngeliat apa?"

"Ngeliat kamu keluar dari ruangannya Bang Juna."

Rimbi tidak mengerti, "Terus? Apa hubungannya?"

Bima mengalihkan pandangannya menatap wajah Rimbi yang terlihat kebingungan. "Aku tahu, kalau kamu kanker otak. Aku tahu semuanya Mbi."

Rimbi mengerutkan kening tidak mengerti, "Kanker otak?"

When I See My First Love (again) Where stories live. Discover now